MENYOROTI PERNIKAHAN ADAT JAWA DARI SUDUT PANDANG IMAN
KRISTEN
Oleh : Astri Kristiani, S.Pd., M.Div
BAB I
PENDAHULUAN
Alkitab menuliskan bahwa manusia
diciptakan Allah dengan berpasang – pasangan, yaitu laki – laki dan perempuan.
Allah mengatakan bahwa tidak baik jika manusia hidup seorang diri saja, oleh
sebab itu Dia menciptakan perempuan untuk menjadi penolong yang sepadan bagi
laki – laki (Kejadian 2:18). Kita melihat bahwa kehidupan masyarakat secara
umum, yaitu manusia laki dan perempuan hidup berpasang – pasangan, hal ini juga
tertulis dalam Kejadian 2:24.
Didalam
kehidupan masyarakat secara umum, salah satu cara yang dipakai untuk
melambangkan bersatunya dua insan yang berlainan jenis yang sah menurut agama
dan hukum adalah pernikahan. Pernikahan bukan hanya menyangkut kelangsungan
hidup satu atau dua orang saja, melainkan juga menyangkut kelangsungan hidup orang
banyak. Baik buruknya pernikahan dapat dipengaruhi tatanan – tatanan hidup yang
ada.
Didalam
menyelenggarakan acara pernikahan, masing-masing daerah mempunyai tata upacara
pernikahannya sendiri-sendiri dan mempunyai konsep berfikir sendiri – sendiri
terhadap pernikahan. Didalam masyarakat tradisional Indonesia, hampir
keseluruhan suku – suku yang ada, menyelenggarakan upacara pernikahan dengan
suatu tata cara yang berbau mistis. Salah satu contohnya adalah tata upacara
pernikahan budaya Jawa.
Suku Jawa
mempunyai budaya atau tata cara dalam menyelenggarakan pernikahan yang sangat
rumit dan ribet. Tata cara pernikahan budaya Jawa berbau mistis. Banyak orang –
orang Jawa yang sudah menjadi Kristen, namun perlu diketahui bahwa sebagian
besar orang Kristen Jawa masih melaksanakan upacara pernikahan dengan tata cara
yang berbau mistis tersebut sebagai suatu penghormatan terhadap adat budaya
Jawa itu sendiri.
Dalam bahasan
ini, penulis akan mendeskripsikan tata
upacara pernikahan adat Jawa yang berbau mistis tersebut, kemudian menyorotinya
dari sudut pandang Alkitab, serta menjawab pertanyaan apakah tata cara upacara
pernikahan Jawa yang demikian boleh dilakukan orang – orang Kristen? Kalau
boleh, harus bagaimana? Dan kalau tidak boleh, harus bagaimana pula?.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PROSESI
PERNIKAHAN JAWA
Pernikahan
adalah suatu rangkaian upacara yang dilakukan sepasang kekasih untuk
menghalalkan semua perbuatan yang berhubungan dengan kehidupan suami-istri guna
membentuk suatu keluarga dan meneruskan garis keturunan. Guna melakukan prosesi
pernikahan, hal yang pertama – tama orang Jawa selalu lakukan adalah mencari
hari baik, untuk mencari hari baik tersebut maka perlu dimintakan pertimbangan
dari ahli penghitungan hari baik berdasarkan patokan Primbon Jawa.
Setelah
ditemukan hari baik, maka sebulan sebelum upacara pernikahan, secara fisik
calon pengantin perempuan disiapkan untuk menjalani hidup pernikahan, dengan
cara diurut perutnya dan diberi jamu oleh ahlinya. Hal ini dikenal dengan
istilah “diulik”, yaitu pengurutan perut untuk menempatkan rahim dalam posisi
yang tepat agar dalam persetubuhan pertama memperoleh keturunan, dan minum jamu
Jawa agar tubuh ideal dan singset.
Dalam tata
cara upacara pernikahan Jawa, ada beberapa prosesi yang harus dilakukan, baik
oleh pihak laki-laki maupun perempuan. Tata upacara pernikahan adat Jawa adalah
sebagai berikut :
A. Tahap Awal
1. Pasang tratag, tarub, dan selamatan (pembuatan sajen)
Pemasangan tratag yang dilanjutnya dengan
pasang tarub digunakan
sebagai tanda resmi bahwa akan ada hajatan mantu dirumah yang bersangkutan. Tarub dibuat menjelang acara inti. Adapun ciri khas tarub
adalah dominasi hiasan daun kelapa muda (janur), hiasan warna-warni, dan kadang
disertai dengan “ubarampe” berupa
nasi uduk (nasi gurih), nasi asahan, nasi golong, kolak ketan dan apem.
Selamatan, dimana acara ini dilaksanakan dengan mengundang tetangga untuk makan
bersama “nasi tumpeng” dengan aneka ragam sayur serta daging ayam utuh yang
disebut “ingkung”, dan kemudian para tamu diberikan “kue pasar” yang diletakkan
dalam sebuah keranjang yang disebut “besek” ketika mereka hendak pulang, dalam
selamatan ini ada sesajen yang dipersembahkan kepada para leluhur atau roh –
roh yang dianggap berkuasa atas hajat hidup orang Jawa.
2. Kembar mayang
Berasal dari
kata “kembar” yang artinya sama dan “mayang” yang artinya bunga pohon jambe
atau sering disebut Sekar Kalpataru Dewandaru. Ini merupakan lambang
kebahagiaan dan keselamatan. Jika upacara
pernikahan telah selesai, kembar mayang akan dibuang di perempatan jalan, sungai atau
laut dengan maksud agar pengantin selalu ingat asal muasal hidup ini yaitu dari
bapak dan ibu sebagai perantara Tuhan Yang Maha Kuasa. Bentuk kembar mayang
adalah seperti rangkaian bunga, dimana bahan - bahan untuk kembar mayang adalah batang pisang,
bambu aur untuk penusuk (sujen/persembahan), janur kuning, daun-daunan (daun
kemuning, beringin beserta ranting-rantingnya, daun apa-apa, daun girang dan
daun andong), nanas dua buah, bunga melati, kanthil dan mawar merah putih, kelapa
muda dua buah.
3. Pasang tuwuhan (pasren)
Tuwuhan
dipasang di pintu masuk menuju tempat duduk pengantin. Tuwuhan biasanya berupa
tumbuh-tumbuhan yang masing-masing mempunyai makna, makna yang secara umum ada
dalam tumbuhan tersebut adalah harapan – harapan kebaikan untuk masa depan yang
ditujukan kepada Tuhan yang maha esa.
4. Siraman
Disalam upacara siraman ini yang harus disiapkan berupa
air bunga setaman, yaitu air yang diambil dari tujuh sumber mata air yang
ditaburi bunga setaman yang terdiri dari mawar, melati dan kenanga. Upacara
siraman ini mempunyai makna bahwa orang tua yang melakukan penyiraman tersebut
memecah pamor (kemulyaan, keindahan) anak perempuannya karena sudah dipinang
laki - laki, yang disiram disini adalah pengantin perempuan saja.
5. Adol dhawet (menjual dawet)
Upacara ini
dilaksanakan setelah siraman.
Penjualnya adalah ibu calon pengantin putri yang dipayungi oleh bapak.
Pembelinya adalah para tamu dengan uang pecahan genting (kreweng). Upacara ini mengandung
harapan agar nanti pada saat upacara panggih dan
resepsi, banyak tamu dan rezeki yang datang.
6. Midodareni
Midodareni
adalah malam sebelum akad nikah, yaitu malam melepas masa lajang bagi kedua
calon pengantin. Acara ini dilakukan di rumah calon pengantin perempuan. Dalam
acara ini ada acara nyantrik untuk
memastikan calon pengantin laki-laki akan hadir dalam akad nikah dan sebagai
bukti bahwa keluarga calon pengantin perempuan benar-benar siap melakukan
prosesi pernikahan di hari berikutnya. Midodareni berasal dari kata widodareni (bidadari), lalu menjadi midodareni yang berarti membuat
keadaan calon pengantin seperti bidadari. Dalam dunia pewayangan, kecantikan
dan ketampanan calon pengantin diibaratkan seperti Dewi Kumaratih dan Dewa
Kumajaya.
B. Tahap
Puncak Acara
1. Ijab
Peristiwa
penting dalam hajatan mantu adalah ijab dimana sepasang calon pengantin
bersumpah di hadapan tokoh agama yang ditunjuk (islam:naib, Kristen:pendeta)
yang disaksikan wali, pinisepuh dan orang tua kedua belah pihak serta beberapa
tamu undangan. Saat akad nikah, ibu dari kedua pihak, tidak memakai subang atau
giwang guna memperlihatkan keprihatinan mereka sehubungan dengan peristiwa
menikahkan atau ngentasake anak.
2. Upacara
panggih
Adapun tata
urutan upacara panggih adalah
sebagai berikut :
·
Liron kembar mayang
Saling
tukar kembar mayang antar
pengantin, bermakna menyatukan cipta, rasa dan karsa untuk mersama-sama
mewujudkan kebahagiaan dan keselamatan.
·
Gantal
Daun sirih
digulung kecil diikat benang putih yang saling dilempar oleh masing-masing
pengantin, dengan harapan semoga semua godaan akan hilang terkena lemparan itu.
·
Ngidak endhog (menginjak
telur)
Pengantin
putra menginjak telur ayam sampai pecah sebagai simbol seksual kedua pengantin
sudah pecah pamornya.
·
Pengantin putri mencuci kaki pengantin putra
Mencuci
dengan air bunga setaman dengan makna semoga benih yang diturunkan bersih dari
segala perbuatan yang kotor.
·
Minum air degan
Air ini
dianggap sebagai lambang air hidup, air suci, air mani (manikem).
·
Di-kepyok dengan
bunga warna-warni
Mengandung
harapan mudah-mudahan keluarga yang akan mereka bina dapat berkembang
segala-galanya dan bahagia lahir batin.
·
Masuk ke pasangan
Bermakna
pengantin yang telah menjadi pasangan hidup siap berkarya melaksanakan
kewajiban.
·
Sindur
Sindur atau isin mundur, artinya pantang menyerah atau pantang mundur.
Maksudnya pengantin siap menghadapi tantangan hidup dengan semangat berani
karena benar.
Setelah
melalui tahap panggih,
pengantin diantar duduk di sasana
riengga (pelaminan), di sana dilangsungkan tata upacara adat Jawa, yaitu
:
·
Timbangan
Bapak
pengantin putri duduk diantara pasangan pengantin, kaki kanan diduduki
pengantin putra, kaki kiri diduduki pengantin putri. Dialog singkat antara
Bapak dan Ibu pengantin putri berisi pernyataan bahwa masing-masing pengantin
sudah seimbang.
·
Kacar-kucur
Pengantin
putra mengucurkan penghasilan kepada pengantin putri berupa uang receh beserta
kelengkapannya. Mengandung arti pengantin pria akan bertanggung jawab memberi
nafkah kepada keluarganya.
·
Dulangan
Antara
pengantin putra dan putri saling menyuapi. Hal ini mengandung kiasan laku
memadu kasih diantara keduanya (simbol seksual).
·
Sungkeman
Sungkeman
adalah ungkapan bakti kepada orang tua, serta mohon doa restu. Caranya,
berjongkok dengan sikap seperti orang menyembah, menyentuh lutut orang tua
pengantin perempuan, mulai dari pengantin putri diikuti pengantin putra, baru
kemudian kepada bapak dan ibu pengantin putra.
B. KONSEP BERFIKIR
Melakukan
perkawinan dalam pola pikir orang jawa tidak sederhana. Menurut orang Jawa,
orang melakukan perkawinan adalah seperti menapaki dunia baru, yaitu dunia yang
terdiri dari dua dimensi. Dimensi yang pertama adalah dunia gaib, mistis, dan
dunia riil, dan dimensi yang kedua adalah “jagat alit” (mikro kosmos) yang
adalah manusia itu sendiri dan “jagat gedhe” (makro kosmos) yang adalah
masyarakat. Setiap dimensi ini tidak berjalan sendiri-sendiri, tetapi berjalan
bersama-sama untuk menggapai harmoni.
Berdasarkan
konsep pandangan tersebut, maka perkawinan menurut adat jawa bukan remeh temeh
dan bukan persoalan formal semata. Lebih dari pada itu, perkawinan menurut
orang Jawa merupakan upaya untuk menghadirkan dan mensinergikan dua konsep
dunia tersebut secara bersama. sebuah perjalanan spiritual dan kultural yang
aplikasinya pada kehidupan masyarakat. Oleh sebab itu dalam melaksanakan
perkawinan, orang Jawa melakukan upacara khusus yang sangat rumit.
Beberapa konsep
berfikir pada upacara pernikahan yang
secara khusus disorot disini yang masih dilakukan sebagian besar orang Kristen
Jawa adalah sbb:
1. Konsep
berfikir dalam mencari hari baik dalam menetapkan tanggal pernikahan.
Sebagian
besar orang Kristen Jawa ketika akan melaksanakan pernikahan mereka juga masih
mencari hari baik tersebut, dengan keyakinan bahwa ketika mereka mendapatkan
hari baik, pernikahan tersebut akan diberkati dan tidak mendapatkan mala
petaka. Maka untuk mencari hari baik tersebut, mereka perlu meminta
pertimbangan dari ahli penghitungan hari baik berdasarkan patokan Primbon Jawa.
2. Pembuatan Sajen untuk selamatan
Pembuatan sajen untuk selamatan digunakan
sebagai tanda resmi bahwa akan ada hajatan mantu dirumah yang bersangkutan. Disamping itu sesungguhnya
pembuatan sajen untuk selamatan ini ditujukan kepada nenek moyang, untuk
menghormati dan meminta ijin akan melaksanakan upacara pernikahan. Setelah
selamatan selesai, dianggap bahwa upacara pernikahan dibuka dan siap
dilaksanakan.
3. Upacara
panggih
Inti dari
konsep berfikir dalam seluruh rangkaian tata upacara yang dilakukan adalah
harapan – harapan mereka terhadap kehidupan rumah tangga yang dilalui sepasang
pengantin ini dikemudian hari. Namun, harapan – harapan ini dilaksanakan dengan
memakai simbul – simbul mistis, yaitu adanya syarat – syarat perlengkapan yang
harus dipakai, seperti bunga tuju rupa dan model – model seperti sesajen.
C.
SOROTAN ALKITAB
TERHADAP KONSEP BERFIKIR DARI PERNIKAHAN JAWA
Dari
deskripsi yang ada tentang tata cara upacara pernikahan Jawa, dimana sebagian
besar masyarakat Jawa yang beragama Kristen juga melakukan tata cara upacara
pernikahan yang demikian, oleh sebab itu bisa disimpulkan bahwa sebagian besar
masyarakat Jawa yang sudah beragama Kristen terjerumus dalam sikretisme.
Sinkretisme tersebut bisa dilihat dari beberapa hal berikut:
1. Mencari hari
baik dalam menetapkan tanggal pernikahan.
Ketika Allah
menciptakan bumi dan segala isinya, Allah selalu mengakhiri penciptaan pada
hari – hari yang diciptakannya dengan mengatakan semua itu baik (Kejadian 1).
Hal ini menyatakan bahwa semua hari yang diciptakan Tuhan adalah baik adanya,
tidak ada hari yang buruk. Dengan konsep pemikiran orang – orang Jawa, dimana
mereka mengatakan bahwa ada hari yang baik dan ada hari yang buruk, hal ini
adalah bertentangan dengan Alkitab yang mengatakan bahwa semua hari baik.
Selain itu
ketika mereka mencari hari baik, mereka datang kepada “wong pinter” untuk
mencari petunjuk atau melalui buku primbon, hal ini bertentangan dengan iman
Kristen sendiri dimana Allah mengatakan bahwa Dia adalah Allah yang cemburu,
Dia memberikan perintah supaya kita tidak menyembah allah lain, tidak datang
kepadanya bersujud atau menyembahnya (Keluaran 20:3-5). Hal ini jelas bahwa
datang kepada “wong pinter untuk mencari petunjuk adalah hal yang salah, karena
kita sebagai orang kristen mempunyai Allah yang maha tau dan berkuasa melebihi
segalanya.
2. Pasang tratag, tarub, dan selamatan (pembuatan sajen)
Pemasangan tratag yang dilanjutnya dengan
pasang tarub digunakan
sebagai tanda resmi bahwa akan ada hajatan mantu dirumah yang akan mengadakan acara pernikahan adalah hal
yang tidak salah jika ini dibuat untuk seni dan keindahan. Namun selamatan yang
merupakan pemujaan kepada roh nenek moyang, meminta keselamatan dari padanya,
dan penyembahannya dengan memberikan sesajen adalah bertentangan dengan Keluaran
20:3-5.
3. Upacara
panggih
Seluruh
rangkaian upacara panggih ini adalah bertentangan dengan iman Kristen. Dimana
harapan – harapan mereka sesungguhnya ditujukan kepada roh – roh yang dianggap
ada dan berkuasa atas hajat hidup orang jawa, dalam Ulangan 10:17 tertulis
bahwa; “Sebab Tuhan, Allahmulah Allah segala Allah dan Tuhan segala tuhan,
Allah yang besar, kuat dan dahsyat, yang tidak memandang bulu ataupun menerima
suap.” Jadi dari ayat ini jelas bahwa tidak ada Allah lain yang lebih berkuasa
dari Allah kita yang Esa.
D.
APAKAH
RANGKAIAN UPACARA PERNIKAHAN JAWA BISA DITERIMA OLEH IMAN KRISTEN?
Dari seluruh
deskripsi yang telah diberikan dan dilihat dari sudut pandang Alkitab, jelas
bahwa ada beberapa rangkain upacara pernikahan Jawa tidak bisa diterima oleh
Iman kristen karena masih adanya konsep berfikir dimana seluruh rangkain
upacara pernikahan tersebut ditujukan
untuk menghargai roh – roh yang berkuasa yang dianggap menguasai seluruh hajat
hidup orang Jawa dan meminta keselamatan dari roh – roh tersebut dan dijauhkan
dari malepetaka. Contoh yang sangat menonjol dari rangkaian upacara pernikahan
Jawa yang terkadang masih dilakukan orang Kristen Jawa yang sesungguhnya tidak
bisa diterima oleh iman Kristen adalah mencari hari baik dalam menetapkan
tanggal pernikahan, pembuatan Sajen
untuk selamatan, dan upacara panggih.
Selain dari
kegiatan mencari hari baik dalam menetapkan tanggal pernikahan, pembuatan Sajen untuk selamatan, dan upacara
panggih, rangkaian upacara pernikahan yang lain dapat dilakukan namun dalam
batasan konsep berfikir bahwa semua hanya untuk seni dan keindahan bukan
ditujukan supaya selamat atau supaya roh – roh yang berkuasa senang dan
mengijinkan pernikahan berjalan lancar.
E.
CARA
MENOLONG ORANG KRISTEN JAWA SUPAYA TIDAK TERJERUMUS BAHAYA SINKRETISME DALAM
UPACARA PERNIKAHAN.
Untuk
menolong orang Kristen Jawa yang masih mempunyai konsep berfikir terhadap
rangkaian upacara pernikahan adat Jawa yang berbau mistis adalah dengan
memberikan suatu pengajaran Alkitab yang lebih dalam lagi, bisa dilaksanakan Persekutuan
Pendalaman Alkitab (PPA) kelompok kecil yang difasilitatori oleh seorang hamba
Tuhan. Didalam persekutuan ini,
diharapkan lebih banyak berdiskusi terhadap konsep – konsep berfikir yang ada
dalam rangkaian upacara pernikahan Jawa dan mencari jawaban didalam Alkitab.
Sehingga melalui pendalaman Alkitab mereka mengerti mana yang benar dan boleh
dilakukan dan mana yang salah yang tidak boleh dilakukan.
Jadi untuk
menolong orang Kristen Jawa supaya tidak terjerumus dalam sinkretisme adalah
bukan dengan larangan – larangan untuk tidak melakukan rangkaian upacara
pernikahan tersebut, melainkan yang harus dilakukan adalah mengajar mereka
secara lebih mendalam terhadap kebenaran Alkitab dan membawa mereka untuk bisa
berfikir secara benar.
BAB III
KESIMPULAN
Dari seluruh
deskripsi yang telah diberikan dan dilihat dari sudut pandang Alkitab, ada
beberapa rangkain upacara pernikahan Jawa tidak bisa diterima oleh Iman kristen
karena upacara pernikahan tersebut
ditujukan untuk menghargai roh – roh yang berkuasa yang dianggap
menguasai seluruh hajat hidup orang Jawa dan meminta keselamatan dari roh – roh
tersebut dan dijauhkan dari malepetaka. Rangkaian upacara pernikahan yang tidak
bisa diterima tersebut yang masih dilakukan orang Kristen Jawa adalah mencari
hari baik dalam menetapkan tanggal pernikahan, pembuatan Sajen untuk selamatan, dan upacara panggih. Namun
selain dari kegiatan mencari hari baik dalam menetapkan tanggal pernikahan, pembuatan Sajen untuk selamatan, dan upacara
panggih, rangkaian upacara pernikahan yang lain dapat dilakukan sebatas untuk
seni dan keindahan bukan ditujukan supaya selamat atau supaya roh – roh yang
berkuasa senang dan mengijinkan pernikahan berjalan lancar.
Untuk
menolong orang Kristen Jawa yang masih mempunyai konsep berfikir terhadap
rangkaian upacara pernikahan adat Jawa yang berbau mistis adalah bukan dengan
larangan – larangan untuk tidak melakukan rangkaian upacara pernikahan
tersebut, melainkan yang harus dilakukan adalah mengajar mereka secara lebih
mendalam terhadap kebenaran Alkitab dan membawa mereka untuk bisa berfikir secara
benar.
REFERENSI
Kusuma,
Surya. Okultisme Antara Budaya VS Iman
Kristen. Yogyakarta: ANDI, 2010.
Sumarsono. Tata Upacara Pengantin Adat Jawa.
Jakarta: PT. Buku Kita, 2007.
Hardjodikromo,
Mangun. Adat Istiadat Jawa: Manusia Jawa
Sejak Dalam Kandungan Sampai Wafat. htttp://www.semarasanta.wordpress.com
(diakses tanggal 17 Oktober 2012 pukul 21.30 WIB).
Adat
Istiadat Jawa. 2005. http://www.karatonsurakarta.com (diakses
17 Oktober 2012 pukul 21.45 WIB).
Hubungi : 0822 – 9914 – 4728 (Rizky)
BalasHapusMenikah adalah tujuan dan impian Semua orang, Melalui HIS Graha Elnusa Wedding Package , anda bisa mendapatkan paket lengkap mulai dari fasilitas gedung full ac, full carpet, dan lampu chandeliar yg cantik, catering dengan vendor yang berpengalaman, dekorasi, rias busana, musik entertainment, dan photoghraphy serta videography.
Kenyaman dan kemewahan yang anda dapat adalah tujuan utama kami.