Translate

Selasa, 15 Agustus 2017

Hilangnya Kekristenan pada Fase Tertentu

HILANGNYA KEKRISTENAN PADA FASE TERTENTU
Oleh : Astri Kristiani

PENDAHULUAN
Asia merupakan benua terbesar dengan luas sekitar 44.000.000 Km Persegi, yaitu mencakup 8,6 % permukaan bumi yang meliputi 50 negara yang tersebar dari daratan luas Asia Kecil, Timur Tengah, hingga Samudera Pasifik. Sekitar 60% populasi dunia tinggal di Asia. Asia menjadi benua terpadat didunia. Benua Asia dibagi menjadi 5 kawasan besar, yaitu Asia Barat, Asia Timur, Asia Tengah, Asia Selatan, dan Asia Tenggara[1].
 Asia mempunyai corak yang unik dan berbeda dengan corak barat, di Asia mempunyai beranekaragam kebudayaan dan cara pandang kehidupan sehingga mempengaruhi dalam segala aspek kehidupan orang Asia. Orang – orang Asia mempunyai worldview secara wholistik, yaitu menganggap supranatural dan natural menyatu, banyak agama – agama muncul dari Asia, orang – orang Asia sangat menghargai relasi dengan lingkungan dan masyarakatnya, mengutamakan tradisi dan mengutamakan tempat dan waktu yang bersifat sakral, dan animistik[2].
Dengan corak Asia yang penuh dengan animistik dan sudah banyak agama – agama yang muncul, membuat kekristenan di Asia mengalami tekanan yang cukup besar. Di Asia sampai pada tahun 650 sudah ada agama zoroaster (parsi), agama Islam, Hindu, Buddha, dan Kong Hu Cu yang merupakan agama – agama “tinggi” yang mempunyai daya tahan terhadap agama Kristen. Disamping itu masing – masing agama tersebut menjadi agama negara di salah satu bagian Asia[3]. Jadi pada umumnya di Asia agama dan kebudayaan negara menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipecahkan dan yang mempunyai kesadaran (harga diri) yang begitu besar sehingga sulit diterobos oleh agama Kristen.
Tantangan yang dihadapi gereja – gereja di Asia begitu luar biasa. Dimana – mana, kecuali diwilayah Romawi, Mesopotamia Utara, dan beberapa daerah lain. Agama Kristen menjadi agama minoritas. Tidak menjadi gereja rakyat apalagi gereja negara. Lebih dari pada itu, sekitar sesudah tahun 1300 sampai abad ke 16 agama Kristen nyaris hilang dari Asia[4]. Oleh sebab itu, pada paper ini akan dibahas mengenahi faktor – faktor penyebab hilangnya kekristenan di Asia pada sekitar sesudah tahun 1300 sampai abad ke 16 dan dampak yang muncul dari hal itu. Disamping itu dalam paper ini juga akan menjabarkan bagaimana upaya untuk mengembangkan kekristenan yang mengambil pelajaran dari perjalanan sejarah gereja.     
ISI
A.    KEKRISTENAN DI ASIA
A.1. Abad pertama sampai tahun 1500
Gambaran gereja Asia pada abad pertama sampai dengan sekitar tahun 1500-an yang paling menonjol adalah semangat penginjilannya. Gereja Asia adalah gereja yang pertama memakai gedung sebagai tempat ibadah, menerjemahkan Alkitab Perjanjian Baru dalam bahasa, gereja Asia mengembangkan struktur gereja, ciri – ciri teologi Asia dan Sekolah teologi terkenal. Mempunyai kerohanioan yang kuat untuk misi pekabaran Injil. Para penginjil Asia pergi jauh ke Cina dan Asia Timur, bahkan sampai ke Indonesia. Umat Kristen di Asia bertahan dalam penganiyaan dan belajar hidup sebagai golongan minoritas ditengah – tengah negara yang bukan Kristen.
Namun pada abad ke 7 Islam menguasai Asia Tengah, Asia Barat, Asia Selatan, Afrika, dan Spanyol. Dibawah pemerintahan Islam, gereja mengalami kemunduran sehingga pada tahun 1500 di Asia tinggal sedikit orang Kristen. Namun setelah itu Injil diberitakan kembali di Asia Timur dengan membawa corak barat. Pekabaran Injil dengan membawa corak barat tidak mencabut akar – akar Kekristenan Asia pertama.
Permulaan gereja di Asia, yaitu di Timur tengah yaitu di Antiokhia, ibukota propinsi Siria, kota ketiga dari kekaisaran Romawi. Dikota inilah para pengikut Yesus untuk pertama kalinya disebut Kristen dan gereja inilah merupakan gereja pengutus dari perjalanan Paulus dan Barnabas ke Asia Kecil (Turki).
Kemudia Injil datang didaratan Cina, Agama Kristen berkembang dicina namun kurang berakar. Karena latar belakang kebudayaan Cina bertolak belakang dengan kebudayaan Kristen Nestorian. Disamping itu pertumbuhan gereja di Cina terhambat karena adanya sinkretisme dan sangat tergantung pada dukungan pemerintah. Apabila pemerintah tidak mendukung, maka gereja mundur. Pada abad yang ke 10 gereja hampir punah, pada abad 14 orang – orang Kristen diusir bersama dengan penjajahan monggol.
Secara umum Asia mengalami tantangan yang dahsyat ketika Islam pada abad ke 7 melakukan perluasan ajaran agamanya, di Arabia dan di Afrika umat Kristen nyaris musnah. Di Siria dan Palestina gereja dibiarkan menjadi minoritas resmi. Bahkan pada abad ke 11 penyerbuan bangsa Turki menambah penganiyayaan. Sedangkan perang salib membebaskan Tanah Suci, membawa bertambahnya penganiyayaan dan hubungan Islam – Kristen semakin buruk.
A.2. Tahun 1500 – 1945
Pada periode 1500 – 1945 merupakan periode yang paling kaya akan adanya sumber – sumber historis tentang sejarah gereja Asia yang dilihat dari sudut pandang Pekabaran Injil Barat.Pada zaman itu merupakan zaman dimana imprealisme negara – negara Barat disambut orang – orang Kristen Barat sebagai suatu kesempatan yang dikaruniakan Tuhan untuk mengabarkan Injil keseluruh dunia. Para biarawan Gereja Katolik Roma yang lebih dahulu menyerahkan diri bagi Pekabaran Injil Protestan.
Motivasi para biarawan Roma datang ke Asia berbeda dengan para penguasa Eropa yang berbondong – bondong datang ke Asia untuk mencari kekayaan, apalagi dengan pemerintah penjajah, motivasi inilah yang mempengaruhi pemberian ijin dan larangan bagi penginjilan. Sesuai dengan kepentingan ekonomi dan politiknya. Namun begitu, para penginjil barat ikut merasakan peradaban Barat sebagai suatu berkat yang mau dicurahkan kepada bangsa – bangsa yang ada dalam kegelapan. Dengan kata lain, orang Kristen yang salehpun tidak lepas dari kebanggaan ras. Gereja barat masuk ke Asia bergandengan tangan dengan imperealisme Barat oleh bangsa – bangsa yang dijajah.
Di Asia kekristenan menghadapi agama – agama dan kebudayaan yang kuat, yang sulit dimasuki pekabaran Injil. Para Pekabar Injil, baik Protestan maupun Katolik berusaha menafsirkan Iman sesuai dengan konteks Asia, tanpa melupakan bahaya sinkretisme. Kesulitan tersebut menimbulkan beberapa pertikaian, misalnya mengenahi isu tentang kasta, upacara menghormati nenek moyang, dan lain – lain. Penginjilan diarahkan pada golongan masyarakat yang dianggap strategis. Berbeda dengan misi Katolik, Misi Protestan mengutamakan terjemahan Alkitab sebagai langkah pertama PI. Gereja protestan yang menekankan Firman Tuhan (Sola Scriptura), ditambah lagi tersedianya Alkitab dalam bahasa setempat, memungkinkan gereja membentuk teologi kontekstual tanpa tergantung terus pada hasil penafsiran orang – orang barat.
Pendidikan dipakai sebagai jalan untuk menarik hati tokoh – tokoh masyarakat terkemuka, dengan tujuan agar melalui mereka masyarakat luas dapat dimenangkan oleh injil. Di India para pekabar Injil dari barat mendekati golongan tinggi, namun justru golongan rendahlah yang berbondong – bondong minta dibaptis. Sering kelompok marjinal yang terbuka terhadap Injil, misalnya suku – suku bagian utara Thailand, orang Kristen setempat mempunyai peranan yang cukup bermakna dalam penginjilan dan perkembangan gereja di Asia, peranan yang kurang mendapat laporan dari misionaris. Suku Karen menjadi misionaris lintas budaya yang utama menginjili suku – suku lain di Burma (Myanmar). China Inland Mission mengutus tim - tim yang terdiri dari satu orang Barat dan satu orang China yang menginjili di pedalaman China.
Tujuan misi protestan adalah menanam serta mendidik gereja – gereja bumi putera mandiri. Beberapa gereja di Asia, terutama di Korea dan Jepang dengan cepat mencapai kemandirian ekonomi, sedangkan dinegara – negara lain gereja tetap bergantung pada dana dari luar, orang Kristen setempat dipersiapkan untuk melayani, tetapi badan misi segan melepaskan tanggung jawab/ kekuasaan. Perang Dunia II secara drastis menghentikan “masa remaja” gereja Asia, sehingga dipaksa untuk mencapai kemandirian.


A.3. Tahun 1945 – sekarang

Kekristenan Asia pada periode 1945 – sekarang menguraikan secara umum tentang usaha mencapai kemandirian dari gereja – gereja yang ada serta mengembangkan kekristenan yang bergaya Asia pada abad ke – 20. Perkembangan Gereja Asia sebagian mencerminkan gaya perkembangan gereja sedunia. Tekanan teologi Asia sebagaimana teologi barat lama – lama pindah dari kontekstualisasi ke dialog. Pembentukan pemikiran teologi mengenahi kemiskinan, penderitaan, dan feminisme yang tepat untuk situasi Asia.
Pada tahun – tahun ini beberapa dikotomi muncul dari kelompok oikumenis dan kelompok evangelical, antara kelompok yang aktif dan tidak aktif dibidang politik. Orang Asia menggumuli peranan gereja dalam masyarakat, bangsa dan negara bukan Kristen.
Umat Kristen di Asia menghadapi tantangan yang biasa digumuli kelompok agama minoritas pada masa ketegangan antar agama dan antar suku bangsa yang semakin meningkat,  namun gereja berkembang secara luar biasa di Asia, terutama umat evangelikal dan gereja – gereja pentakosta.
Pada tahun 1990 gereja Korea mengambil alih pimpinan untuk mengabarkan injil keseluruh dunia. Perkembangan yang paling dramatis terjadi di China, negara yang berabad – abad tertutup terhadap Iman Kristen. Hingga tahun 1949, jumlah orang Kristen di China sebanyak 3 juta orang Katolik Roma, 1,5 juta orang Protestan. Tubuh Kristus di Asia hidup, bertumbuh, dan bersemangat.
Pada waktu belakangan ini, tekanan sejarah gereja , sebagaimana sejarah umum beralih dari kepemimpinan gereja dan ahli teologi ke jemaat lokal orang percaya berdasarkan dari hagiografi para misionaris, penelitian tentang gereja –gereja setempat serta latar belakang konteks agama, dan kebudayaan dimana Injil diterima dan diwujudkan.

B.     HILANGNYA KEKRISTENAN DI ASIA
Hilangnya Kekristenan di Asia terjadi sekitar tahun sesudah 1300 sampai abad ke 16. Hal tersebut terjadi karena pada abad ke-7 bangsa Arab menguasai sebagian besar Timur Tengah dan sejak abad ke-10 orang Turki Seljuk dan Turki yang lain menguasai Asia Barat dan Asia tengah. Lebih lagi pada abad ke -13 sampai abad ke -15 orang Mongol mempengaruhi sejarah Asia dan Eropa Timur, sampai menguasai sebagian besar Asia[5].
Catatan mengenahi hilangnya kekristenan pada sekitar susudah tahun 1300 sampai abad ke 16 terjadi hampir diseluruh bagian Asia, yaitu di Asia Kecil, Asia Timur dan Asia Tengah, dan Asia Barat. Faktor – faktor dan dampak dari hilangnya Kekristenan di Asia akan dijabarkan sebagai berikut:
  • Asia Kecil
Faktor:
Faktor yang sangat mempengaruhi hilangnya Kekristenan di daerah Asia Kecil salah satunya adalah adanya imigrasi dari orang – orang Turki Seljuk yang beragama Islam ke Asia Kecil sejak tahun 1071 sampai 1079. Kemudian kesultanan Konia (Ikonium) menguasai sebagian besar Asia Kecil dan Nikaia menjadi pusat pengaruh orang Turki. Pada tahun 1176 tentara Bizantium dikalahkan tentara Turki  sehingga kesultanan Turki Osman mulai menguasai seluruh Asia Kecil.
Selain faktor adanya imigrasi orang Turki Seljuk ke Asia Kecil, yang mempengaruhi hilangnya kekristenan di Asia Kecil juga dikarenan adanya orang Kristen yang pindah agama. Pada abad ke 13 memang Kekristenan di banyak daerah di Asia Kecil, yang dikuasai oleh orang Turki, menjadi minoritas. Walaupun sesungguhnya di Laodikia orang Seljuk sangat toleran terhadap orang Kristen dan tidak ada paksaan untuk beralih ke agama Islam, namun secara berangsur – angsur Kekristenan lenyap[6]. Dengan demikian, Laudekia yang pada tahun 1210 kelihatannya hanya dihuni oleh orang Kristen, namun pada sebelum tahun 1333 sebagian besar penduduknya terdiri dari orang Islam.
Pengajaran teologis yang tidak benar terjadi di Gereja Yunani ortodoks. Dalam kerahiban Bizantium dikembangkan suatu metode meditasi dengan cara menarik nafas secara teratur dan terus – menerus mengucapkan “Doa Yesus”. Tujuan meditasi adalah untuk bertemu dengan Allah secara mistis, dan melihat terang Ilahi seperti terang gunung Tabor (Mat 17:1-8, Markus 9:2-8, Luk 9:28-36).
Dampak:
Dampak dari hilangnya kekristenan di Asia Kecil adalah menyulitkan bagi Patriakh Konstantinopel untuk meneruskan berdirinya organisasi Gerejawi di Asia Kecil. Berbagai upaya untuk memelihara keuskupan Agung dilakukan, pada awalnya yaitu pada sampai akhir abad ke-14 hal tersebut berhasil. Namun sampai pada abad ke 15 hanya terdapat 17 keuskupan agung. Disamping itu, banyak rahib gereja mengundurkan diri dan mencari perkembangan kehidupan kerohaniannya sendiri dikarenakan adanya ancaman dari luar kepada eksistensi Gereja Yunani Ortodoks.
  • Asia Timur dan Asia Tengah
Faktor:
Faktor – faktor yang mempengaruhi hilangnya kekristenan di Asia Timur yang pertama adalah karena semakin banyaknya pemimpin Mongol yang menganut agama Islam, khususnya Ghazan yang naik tahta pada tahun 1295, dia menjadi pelopor bagi orang Mongol masuk Islam. Yang kedua adalah karena Kekristenan kehilangan dukungan dari pemerintah pada saat pemerintahan Mongol diganti oleh dinasti Ming dan pada saat itu ada penganiayaan kepada orang – orang Kristen yang dikarenakan sebagian besar orang Kristen adalah orang Mongol. Yang ketiga adalah sulitnya hubungan lalu lintas ke Asia Tengah. Yang keempat adalah masalah sinkretisme, yaitu ketika di Tiongkok Nestorianisme menyesuaikan diri dengan sistem budaya agama Buddha dan di Asia Tengah Kekristenan berkompromi dengan Shamanisme. 
Dari sini terlihat jelas, bahwa faktor kepemimpinan sangat mempengaruhi Kekristenan dan keberlangsungan hidup gereja. Jika Pemimpin memppunyai dukungan yang baik terhadap Kekristenan atau gereja, maka gereja atau kekristenan juga akan bisa bertahan dan berkembang. Namun sebaliknya, jika pemimpin tidak mendukung adanya Kekristenan, maka pertumbuhan Kekristenan akan terhambat dan akan Kekristenan sulit untuk dipertahankan.
Dampak:
Di Asia Tengah, Masuknya bangsa Mongol ke agama Islam mempersulit situasi bagi orang Kristen. Patriakh Nestorian Yabalaha III beberapa kali mengunjungi Ghazan tetapi tidak berhasil memelihara posisi Gereja Nestorian sebagai gereja yang didukung pemerintah. Lebih dari pada itu, terjadi juga penganiayaan terhadap orang Kristen, baik Nestorian maupun Roma Katolik. Pada akhirnya, gereja Nestorian di Asia Timur dan Asia Tengah hancur secara total.
  • Asia Barat
Faktor:
Sekitar tahun 1400 ekspedisi Timur Lenk menghancurkan pusat gereja Nestorian dan memaksa banyak orang Nestorian untuk mengungsi ke daerah Pegunungan Hakkiari di sebelah utara Mesopotamia[7]. Disamping adanya penghancuran gereja Nestorian, gereja Yakobit juga mengalami kemerosotan karena banyak orang yakobit yang pindah agama disebabkan pemerintahan Mongol memutuskan tentang agama yang dianut pemimpin Mongol
Dampak:
Pada tahun1500 Gereja Nestorian menjadi gereja lokal dan mundur ke pedalaman dan bersifat menjadi gereja suku dan disebut “gereja orang Assur”. Sedangkan sebelumnya yaitu pada sekitar tahun 1350 gereja ini menjadi gereja internasional dan ditemukan dihampir seluruh Asia.
Selain itu dampak yang kelihatan adalah bahwa Katolikos_Patriakh yang dahulunya memimpin gereja sebenua, sekarang menjadi semacam kepala suku dan jabatan Patriakh menjadi jabatan warisan dalam keluarga Bar Mama, yaitu keluarga dengan posisi tertinggi dalam suku Assur (yaitu dari paman ke keponakan laki – laki, lagi pula anggota hierarki yang tinggi ini tidak boleh menikah.
Selain dampak kepada orang – orang Nestorian, orang – orang Yakobit juga mengalami tekanan yang tidak mudah berhubungan dengan ekspedisi Timur Lenk, sebagian besar orang Yakobit mengundurkan diri ke Tur Abhdin di Mesopotamia Utara (sekarang Turki Selatan) dan menjadi minoritas disana.
C.    UPAYA MENGEMBANGKAN GEREJA
Sebelum mengetahui bagaimanakah upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan gereja, terlebih dahulu kita harus mengetahui apakah sesungguhnya perkembangan gereja itu. Untuk melihat perkembangan gereja terkadang arah pandangan mengacu pada jumlah data statistik, padahal sesungguhnya pertumbuhan secara jumlah (kwantitas) hanya merupakan bagian kecil dari perkembangan gereja itu sendiri. Perkembangan gereja yang tepat adalah perkembangan secara kwalitas, yaitu kualitas orang Kristen termasuk hidup Kristus yang diperolehnya, sifat hidup kekalnya, ketaatannya kepada perintah Kristus, hasil pekerjaannya, kesaksian hidupnya, dan hasil penginjilannya[8].
Ada beberapa prinsip yang harus dipegang mengenahi perkembangan gereja, yaitu perkembangan gereja adalah kehendak Allah, perkembangan gereja adalah pekerjaan Roh Kudus, dan perkembangan gereja adalah tanggung jawab jemaat.
Untuk mengembangkan gereja di era sekarang supaya Kekristenan tetap bertumbuh dengan pesat adalah sebagai berikut:
  • Gereja berkontekstualisasi dengan globalisasi
Dunia mengalami perkembangan yang luar biasa hampir disegala bidang, terutama dibidang IT (information Technology), kondisi dunia saat ini sudah meng-global. Untuk masuk dalam perkembangan dunia yang begitu pesat dan dalam globalisasi, gereja harus bisa berkontekstualisasi dengan globalisasi maksudnya adalah gereja harus mampu berkontekstualisasi dengan dunia yang telah menjadi datar dengan dinamika – dinamika yang dikarakterisasi dunia global, yaitu kecepatan yang luar biasa tinggi, networking yang luar biasa besarnya, dan softifikasi[9] yang begitu canggihnya[10].
Didalam Yohanes 17:23 harus diorganisasikan sebagai jawaban yang memadai terhadap globalisasi. Gereja – gereja sudah seharusnya tidak membiarkan diri bersembunyi ditengah kemajuan Teknologi Informasi, melainkan seharusnya gereja memakai Teknlogi Informasi sebagai sarana penunjang dan mengembangkan pelayanan
  • Pengelolaan Administrasi Gereja yang baik.
Pengelolaan administrasi gereja juga menjadi salah satu faktor dalam perkembangan gereja. Dalam pengelolaan Administrasi gereja pemimpin mempunyai peran yang sangat penting untuk tercapainya perkembangan gereja. Namun sayangnya banyak pemimpin – pemimpin gereja yang merasa sudah cukup bertanggung jawab ketika sudah melaksanakan dan memimpin secara langsung seluruh tugas rohani di gerejanya, seperti: khotbah, memimpin PA, persekutuan doa, dsb. Sesungguhnya pemimpin gereja akan berfungsi secara maksimal jika pemimpin tersebut melakukan tugas utamanya, yaitu mengatur strategi kehidupan pelayanan gereja itu[11].
Pada hakekatnya administrasi gereja adalah pertanggungjawaban pemimpin – pemimpin gereja dalam “menyediakan wadah yang tepat”, dimana inkarnasi Firman itu menjadi kenyataan[12]. Dimana gereja benar – benar menjadi tubuh Kristus, kehadiran Kristus yang hidup dan konkrit. Pemimpin gereja haruslah menjadi seorang pemikir, organisator, dan otak dari seluruh kehidupan dan pelayanan gerejanya.
Pelaksanaan praktis dalam administrasi gereja adalah mengawalinya dengan mengenali kebutuhan – kebutuhan yang ada dalam gereja kemudian dari kebutuhan – kebutuhan yang dilihat itu perlu untuk dipenuhi, maka dibuatlah sebuah rancangan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Merancang atau merencanakan sesuatu yang harus dikerjakan untuk memenuhi kebutuhan gereja dengan tujuan melalu rencana dan apa yang akan dilakukan dari rencana tersebut, gereja bisa berkembang. Disamping itu perlu diadakan juga pengorganisasian dari setiap rencana dan rangsangan untuk menjalankan rencana tersebut. Pada akhirnya, diadakan evaluasi dari setiap administrasi yang dikerjakan juga merupakan faktor yang penting supaya dalam menjalankan administrasi untuk kedepannya lebih baik.
  • Hal – Hal Paraktis Lain
Disamping gereja harus berkontekstualisasi dengan globalisasi dan pengelolaan administrasi gereja yang baik, hal – hal praktis sebagai upaya untuk mengembangkan gereja yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut[13]:
-          Berdoa
Berdoa adalah bekerjasama dengan Roh Kudus, Roh Kudus dapat memnggerakkan hati orang yang didoakan. Setiap anggota gereja harus mempunyai kehidupan doa yang benar dan selalu mengandalkan Tuhan dalam setiap perencanaan dan pelaksanaan segala pelayanan.
-          Tekun
Setiap orang Kristen dalam melayani Tuhan harus bertekad untuk menjelajahi setiap pelayanan walaupun dengan segala tantangan yang ada.
-          Kelompok Pelayanan
Didalam setiap pelayanan memerlukan kerjasama, pelayanan akan lebih maksimal jika dilaksanakan dengan bekerja sama dengan para pekerja – pekerja yang lain.
-          Partisipasi kaum awam dalam penginjilan
Setiap orang Kristen harus menjadi saksi yang hidup bagi Kristus dalam setiap aspek kehidupannya. Hidup meneladani Kristus, sehingga Kristus dikenal.
-          Mulai dari Masyarakat
Orang Kristen harus membawa kehidupan kekristenan mereka dalam masyarakat.
-          Mementingkan Pengajaran
Memberikan pengajaran yang mengajarakan kebenaran Kristus adalah salah satu fondasi utama dalam perkembangan gereja.
-          Kebaktian Kebangunan Rohani
Mengadakan kebaktian kebangunan rohani dapat memberikan semangat baru dalam kehidupan bergereja.
-          Penyelidikan Alkitab
Adanya kelompok penyelidikan Alkitab merupakan kesempatan yang baik untuk menumbuhkan kerohanian.
-          Beban pribadi
Jika setiap orang Kristen terbeban terhadap jiwa yang belum diselamatkan, tentu ia dapat meneladi Kristus untuk mengorbankan diri, memikul salib, menyalurkan anugrah pengampunan, dan keselamatan hidup kekal terhadap orang lain sebagaiman yang telah dinyatakan Paulus dalam Filipi 2:5.
  
D.    YANG HARUS DIHILANGKAN
Belajar dari sejarah gereja, nampaklah jelas bahwa ada hal – hal yang harus ditinjau ulang dan bahkan harus dihilangkan dalam upaya pertumbuhan gereja, hal – hal tersebut adalah pengajaran – pengajaran yang tidak benar, sinkretisme, dan politik yang akan dijabarkan sebagai berikut:
  • Pengajaran – Pengajaran yang Tidak Benar.
Pengajaran – pengajaran yang tidak benar adalah pengajaran yang tidak berdasarkan pada Alkitab. Pada sejarah gereja Asia, secara khusus di Asia Kecil terdapat pengajaran teologis yang tidak benar di Gereja Yunani ortodoks. Dalam kerahiban Bizantium dikembangkan suatu metode meditasi dengan cara menarik nafas secara teratur dan terus – menerus mengucapkan “Doa Yesus”. Tujuan meditasi adalah untuk bertemu dengan Allah secara mistis, dan melihat terang Ilahi seperti terang gunung Tabor (Mat 17:1-8, Markus 9:2-8, Luk 9:28-36).
Dewasa ini banyak gereja mengalami penurunan secara kwalitas dikarenakan pengajaran Alkitab yang sangat minim dan bahkan melenceng dari kebenaran, tidak sedikit hamba – hamba Tuhan menafsirkan Alkitab menurut keinginan dagingnya dan membuat pengajaran – pengajaran yang sesungguhnya tidak Alkitabiah dengan tujuan untuk menarik jemaat. Oleh sebab itu, pengajaran – pengajaran yang tidak benar didalam gereja haruslah dihilangkan agar gereja berkembang secara maksimal.
  • Sinkretisme
Sinkretisme adalah suatu paham yang merupakan perpaduan dari berbagai paham yang berbeda untuk mencari keserasian, keseimbangan, kesamaan, dsb[14]. Sinkretisme jika masuk didalam Kekristenan merupakan suatu jalan yang sesat, oleh sebab itu sinkretisme harus dihilangkan dalam kehidupan Kekristenan. Hal tersebut terjadi dalam sejarah Gereja Asia, yaitu terjadi di Asia Tengah dan Asia Timur. Di Asia Timur yaitu ketika di Tiongkok Nestorianisme menyesuaikan diri dengan sistem budaya agama Buddha dan di Asia Tengah Kekristenan berkompromi dengan Shamanisme.
  • Politik
Perlu diwaspadai adanya penyusupan politik didalam gereja karena politik didalam gereja mampu menghancurkan seluruh kehidupan gereja. Kata Politik di dalam bahasa bahasa Yunani memiliki banyak arti,  yaitu pertama, kata Polis yang berarti benteng, lalu berarti kota, kemudian berarti negara dan akhirnya berarti suatu bentuk negara tertentu, yaitu demokrasi. Kedua, Kata Politeia dapat diartikan penduduk atau warga negara, hak warganegara, kewarganegaraan, tetapi juga dapat tatanegara dan bentuk pemerintahan.[15]
Belajar dari Sejarah Gereja Asia, bisa dilihat bahwa hampir keseluruhan dari penyebab keruntuhan Kekristenan atau bahkan sampai dikatakan Kekristenan menghilang di Asia disebabkan karena adanya politik yang mengimbas kepada kehidupan gereja. Salah satunya adalah yang terjadi di Asia Tengah dan Asia Timur, yaitu karena pemimpin pemerintahan menganut Agama Islam dan pemimpin tersebut menggunakan kekuasaannya untuk menghancurkan gereja, yaitu dengan pengaruh Islamnya yang cukup kuat. Lebih lagi yaitu ketika kepemimpinan berada ditangan Dinasti Ming, kekristenan kehilangan dukungan pemerintah dan bahkan mengalami penganiayaa. Oleh sebab itu, waspada terhadap politik, tidak ikut campur, dan selalu berjaga – jaga adalah salah satu hal yang sangat penting untuk menjaga kelangsungan hidup gereja.

E.     KONTRIBUSI PEMIMPIN GEREJA, HAMBA TUHAN, DAN UMAT KRISTIANI
Para hamba Tuhan, pemimpin gereja, dan umat Kristiani mampu berperan aktif dengan memberikan kontribusi – kontribusi yang membangun guna mengembangkan Kekristenan. Peran aktif yang bisa diberikan adalah sebagai berikut:
  • Para Pemimpin Gereja
Seorang pemimpin yang baik adalah seorang pemimpin yang bisa memimpin sesuai dengan konteks (tren, sosial, ekonomi, budaya, masalah – masalah yang dihadapi saat itu, pemikiran – pemikiran gereja saat itu, apa yang dipikirkan orang – orang disekitarnya, dll). Para pemimpin gereja yang menganut pola pikir serba mungkin dan yang kepemimpinannya dinamis akan membuat gereja sehat dan bertumbuh.[16]
Disamping itu, belajar dari kepemimpinan Musa (Keluaran 1:8), bisa dilihat bagaimana Musa dipanggil menjadi seorang pemimpin:
-          Musa menjadi seorang pemimpin bukan karena keinginan Musa sendiri, melainkan Tuhan telah menetapkanya dari semula sebelum Musa lahir (Kej 15:13-16).
-          Tuhan memanggil seseorang untuk menjadi pemimpin bukan untuk mengerjakan sesuatu yang sesuai dengan keinginan orang tersebut tetapi untuk menggenapi rencana Allah sendiri.
-          Seorang pemimpin tidak bisa mengandalkan kekuatanya sendiri, tetapi harus mengandalkan kekuatan dan pimpinan Tuhan. Apabila kekuatan sendiri yang diandalkan, maka pemimpin tersebut akan hancur sendiri dan akan sengsara (Kel 2:11-15).
Jadi dari penjabaran diatas bisa dilihat bahwa para pemimpin gereja harus mempunyai panggilan yang jelas akan kepemimpinannya, yaitu mereka yang tahu bahwa mereka dipanggil Allah untuk mengerjakan kehendak Allah, bukan keinginan sendiri. Pemimpin yang sadar benar akan fokusnya kepada Allah dapat berkontribusi dengan efektif dalam perkembangan gerejanya, secara konkrit mereka akan memimpin dengan pola pikirnya yang mengandalkan Tuhan dan memimpin secara dinamis, tidak kaku dan dapat menyesuakan dengan konteks.
  • Hamba Tuhan
Dalam Kerluaran 2:24 – 3:10 bisa dipelajari bagaimana Musa sebagai hamba Tuhan menghidupi panggilannya sebagai hamba Tuhan dan bagamana dia mengerjakan tugas pelayanannya. Musa dalam mengerjakan tugas panggilannya sebagai hamba Tuhan selalu mencari Tuhan untuk meminta petunjuk dalam setiap langkah. Demikianlah seharusnya seorang hamab Tuhan saat ini harus selalu mencari Tuhan dalam setiap pelayanannya dan harus banyak berdoa. Berdoa sesungguhnya merupakan nafas bagi hamba Tuhan dimana setiap saat dan waktu mengalami peparangan rohani, oleh sebab itu doa peperangan harus dilakukan oleh hamba – hamba Tuhan karena yang dihadapi adalah tidak hanya hal – hal yang kelihatan oleh mata, tetapi juga hal – hal yang kasat mata. Didalam doa, hamba Tuhan harus berdoa untuk diri sendiri juga berdoa bagi orang – orang yang dilayani. Ketika hamba Tuhan meminta pimpinan Tuhan dalam setiap pelayanan, maka Tuhan sendiri yang akan memberi hikmat. Oleh sebab hamba Tuhan harus dekat dengan Tuhan. Kesanggupan dalam mengerjakan pelayanan datangnya hanya dari Tuhan.
Hal yang tidak kalah pentingnya untuk memberikan kontribusi dalam pertumbuhan gereja adalah bahwa hamba Tuhan harus memberikan pengajaran Alkitab yang benar. Fokus pengajaran haruslah kepada Tuhan bukan kepada diri hamba Tuhan sendiri, banyak hamba – hamba Tuhan yang terjerumus dalam kedagingan sehingga menggunakan berbagai macam cara pengajaran yang jauh dari kebenaran Alkitab supaya orang – orang yang menerima pengajaran tersebut menyanjung dia, mengagumi dia, dan mengikut dia, bukan mengikut Tuhan. banyak hamba – hamba Tuhan yang menginginkan dirinya dimulyakan dan mendapatkan kemegahan sehingga pengajarannya hanya “anthroposentris”[17].

  • Umat Kristiani
Umat Kristiani dapat memberikan kontribusi dalam perkembangan gereja melalui peran aktifnya dalam setiap kegiatan pelayanan yang berada di dalam gereja. Umat Kristiani dapat mengambil bagian dalam pelayanan – pelayanan gereja yang cukup luas, seperti contohnya secara konkrit, yaitu: menjadi pengurus persekutuan, menjadi guru Sekolah Minggu, singer saat ibadah, pemandu pujian, kolektan, penerima tamu, menyalurkan bakat bermusik dalam setiap pelayanan, dan menyalurkan semua bakat – bakat yang lain yang dimiliki untuk melayani.
Namun yang paling penting adalah bahwa umat Kristiani mampu menjadi saksi – saksi Kristus yang hidup dalam setiap kehidupannya. Meneladani Kristus dan menerapkannya dalam kehidupan sehari – hari, dan memberitakan Injil kepada masyarakat secara luas melalui pemberitaan secara langsung atau melalui cara hidup. Gereja tidak akan bisa berkembang jika jemaatnya pasif. Sesungguhnya kehidupan gereja akan nampak jelas dari keterlibatan aktif dalam pelayanan dari umat Kristiani sendiri. Jika umat Kristiani bersatu dan bersemangat untuk mengabarkan Injil melalui hidupnya dalam masyarakat umum maupun tindakan – tindakan praktis didalam gereja, maka hal tersebut akan berdampak dalam perkembangan gereja.










KESIMPULAN
Banyak hal yang dapat dipelajari dari sejarah Gereja Asia, salah satunya adalah ketika gereja Asia pada fase tertentu kehilangan eksistensinya. Hilangnya Kekristenan di Asia terjadi sekitar tahun sesudah 1300 sampai abad ke 16 disebabkan karena beberapa faktor, yaitu adanya Pengajaran – Pengajaran yang Tidak Benar, Sinkretisme, dan Politik pemerintahan yang menghancurkan Kekristenan.
Pengajaran – pengajaran yang tidak benar yaitu pengajaran yang tidak berdasarkan pada Alkitab yang terjadi di Asia Kecil yaitu mengenahi pengajaran teologis dari Gereja Yunani ortodoks. Pada saat itu dalam kerahiban Bizantium dikembangkan suatu metode meditasi dengan cara menarik nafas secara teratur dan terus – menerus mengucapkan “Doa Yesus”. Tujuan meditasi adalah untuk bertemu dengan Allah secara mistis, dan melihat terang Ilahi seperti terang gunung Tabor (Mat 17:1-8, Markus 9:2-8, Luk 9:28-36).
Sinkretisme yang masuk didalam Kekristenan merupakan suatu jalan yang sesat. Hal tersebut terjadi di Asia Timur yaitu ketika di Tiongkok Nestorianisme menyesuaikan diri dengan sistem budaya agama Buddha dan di Asia Tengah Kekristenan berkompromi dengan Shamanisme.
Politik yang menjadi faktor terbesar dalam hilangnya Kekristenan di Asia. Dilihat bahwa hampir keseluruhan dari penyebab keruntuhan Kekristenan atau bahkan sampai dikatakan Kekristenan menghilang di Asia disebabkan karena adanya politik yang mengimbas kepada kehidupan gereja. Salah satunya adalah yang terjadi di Asia Tengah dan Asia Timur, yaitu karena pemimpin pemerintahan menganut Agama Islam dan pemimpin tersebut menggunakan kekuasaannya untuk menghancurkan gereja, yaitu dengan pengaruh Islamnya yang cukup kuat. Lebih lagi yaitu ketika kepemimpinan berada ditangan Dinasti Ming, kekristenan kehilangan dukungan pemerintah dan bahkan mengalami penganiayaan.
Sebagai gereja Tuhan di era sekarang harus belajar dari sejarah. Pembelajaran dari sejarah menjadikan gereja tidak mengulangi kesalahan yang telah dilakukan dalam sejarah dan tahu bagaimana mempertahankan dan mengembangkan kehidupan gereja kedepan. Menghindari dan hati – hati terhadap ajaran yang tidak benar, sinkretisme, dan politik dari pemerintah adalah hal yang perlu dilakukan. Disamping itu, sebagai tubuh Kristus secara menyeluruh, yaitu hamba Tuhan, Pemimpin gereja, maupun umat Kristiani harus memberikan kontribusi yang positif untuk mengembangkan kehidupan bergereja agar gereja dapat berkembang secara maksimal.
BIBLIOGRAFI

End, Van Den. Sejarah Gereja Asia. Yogyakarta: PPIP Duta Wacana, 1988.
http://id.wikipedia.org/wiki/Asia. diakses pada 15 April 2013.
Kamus Besar Bahasa Indonesia Elektronik. Sinkretisme.
McGavran, Donald. The Bridge of God – A Study of Strategy of Mission. New York: Friendship, 1955.
Ruck, Anne. Sejarah Gereja Asia. Yogyakarta: BPK Gunung Mulia. 2005.
Sagala, Herlise. Class note Anthropology Budaya.
Setiabudi, Natan. Menjadi Gereja yang Efektif ditengah Globalisasi. Jakarta: Suara GKYE Peduli Bangsa, 2007.
Susabda, Yakub B. Prinsip – Prinsip Pertimbangan Utama dalam Administrasi Gereja. Malang: Gandum Mas, 1985.
Verkuyl, J. Etika Kristen, Ras, Bangsa, Gereja dan Negara. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia. 1989.
Wagner, Peter. Gereja Saudara Dapat Bertumbuh. Malang: Gandum Mas, 1976.
Wetzel, Klaus. Kopendium Sejarah Gereja Asia. Malang:Gandum Mas, 2000.
Wongso, Peter. Tugas Gerejadan Misi Masa Kini. Malang: SAAT, 1999.





[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Asia. diakses pada 15 April 2013 pukul 08.30.
[2] Herlise sagala. Class note Anthropology Budaya. 15
[3] Van Den End. Sejarah Gereja Asia. (Yogyakarta:PPIP Duta Wacana, 1988). 2-3.
[4] Ibid. 1.
[5] Klaus Wetzel. Kopendium Sejarah Gereja Asia. (Malang:Gandum Mas). 113.
[6] Ibid. 114.
[7] Ibid. 121.
[8] Peter Wongso. Tugas Gerejadan Misi Masa Kini. (Malang: SAAT).110-111.
[9] Arti dari “softifikasi” adalah perangkat – perangkat lunak yang merupakan bagian dari Teknologi Informasi.
[10] Natan Setiabudi. Menjadi Gereja yang Efektif ditengah Globalisasi. (Jakarta: Suara GKYE Peduli Bangsa). Iv.
[11] Yakub B.Susabda. Prinsip – Prinsip Pertimbangan Utama dalam Administrasi Gereja.(Malang: Gandum Mas). 1.
[12] Ibid. 2.
[13] Donald McGavran. The Bridge of God – A Study of Strategy of Mission. (New York: Friendship, 1955). Dalam Peter Wongso. 116-119.
[14] Kamus Besar Bahasa Indonesia Elektronik. Sinkretisme.
[15] Dr. J. Verkuyl. Etika Kristen, Ras, Bangsa, Gereja dan Negara. (Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia. 1989), 71
[16] Peter Wagner. Gereja Saudara Dapat Bertumbuh. (Malang: Gandum Mas, 1976). 59.
[17]Anthroposentris” artinya berfokus kepada manusia, untuk menyenangkan telinga manusia dan bukan untuk memberikan pengajaran Firman Tuhan yang benar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar