Translate

Selasa, 15 Agustus 2017

Pernikahan Adat Jawa & Iman Kristen

MENYOROTI PERNIKAHAN ADAT JAWA DARI SUDUT PANDANG IMAN KRISTEN
Oleh : Astri Kristiani, S.Pd., M.Div

BAB I
PENDAHULUAN

Alkitab menuliskan bahwa manusia diciptakan Allah dengan berpasang – pasangan, yaitu laki – laki dan perempuan. Allah mengatakan bahwa tidak baik jika manusia hidup seorang diri saja, oleh sebab itu Dia menciptakan perempuan untuk menjadi penolong yang sepadan bagi laki – laki (Kejadian 2:18). Kita melihat bahwa kehidupan masyarakat secara umum, yaitu manusia laki dan perempuan hidup berpasang – pasangan, hal ini juga tertulis dalam Kejadian 2:24.
Didalam kehidupan masyarakat secara umum, salah satu cara yang dipakai untuk melambangkan bersatunya dua insan yang berlainan jenis yang sah menurut agama dan hukum adalah pernikahan. Pernikahan bukan hanya menyangkut kelangsungan hidup satu atau dua orang saja, melainkan juga menyangkut kelangsungan hidup orang banyak. Baik buruknya pernikahan dapat dipengaruhi tatanan – tatanan hidup yang ada.
Didalam menyelenggarakan acara pernikahan, masing-masing daerah mempunyai tata upacara pernikahannya sendiri-sendiri dan mempunyai konsep berfikir sendiri – sendiri terhadap pernikahan. Didalam masyarakat tradisional Indonesia, hampir keseluruhan suku – suku yang ada, menyelenggarakan upacara pernikahan dengan suatu tata cara yang berbau mistis. Salah satu contohnya adalah tata upacara pernikahan budaya Jawa.
Suku Jawa mempunyai budaya atau tata cara dalam menyelenggarakan pernikahan yang sangat rumit dan ribet. Tata cara pernikahan budaya Jawa berbau mistis. Banyak orang – orang Jawa yang sudah menjadi Kristen, namun perlu diketahui bahwa sebagian besar orang Kristen Jawa masih melaksanakan upacara pernikahan dengan tata cara yang berbau mistis tersebut sebagai suatu penghormatan terhadap adat budaya Jawa itu sendiri.
Dalam bahasan ini, penulis akan  mendeskripsikan tata upacara pernikahan adat Jawa yang berbau mistis tersebut, kemudian menyorotinya dari sudut pandang Alkitab, serta menjawab pertanyaan apakah tata cara upacara pernikahan Jawa yang demikian boleh dilakukan orang – orang Kristen? Kalau boleh, harus bagaimana? Dan kalau tidak boleh, harus bagaimana pula?.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    PROSESI PERNIKAHAN JAWA
Pernikahan adalah suatu rangkaian upacara yang dilakukan sepasang kekasih untuk menghalalkan semua perbuatan yang berhubungan dengan kehidupan suami-istri guna membentuk suatu keluarga dan meneruskan garis keturunan. Guna melakukan prosesi pernikahan, hal yang pertama – tama orang Jawa selalu lakukan adalah mencari hari baik, untuk mencari hari baik tersebut maka perlu dimintakan pertimbangan dari ahli penghitungan hari baik berdasarkan patokan Primbon Jawa.
Setelah ditemukan hari baik, maka sebulan sebelum upacara pernikahan, secara fisik calon pengantin perempuan disiapkan untuk menjalani hidup pernikahan, dengan cara diurut perutnya dan diberi jamu oleh ahlinya. Hal ini dikenal dengan istilah “diulik”, yaitu pengurutan perut untuk menempatkan rahim dalam posisi yang tepat agar dalam persetubuhan pertama memperoleh keturunan, dan minum jamu Jawa agar tubuh ideal dan singset.
Dalam tata cara upacara pernikahan Jawa, ada beberapa prosesi yang harus dilakukan, baik oleh pihak laki-laki maupun perempuan. Tata upacara pernikahan adat Jawa adalah sebagai berikut :
A.    Tahap Awal
1.      Pasang tratag, tarub, dan selamatan (pembuatan sajen)
Pemasangan tratag yang dilanjutnya dengan pasang tarub digunakan sebagai tanda resmi bahwa akan ada hajatan mantu dirumah yang bersangkutan. Tarub dibuat menjelang acara inti. Adapun ciri khas tarub adalah dominasi hiasan daun kelapa muda (janur), hiasan warna-warni, dan kadang disertai dengan “ubarampe” berupa nasi uduk (nasi gurih), nasi asahan, nasi golong, kolak ketan dan apem. Selamatan, dimana acara ini dilaksanakan dengan mengundang tetangga untuk makan bersama “nasi tumpeng” dengan aneka ragam sayur serta daging ayam utuh yang disebut “ingkung”, dan kemudian para tamu diberikan “kue pasar” yang diletakkan dalam sebuah keranjang yang disebut “besek” ketika mereka hendak pulang, dalam selamatan ini ada sesajen yang dipersembahkan kepada para leluhur atau roh – roh yang dianggap berkuasa atas hajat hidup orang Jawa.
2.      Kembar mayang
Berasal dari kata “kembar” yang artinya sama dan “mayang” yang artinya bunga pohon jambe atau sering disebut Sekar Kalpataru Dewandaru. Ini merupakan lambang kebahagiaan dan keselamatan. Jika upacara pernikahan telah selesai, kembar mayang akan dibuang di perempatan jalan, sungai atau laut dengan maksud agar pengantin selalu ingat asal muasal hidup ini yaitu dari bapak dan ibu sebagai perantara Tuhan Yang Maha Kuasa. Bentuk kembar mayang adalah seperti rangkaian bunga, dimana bahan - bahan untuk kembar mayang adalah batang pisang, bambu aur untuk penusuk (sujen/persembahan), janur kuning, daun-daunan (daun kemuning, beringin beserta ranting-rantingnya, daun apa-apa, daun girang dan daun andong), nanas dua buah, bunga melati, kanthil dan mawar merah putih, kelapa muda dua buah.
3.      Pasang tuwuhan (pasren)
Tuwuhan dipasang di pintu masuk menuju tempat duduk pengantin. Tuwuhan biasanya berupa tumbuh-tumbuhan yang masing-masing mempunyai makna, makna yang secara umum ada dalam tumbuhan tersebut adalah harapan – harapan kebaikan untuk masa depan yang ditujukan kepada Tuhan yang maha esa.
4.      Siraman
Disalam upacara siraman ini yang harus disiapkan berupa air bunga setaman, yaitu air yang diambil dari tujuh sumber mata air yang ditaburi bunga setaman yang terdiri dari mawar, melati dan kenanga. Upacara siraman ini mempunyai makna bahwa orang tua yang melakukan penyiraman tersebut memecah pamor (kemulyaan, keindahan) anak perempuannya karena sudah dipinang laki - laki, yang disiram disini adalah pengantin perempuan saja.
5.      Adol dhawet (menjual dawet)
Upacara ini dilaksanakan setelah siraman. Penjualnya adalah ibu calon pengantin putri yang dipayungi oleh bapak. Pembelinya adalah para tamu dengan uang pecahan genting (kreweng). Upacara ini mengandung harapan agar nanti pada saat upacara panggih dan resepsi, banyak tamu dan rezeki yang datang.

6. Midodareni
Midodareni adalah malam sebelum akad nikah, yaitu malam melepas masa lajang bagi kedua calon pengantin. Acara ini dilakukan di rumah calon pengantin perempuan. Dalam acara ini ada acara nyantrik untuk memastikan calon pengantin laki-laki akan hadir dalam akad nikah dan sebagai bukti bahwa keluarga calon pengantin perempuan benar-benar siap melakukan prosesi pernikahan di hari berikutnya. Midodareni berasal dari kata widodareni (bidadari), lalu menjadi midodareni yang berarti membuat keadaan calon pengantin seperti bidadari. Dalam dunia pewayangan, kecantikan dan ketampanan calon pengantin diibaratkan seperti Dewi Kumaratih dan Dewa Kumajaya.
B. Tahap Puncak Acara
1.      Ijab
Peristiwa penting dalam hajatan mantu adalah ijab dimana sepasang calon pengantin bersumpah di hadapan tokoh agama yang ditunjuk (islam:naib, Kristen:pendeta) yang disaksikan wali, pinisepuh dan orang tua kedua belah pihak serta beberapa tamu undangan. Saat akad nikah, ibu dari kedua pihak, tidak memakai subang atau giwang guna memperlihatkan keprihatinan mereka sehubungan dengan peristiwa menikahkan atau ngentasake anak.
2.      Upacara panggih
Adapun tata urutan upacara panggih adalah sebagai berikut :
·         Liron kembar mayang
Saling tukar kembar mayang antar pengantin, bermakna menyatukan cipta, rasa dan karsa untuk mersama-sama mewujudkan kebahagiaan dan keselamatan.
·         Gantal
Daun sirih digulung kecil diikat benang putih yang saling dilempar oleh masing-masing pengantin, dengan harapan semoga semua godaan akan hilang terkena lemparan itu.
·         Ngidak endhog (menginjak telur)
Pengantin putra menginjak telur ayam sampai pecah sebagai simbol seksual kedua pengantin sudah pecah pamornya.
·         Pengantin putri mencuci kaki pengantin putra
Mencuci dengan air bunga setaman dengan makna semoga benih yang diturunkan bersih dari segala perbuatan yang kotor.
·         Minum air degan
Air ini dianggap sebagai lambang air hidup, air suci, air mani (manikem).
·         Di-kepyok dengan bunga warna-warni
Mengandung harapan mudah-mudahan keluarga yang akan mereka bina dapat berkembang segala-galanya dan bahagia lahir batin.
·         Masuk ke pasangan
Bermakna pengantin yang telah menjadi pasangan hidup siap berkarya melaksanakan kewajiban.
·         Sindur
Sindur atau isin mundur, artinya pantang menyerah atau pantang mundur. Maksudnya pengantin siap menghadapi tantangan hidup dengan semangat berani karena benar.
Setelah melalui tahap panggih, pengantin diantar duduk di sasana riengga (pelaminan), di sana dilangsungkan tata upacara adat Jawa, yaitu :
·         Timbangan
Bapak pengantin putri duduk diantara pasangan pengantin, kaki kanan diduduki pengantin putra, kaki kiri diduduki pengantin putri. Dialog singkat antara Bapak dan Ibu pengantin putri berisi pernyataan bahwa masing-masing pengantin sudah seimbang.
·         Kacar-kucur
Pengantin putra mengucurkan penghasilan kepada pengantin putri berupa uang receh beserta kelengkapannya. Mengandung arti pengantin pria akan bertanggung jawab memberi nafkah kepada keluarganya.
·         Dulangan
Antara pengantin putra dan putri saling menyuapi. Hal ini mengandung kiasan laku memadu kasih diantara keduanya (simbol seksual).
·         Sungkeman
Sungkeman adalah ungkapan bakti kepada orang tua, serta mohon doa restu. Caranya, berjongkok dengan sikap seperti orang menyembah, menyentuh lutut orang tua pengantin perempuan, mulai dari pengantin putri diikuti pengantin putra, baru kemudian kepada bapak dan ibu pengantin putra.
B.     KONSEP BERFIKIR
Melakukan perkawinan dalam pola pikir orang jawa tidak sederhana. Menurut orang Jawa, orang melakukan perkawinan adalah seperti menapaki dunia baru, yaitu dunia yang terdiri dari dua dimensi. Dimensi yang pertama adalah dunia gaib, mistis, dan dunia riil, dan dimensi yang kedua adalah “jagat alit” (mikro kosmos) yang adalah manusia itu sendiri dan “jagat gedhe” (makro kosmos) yang adalah masyarakat. Setiap dimensi ini tidak berjalan sendiri-sendiri, tetapi berjalan bersama-sama untuk menggapai harmoni.
Berdasarkan konsep pandangan tersebut, maka perkawinan menurut adat jawa bukan remeh temeh dan bukan persoalan formal semata. Lebih dari pada itu, perkawinan menurut orang Jawa merupakan upaya untuk menghadirkan dan mensinergikan dua konsep dunia tersebut secara bersama. sebuah perjalanan spiritual dan kultural yang aplikasinya pada kehidupan masyarakat. Oleh sebab itu dalam melaksanakan perkawinan, orang Jawa melakukan upacara khusus yang sangat rumit.
Beberapa konsep berfikir pada  upacara pernikahan yang secara khusus disorot disini yang masih dilakukan sebagian besar orang Kristen Jawa adalah sbb:
1.      Konsep berfikir dalam mencari hari baik dalam menetapkan tanggal pernikahan.
Sebagian besar orang Kristen Jawa ketika akan melaksanakan pernikahan mereka juga masih mencari hari baik tersebut, dengan keyakinan bahwa ketika mereka mendapatkan hari baik, pernikahan tersebut akan diberkati dan tidak mendapatkan mala petaka. Maka untuk mencari hari baik tersebut, mereka perlu meminta pertimbangan dari ahli penghitungan hari baik berdasarkan patokan Primbon Jawa.
2.      Pembuatan Sajen untuk selamatan
Pembuatan sajen  untuk selamatan digunakan sebagai tanda resmi bahwa akan ada hajatan mantu dirumah yang bersangkutan. Disamping itu sesungguhnya pembuatan sajen untuk selamatan ini ditujukan kepada nenek moyang, untuk menghormati dan meminta ijin akan melaksanakan upacara pernikahan. Setelah selamatan selesai, dianggap bahwa upacara pernikahan dibuka dan siap dilaksanakan.
3.      Upacara panggih
Inti dari konsep berfikir dalam seluruh rangkaian tata upacara yang dilakukan adalah harapan – harapan mereka terhadap kehidupan rumah tangga yang dilalui sepasang pengantin ini dikemudian hari. Namun, harapan – harapan ini dilaksanakan dengan memakai simbul – simbul mistis, yaitu adanya syarat – syarat perlengkapan yang harus dipakai, seperti bunga tuju rupa dan model – model seperti sesajen.


C.    SOROTAN ALKITAB TERHADAP KONSEP BERFIKIR DARI PERNIKAHAN JAWA
Dari deskripsi yang ada tentang tata cara upacara pernikahan Jawa, dimana sebagian besar masyarakat Jawa yang beragama Kristen juga melakukan tata cara upacara pernikahan yang demikian, oleh sebab itu bisa disimpulkan bahwa sebagian besar masyarakat Jawa yang sudah beragama Kristen terjerumus dalam sikretisme. Sinkretisme tersebut bisa dilihat dari beberapa hal berikut:
1.      Mencari hari baik dalam menetapkan tanggal pernikahan.
Ketika Allah menciptakan bumi dan segala isinya, Allah selalu mengakhiri penciptaan pada hari – hari yang diciptakannya dengan mengatakan semua itu baik (Kejadian 1). Hal ini menyatakan bahwa semua hari yang diciptakan Tuhan adalah baik adanya, tidak ada hari yang buruk. Dengan konsep pemikiran orang – orang Jawa, dimana mereka mengatakan bahwa ada hari yang baik dan ada hari yang buruk, hal ini adalah bertentangan dengan Alkitab yang mengatakan bahwa semua hari baik.
Selain itu ketika mereka mencari hari baik, mereka datang kepada “wong pinter” untuk mencari petunjuk atau melalui buku primbon, hal ini bertentangan dengan iman Kristen sendiri dimana Allah mengatakan bahwa Dia adalah Allah yang cemburu, Dia memberikan perintah supaya kita tidak menyembah allah lain, tidak datang kepadanya bersujud atau menyembahnya (Keluaran 20:3-5). Hal ini jelas bahwa datang kepada “wong pinter untuk mencari petunjuk adalah hal yang salah, karena kita sebagai orang kristen mempunyai Allah yang maha tau dan berkuasa melebihi segalanya.
2.      Pasang tratag, tarub, dan selamatan (pembuatan sajen)
Pemasangan tratag yang dilanjutnya dengan pasang tarub digunakan sebagai tanda resmi bahwa akan ada hajatan mantu dirumah yang akan mengadakan acara pernikahan adalah hal yang tidak salah jika ini dibuat untuk seni dan keindahan. Namun selamatan yang merupakan pemujaan kepada roh nenek moyang, meminta keselamatan dari padanya, dan penyembahannya dengan memberikan sesajen adalah bertentangan dengan Keluaran 20:3-5.
3.      Upacara panggih
Seluruh rangkaian upacara panggih ini adalah bertentangan dengan iman Kristen. Dimana harapan – harapan mereka sesungguhnya ditujukan kepada roh – roh yang dianggap ada dan berkuasa atas hajat hidup orang jawa, dalam Ulangan 10:17 tertulis bahwa; “Sebab Tuhan, Allahmulah Allah segala Allah dan Tuhan segala tuhan, Allah yang besar, kuat dan dahsyat, yang tidak memandang bulu ataupun menerima suap.” Jadi dari ayat ini jelas bahwa tidak ada Allah lain yang lebih berkuasa dari Allah kita yang Esa.  

D.    APAKAH RANGKAIAN UPACARA PERNIKAHAN JAWA BISA DITERIMA OLEH IMAN KRISTEN?
Dari seluruh deskripsi yang telah diberikan dan dilihat dari sudut pandang Alkitab, jelas bahwa ada beberapa rangkain upacara pernikahan Jawa tidak bisa diterima oleh Iman kristen karena masih adanya konsep berfikir dimana seluruh rangkain upacara pernikahan tersebut  ditujukan untuk menghargai roh – roh yang berkuasa yang dianggap menguasai seluruh hajat hidup orang Jawa dan meminta keselamatan dari roh – roh tersebut dan dijauhkan dari malepetaka. Contoh yang sangat menonjol dari rangkaian upacara pernikahan Jawa yang terkadang masih dilakukan orang Kristen Jawa yang sesungguhnya tidak bisa diterima oleh iman Kristen adalah mencari hari baik dalam menetapkan tanggal pernikahan, pembuatan Sajen untuk selamatan, dan upacara panggih.
Selain dari kegiatan mencari hari baik dalam menetapkan tanggal pernikahan, pembuatan Sajen untuk selamatan, dan upacara panggih, rangkaian upacara pernikahan yang lain dapat dilakukan namun dalam batasan konsep berfikir bahwa semua hanya untuk seni dan keindahan bukan ditujukan supaya selamat atau supaya roh – roh yang berkuasa senang dan mengijinkan pernikahan berjalan lancar.
E.     CARA MENOLONG ORANG KRISTEN JAWA SUPAYA TIDAK TERJERUMUS BAHAYA SINKRETISME DALAM UPACARA PERNIKAHAN.
Untuk menolong orang Kristen Jawa yang masih mempunyai konsep berfikir terhadap rangkaian upacara pernikahan adat Jawa yang berbau mistis adalah dengan memberikan suatu pengajaran Alkitab yang lebih dalam lagi, bisa dilaksanakan Persekutuan Pendalaman Alkitab (PPA) kelompok kecil yang difasilitatori oleh seorang hamba Tuhan. Didalam  persekutuan ini, diharapkan lebih banyak berdiskusi terhadap konsep – konsep berfikir yang ada dalam rangkaian upacara pernikahan Jawa dan mencari jawaban didalam Alkitab. Sehingga melalui pendalaman Alkitab mereka mengerti mana yang benar dan boleh dilakukan dan mana yang salah yang tidak boleh dilakukan.
Jadi untuk menolong orang Kristen Jawa supaya tidak terjerumus dalam sinkretisme adalah bukan dengan larangan – larangan untuk tidak melakukan rangkaian upacara pernikahan tersebut, melainkan yang harus dilakukan adalah mengajar mereka secara lebih mendalam terhadap kebenaran Alkitab dan membawa mereka untuk bisa berfikir secara benar.

BAB III
KESIMPULAN

Dari seluruh deskripsi yang telah diberikan dan dilihat dari sudut pandang Alkitab, ada beberapa rangkain upacara pernikahan Jawa tidak bisa diterima oleh Iman kristen karena upacara pernikahan tersebut  ditujukan untuk menghargai roh – roh yang berkuasa yang dianggap menguasai seluruh hajat hidup orang Jawa dan meminta keselamatan dari roh – roh tersebut dan dijauhkan dari malepetaka. Rangkaian upacara pernikahan yang tidak bisa diterima tersebut yang masih dilakukan orang Kristen Jawa adalah mencari hari baik dalam menetapkan tanggal pernikahan, pembuatan Sajen untuk selamatan, dan upacara panggih. Namun selain dari kegiatan mencari hari baik dalam menetapkan tanggal pernikahan, pembuatan Sajen untuk selamatan, dan upacara panggih, rangkaian upacara pernikahan yang lain dapat dilakukan sebatas untuk seni dan keindahan bukan ditujukan supaya selamat atau supaya roh – roh yang berkuasa senang dan mengijinkan pernikahan berjalan lancar.
Untuk menolong orang Kristen Jawa yang masih mempunyai konsep berfikir terhadap rangkaian upacara pernikahan adat Jawa yang berbau mistis adalah bukan dengan larangan – larangan untuk tidak melakukan rangkaian upacara pernikahan tersebut, melainkan yang harus dilakukan adalah mengajar mereka secara lebih mendalam terhadap kebenaran Alkitab dan membawa mereka untuk bisa berfikir secara benar.





REFERENSI

Kusuma, Surya. Okultisme Antara Budaya VS Iman Kristen. Yogyakarta: ANDI, 2010.
Sumarsono. Tata Upacara Pengantin Adat Jawa. Jakarta: PT. Buku Kita, 2007.
Hardjodikromo, Mangun. Adat Istiadat Jawa: Manusia Jawa Sejak Dalam Kandungan Sampai Wafat. htttp://www.semarasanta.wordpress.com (diakses tanggal 17 Oktober 2012 pukul 21.30 WIB).
Adat Istiadat Jawa. 2005. http://www.karatonsurakarta.com (diakses 17 Oktober 2012 pukul 21.45 WIB).


1 komentar:

  1. Hubungi : 0822 – 9914 – 4728 (Rizky)
    Menikah adalah tujuan dan impian Semua orang, Melalui HIS Graha Elnusa Wedding Package , anda bisa mendapatkan paket lengkap mulai dari fasilitas gedung full ac, full carpet, dan lampu chandeliar yg cantik, catering dengan vendor yang berpengalaman, dekorasi, rias busana, musik entertainment, dan photoghraphy serta videography.
    Kenyaman dan kemewahan yang anda dapat adalah tujuan utama kami.

    BalasHapus