HILANGNYA KEKRISTENAN PADA FASE TERTENTU
Oleh : Astri Kristiani
Oleh : Astri Kristiani
PENDAHULUAN
Asia merupakan benua
terbesar dengan luas sekitar 44.000.000 Km Persegi, yaitu mencakup 8,6 %
permukaan bumi yang meliputi 50 negara yang tersebar dari daratan luas Asia Kecil, Timur Tengah, hingga Samudera Pasifik. Sekitar 60% populasi dunia
tinggal di Asia. Asia menjadi benua terpadat didunia. Benua Asia dibagi menjadi 5 kawasan besar, yaitu Asia Barat, Asia Timur, Asia Tengah, Asia Selatan, dan Asia Tenggara[1].
Asia mempunyai corak yang unik dan berbeda
dengan corak barat, di Asia mempunyai beranekaragam kebudayaan dan cara pandang
kehidupan sehingga mempengaruhi dalam segala aspek kehidupan orang Asia. Orang – orang Asia mempunyai worldview secara wholistik, yaitu
menganggap supranatural dan natural menyatu, banyak agama – agama muncul dari
Asia, orang – orang Asia sangat menghargai relasi dengan lingkungan dan
masyarakatnya, mengutamakan tradisi dan mengutamakan tempat dan waktu yang
bersifat sakral, dan animistik[2].
Dengan corak
Asia yang penuh dengan animistik dan sudah banyak agama – agama yang muncul,
membuat kekristenan di Asia mengalami tekanan yang cukup besar. Di Asia sampai
pada tahun 650 sudah ada agama zoroaster (parsi), agama Islam, Hindu, Buddha,
dan Kong Hu Cu yang merupakan agama – agama “tinggi” yang mempunyai daya tahan
terhadap agama Kristen. Disamping itu masing – masing agama tersebut menjadi
agama negara di salah satu bagian Asia[3].
Jadi pada umumnya di Asia agama dan kebudayaan negara menjadi satu kesatuan
yang tidak dapat dipecahkan dan yang mempunyai kesadaran (harga diri) yang
begitu besar sehingga sulit diterobos oleh agama Kristen.
Tantangan
yang dihadapi gereja – gereja di Asia begitu luar biasa. Dimana – mana, kecuali
diwilayah Romawi, Mesopotamia Utara, dan beberapa daerah lain. Agama Kristen
menjadi agama minoritas. Tidak menjadi gereja rakyat apalagi gereja negara.
Lebih dari pada itu, sekitar sesudah tahun 1300 sampai abad ke 16 agama Kristen
nyaris hilang dari Asia[4].
Oleh sebab itu, pada paper ini akan dibahas mengenahi faktor – faktor penyebab hilangnya
kekristenan di Asia pada sekitar sesudah tahun 1300 sampai abad ke 16 dan
dampak yang muncul dari hal itu. Disamping itu dalam paper ini juga akan
menjabarkan bagaimana upaya untuk mengembangkan kekristenan yang mengambil
pelajaran dari perjalanan sejarah gereja.
ISI
A.
KEKRISTENAN
DI ASIA
A.1. Abad pertama
sampai tahun 1500
Gambaran gereja Asia pada abad pertama
sampai dengan sekitar tahun 1500-an yang paling menonjol adalah semangat
penginjilannya. Gereja Asia adalah gereja yang pertama memakai gedung sebagai
tempat ibadah, menerjemahkan Alkitab Perjanjian Baru dalam bahasa, gereja Asia
mengembangkan struktur gereja, ciri – ciri teologi Asia dan Sekolah teologi
terkenal. Mempunyai kerohanioan yang kuat untuk misi pekabaran Injil. Para
penginjil Asia pergi jauh ke Cina dan Asia Timur, bahkan sampai ke Indonesia.
Umat Kristen di Asia bertahan dalam penganiyaan dan belajar hidup sebagai
golongan minoritas ditengah – tengah negara yang bukan Kristen.
Namun pada abad ke 7 Islam menguasai Asia
Tengah, Asia Barat, Asia Selatan, Afrika, dan Spanyol. Dibawah pemerintahan
Islam, gereja mengalami kemunduran sehingga pada tahun 1500 di Asia tinggal
sedikit orang Kristen. Namun setelah itu Injil diberitakan kembali di Asia
Timur dengan membawa corak barat. Pekabaran Injil dengan membawa corak barat
tidak mencabut akar – akar Kekristenan Asia pertama.
Permulaan gereja di Asia, yaitu di Timur
tengah yaitu di Antiokhia, ibukota propinsi Siria, kota ketiga dari kekaisaran
Romawi. Dikota inilah para pengikut Yesus untuk pertama kalinya disebut Kristen
dan gereja inilah merupakan gereja pengutus dari perjalanan Paulus dan Barnabas
ke Asia Kecil (Turki).
Kemudia Injil datang didaratan Cina,
Agama Kristen berkembang dicina namun kurang berakar. Karena latar belakang
kebudayaan Cina bertolak belakang dengan kebudayaan Kristen Nestorian.
Disamping itu pertumbuhan gereja di Cina terhambat karena adanya sinkretisme
dan sangat tergantung pada dukungan pemerintah. Apabila pemerintah tidak
mendukung, maka gereja mundur. Pada abad yang ke 10 gereja hampir punah, pada
abad 14 orang – orang Kristen diusir bersama dengan penjajahan monggol.
Secara umum Asia mengalami tantangan
yang dahsyat ketika Islam pada abad ke 7 melakukan perluasan ajaran agamanya,
di Arabia dan di Afrika umat Kristen nyaris musnah. Di Siria dan Palestina
gereja dibiarkan menjadi minoritas resmi. Bahkan pada abad ke 11 penyerbuan
bangsa Turki menambah penganiyayaan. Sedangkan perang salib membebaskan Tanah
Suci, membawa bertambahnya penganiyayaan dan hubungan Islam – Kristen semakin
buruk.
A.2. Tahun 1500 – 1945
Pada periode 1500 – 1945 merupakan periode yang
paling kaya akan adanya sumber – sumber historis tentang sejarah gereja Asia
yang dilihat dari sudut pandang Pekabaran Injil Barat.Pada zaman itu merupakan
zaman dimana imprealisme negara – negara Barat disambut orang – orang Kristen
Barat sebagai suatu kesempatan yang dikaruniakan Tuhan untuk mengabarkan Injil
keseluruh dunia. Para biarawan Gereja Katolik Roma yang lebih dahulu
menyerahkan diri bagi Pekabaran Injil Protestan.
Motivasi para biarawan Roma datang ke Asia berbeda
dengan para penguasa Eropa yang berbondong – bondong datang ke Asia untuk
mencari kekayaan, apalagi dengan pemerintah penjajah, motivasi inilah yang
mempengaruhi pemberian ijin dan larangan bagi penginjilan. Sesuai dengan
kepentingan ekonomi dan politiknya. Namun begitu, para penginjil barat ikut
merasakan peradaban Barat sebagai suatu berkat yang mau dicurahkan kepada
bangsa – bangsa yang ada dalam kegelapan. Dengan kata lain, orang Kristen yang
salehpun tidak lepas dari kebanggaan ras. Gereja barat masuk ke Asia
bergandengan tangan dengan imperealisme Barat oleh bangsa – bangsa yang
dijajah.
Di Asia kekristenan menghadapi agama – agama dan
kebudayaan yang kuat, yang sulit dimasuki pekabaran Injil. Para Pekabar Injil,
baik Protestan maupun Katolik berusaha menafsirkan Iman sesuai dengan konteks
Asia, tanpa melupakan bahaya sinkretisme. Kesulitan tersebut menimbulkan
beberapa pertikaian, misalnya mengenahi isu tentang kasta, upacara menghormati
nenek moyang, dan lain – lain. Penginjilan diarahkan pada golongan masyarakat
yang dianggap strategis. Berbeda dengan misi Katolik, Misi Protestan
mengutamakan terjemahan Alkitab sebagai langkah pertama PI. Gereja protestan
yang menekankan Firman Tuhan (Sola Scriptura), ditambah lagi tersedianya
Alkitab dalam bahasa setempat, memungkinkan gereja membentuk teologi
kontekstual tanpa tergantung terus pada hasil penafsiran orang – orang barat.
Pendidikan dipakai sebagai jalan untuk menarik hati
tokoh – tokoh masyarakat terkemuka, dengan tujuan agar melalui mereka
masyarakat luas dapat dimenangkan oleh injil. Di India para pekabar Injil dari
barat mendekati golongan tinggi, namun justru golongan rendahlah yang
berbondong – bondong minta dibaptis. Sering kelompok marjinal yang terbuka
terhadap Injil, misalnya suku – suku bagian utara Thailand, orang Kristen
setempat mempunyai peranan yang cukup bermakna dalam penginjilan dan
perkembangan gereja di Asia, peranan yang kurang mendapat laporan dari misionaris.
Suku Karen menjadi misionaris lintas budaya yang utama menginjili suku – suku
lain di Burma (Myanmar). China Inland Mission mengutus tim - tim yang terdiri
dari satu orang Barat dan satu orang China yang menginjili di pedalaman China.
Tujuan misi protestan adalah menanam serta mendidik
gereja – gereja bumi putera mandiri. Beberapa gereja di Asia, terutama di Korea
dan Jepang dengan cepat mencapai kemandirian ekonomi, sedangkan dinegara –
negara lain gereja tetap bergantung pada dana dari luar, orang Kristen setempat
dipersiapkan untuk melayani, tetapi badan misi segan melepaskan tanggung jawab/
kekuasaan. Perang Dunia II secara drastis menghentikan “masa remaja” gereja
Asia, sehingga dipaksa untuk mencapai kemandirian.
A.3. Tahun 1945 – sekarang
Kekristenan Asia pada periode 1945 – sekarang
menguraikan secara umum tentang usaha mencapai kemandirian dari gereja – gereja
yang ada serta mengembangkan kekristenan yang bergaya Asia pada abad ke – 20.
Perkembangan Gereja Asia sebagian mencerminkan gaya perkembangan gereja
sedunia. Tekanan teologi Asia sebagaimana teologi barat lama – lama pindah dari
kontekstualisasi ke dialog. Pembentukan pemikiran teologi mengenahi kemiskinan,
penderitaan, dan feminisme yang tepat untuk situasi Asia.
Pada tahun – tahun ini beberapa dikotomi muncul dari
kelompok oikumenis dan kelompok evangelical, antara kelompok yang aktif dan
tidak aktif dibidang politik. Orang Asia menggumuli peranan gereja dalam
masyarakat, bangsa dan negara bukan Kristen.
Umat Kristen di Asia menghadapi tantangan yang biasa
digumuli kelompok agama minoritas pada masa ketegangan antar agama dan antar
suku bangsa yang semakin meningkat,
namun gereja berkembang secara luar biasa di Asia, terutama umat
evangelikal dan gereja – gereja pentakosta.
Pada tahun 1990 gereja Korea mengambil alih pimpinan
untuk mengabarkan injil keseluruh dunia. Perkembangan yang paling dramatis
terjadi di China, negara yang berabad – abad tertutup terhadap Iman Kristen.
Hingga tahun 1949, jumlah orang Kristen di China sebanyak 3 juta orang Katolik
Roma, 1,5 juta orang Protestan. Tubuh Kristus di Asia hidup, bertumbuh, dan
bersemangat.
Pada waktu belakangan ini, tekanan sejarah gereja ,
sebagaimana sejarah umum beralih dari kepemimpinan gereja dan ahli teologi ke
jemaat lokal orang percaya berdasarkan dari hagiografi para misionaris,
penelitian tentang gereja –gereja setempat serta latar belakang konteks agama,
dan kebudayaan dimana Injil diterima dan diwujudkan.
B.
HILANGNYA
KEKRISTENAN DI ASIA
Hilangnya Kekristenan di Asia terjadi
sekitar tahun sesudah 1300 sampai abad ke 16. Hal tersebut terjadi karena pada
abad ke-7 bangsa Arab menguasai sebagian besar Timur Tengah dan sejak abad
ke-10 orang Turki Seljuk dan Turki yang lain menguasai Asia Barat dan Asia
tengah. Lebih lagi pada abad ke -13 sampai abad ke -15 orang Mongol
mempengaruhi sejarah Asia dan Eropa Timur, sampai menguasai sebagian besar Asia[5].
Catatan mengenahi hilangnya kekristenan
pada sekitar susudah tahun 1300 sampai abad ke 16 terjadi hampir diseluruh
bagian Asia, yaitu di Asia Kecil, Asia Timur dan Asia Tengah, dan Asia Barat.
Faktor – faktor dan dampak dari hilangnya Kekristenan di Asia akan dijabarkan
sebagai berikut:
- Asia Kecil
Faktor:
Faktor
yang sangat mempengaruhi hilangnya Kekristenan di daerah Asia Kecil salah
satunya adalah adanya imigrasi dari orang – orang Turki Seljuk yang beragama
Islam ke Asia Kecil sejak tahun 1071 sampai 1079. Kemudian kesultanan Konia
(Ikonium) menguasai sebagian besar Asia Kecil dan Nikaia menjadi pusat pengaruh
orang Turki. Pada tahun 1176 tentara Bizantium dikalahkan tentara Turki sehingga kesultanan Turki Osman mulai
menguasai seluruh Asia Kecil.
Selain
faktor adanya imigrasi orang Turki Seljuk ke Asia Kecil, yang mempengaruhi
hilangnya kekristenan di Asia Kecil juga dikarenan adanya orang Kristen yang
pindah agama. Pada abad ke 13 memang Kekristenan di banyak daerah di Asia
Kecil, yang dikuasai oleh orang Turki, menjadi minoritas. Walaupun sesungguhnya
di Laodikia orang Seljuk sangat toleran terhadap orang Kristen dan tidak ada paksaan
untuk beralih ke agama Islam, namun secara berangsur – angsur Kekristenan
lenyap[6].
Dengan demikian, Laudekia yang pada tahun 1210 kelihatannya hanya dihuni oleh
orang Kristen, namun pada sebelum tahun 1333 sebagian besar penduduknya terdiri
dari orang Islam.
Pengajaran
teologis yang tidak benar terjadi di Gereja Yunani ortodoks. Dalam kerahiban
Bizantium dikembangkan suatu metode meditasi dengan cara menarik nafas secara
teratur dan terus – menerus mengucapkan “Doa Yesus”. Tujuan meditasi adalah untuk
bertemu dengan Allah secara mistis, dan melihat terang Ilahi seperti terang
gunung Tabor (Mat 17:1-8, Markus 9:2-8, Luk 9:28-36).
Dampak:
Dampak
dari hilangnya kekristenan di Asia Kecil adalah menyulitkan bagi Patriakh
Konstantinopel untuk meneruskan berdirinya organisasi Gerejawi di Asia Kecil.
Berbagai upaya untuk memelihara keuskupan Agung dilakukan, pada awalnya yaitu
pada sampai akhir abad ke-14 hal tersebut berhasil. Namun sampai pada abad ke
15 hanya terdapat 17 keuskupan agung. Disamping itu, banyak rahib gereja
mengundurkan diri dan mencari perkembangan kehidupan kerohaniannya sendiri
dikarenakan adanya ancaman dari luar kepada eksistensi Gereja Yunani Ortodoks.
- Asia Timur dan
Asia Tengah
Faktor:
Faktor
– faktor yang mempengaruhi hilangnya kekristenan di Asia Timur yang pertama
adalah karena semakin banyaknya pemimpin Mongol yang menganut agama Islam,
khususnya Ghazan yang naik tahta pada tahun 1295, dia menjadi pelopor bagi
orang Mongol masuk Islam. Yang kedua adalah karena Kekristenan kehilangan
dukungan dari pemerintah pada saat pemerintahan Mongol diganti oleh dinasti
Ming dan pada saat itu ada penganiayaan kepada orang – orang Kristen yang
dikarenakan sebagian besar orang Kristen adalah orang Mongol. Yang ketiga
adalah sulitnya hubungan lalu lintas ke Asia Tengah. Yang keempat adalah
masalah sinkretisme, yaitu ketika di Tiongkok Nestorianisme menyesuaikan diri
dengan sistem budaya agama Buddha dan di Asia Tengah Kekristenan berkompromi
dengan Shamanisme.
Dari
sini terlihat jelas, bahwa faktor kepemimpinan sangat mempengaruhi Kekristenan
dan keberlangsungan hidup gereja. Jika Pemimpin memppunyai dukungan yang baik
terhadap Kekristenan atau gereja, maka gereja atau kekristenan juga akan bisa
bertahan dan berkembang. Namun sebaliknya, jika pemimpin tidak mendukung adanya
Kekristenan, maka pertumbuhan Kekristenan akan terhambat dan akan Kekristenan
sulit untuk dipertahankan.
Dampak:
Di
Asia Tengah, Masuknya bangsa Mongol ke agama Islam mempersulit situasi bagi
orang Kristen. Patriakh Nestorian Yabalaha III beberapa kali mengunjungi Ghazan
tetapi tidak berhasil memelihara posisi Gereja Nestorian sebagai gereja yang
didukung pemerintah. Lebih dari pada itu, terjadi juga penganiayaan terhadap
orang Kristen, baik Nestorian maupun Roma Katolik. Pada akhirnya, gereja
Nestorian di Asia Timur dan Asia Tengah hancur secara total.
- Asia Barat
Faktor:
Sekitar
tahun 1400 ekspedisi Timur Lenk menghancurkan pusat gereja Nestorian dan
memaksa banyak orang Nestorian untuk mengungsi ke daerah Pegunungan Hakkiari di
sebelah utara Mesopotamia[7].
Disamping adanya penghancuran gereja Nestorian, gereja Yakobit juga mengalami
kemerosotan karena banyak orang yakobit yang pindah agama disebabkan
pemerintahan Mongol memutuskan tentang agama yang dianut pemimpin Mongol
Dampak:
Pada
tahun1500 Gereja Nestorian menjadi gereja lokal dan mundur ke pedalaman dan
bersifat menjadi gereja suku dan disebut “gereja orang Assur”. Sedangkan
sebelumnya yaitu pada sekitar tahun 1350 gereja ini menjadi gereja
internasional dan ditemukan dihampir seluruh Asia.
Selain
itu dampak yang kelihatan adalah bahwa Katolikos_Patriakh yang dahulunya
memimpin gereja sebenua, sekarang menjadi semacam kepala suku dan jabatan
Patriakh menjadi jabatan warisan dalam keluarga Bar Mama, yaitu keluarga dengan
posisi tertinggi dalam suku Assur (yaitu dari paman ke keponakan laki – laki,
lagi pula anggota hierarki yang tinggi ini tidak boleh menikah.
Selain
dampak kepada orang – orang Nestorian, orang – orang Yakobit juga mengalami
tekanan yang tidak mudah berhubungan dengan ekspedisi Timur Lenk, sebagian
besar orang Yakobit mengundurkan diri ke Tur Abhdin di Mesopotamia Utara
(sekarang Turki Selatan) dan menjadi minoritas disana.
C.
UPAYA
MENGEMBANGKAN GEREJA
Sebelum mengetahui bagaimanakah upaya
yang dapat dilakukan untuk mengembangkan gereja, terlebih dahulu kita harus
mengetahui apakah sesungguhnya perkembangan gereja itu. Untuk melihat
perkembangan gereja terkadang arah pandangan mengacu pada jumlah data
statistik, padahal sesungguhnya pertumbuhan secara jumlah (kwantitas) hanya
merupakan bagian kecil dari perkembangan gereja itu sendiri. Perkembangan
gereja yang tepat adalah perkembangan secara kwalitas, yaitu kualitas orang
Kristen termasuk hidup Kristus yang diperolehnya, sifat hidup kekalnya,
ketaatannya kepada perintah Kristus, hasil pekerjaannya, kesaksian hidupnya, dan
hasil penginjilannya[8].
Ada beberapa prinsip yang harus dipegang
mengenahi perkembangan gereja, yaitu perkembangan gereja adalah kehendak Allah,
perkembangan gereja adalah pekerjaan Roh Kudus, dan perkembangan gereja adalah
tanggung jawab jemaat.
Untuk mengembangkan gereja di era
sekarang supaya Kekristenan tetap bertumbuh dengan pesat adalah sebagai
berikut:
- Gereja
berkontekstualisasi dengan globalisasi
Dunia
mengalami perkembangan yang luar biasa hampir disegala bidang, terutama
dibidang IT (information Technology), kondisi dunia saat ini sudah meng-global.
Untuk masuk dalam perkembangan dunia yang begitu pesat dan dalam globalisasi,
gereja harus bisa berkontekstualisasi dengan globalisasi maksudnya adalah
gereja harus mampu berkontekstualisasi dengan dunia yang telah menjadi datar
dengan dinamika – dinamika yang dikarakterisasi dunia global, yaitu kecepatan
yang luar biasa tinggi, networking yang
luar biasa besarnya, dan softifikasi[9]
yang begitu canggihnya[10].
Didalam
Yohanes 17:23 harus diorganisasikan sebagai jawaban yang memadai terhadap
globalisasi. Gereja – gereja sudah seharusnya tidak membiarkan diri bersembunyi
ditengah kemajuan Teknologi Informasi, melainkan seharusnya gereja memakai
Teknlogi Informasi sebagai sarana penunjang dan mengembangkan pelayanan
- Pengelolaan
Administrasi Gereja yang baik.
Pengelolaan
administrasi gereja juga menjadi salah satu faktor dalam perkembangan gereja.
Dalam pengelolaan Administrasi gereja pemimpin mempunyai peran yang sangat
penting untuk tercapainya perkembangan gereja. Namun sayangnya banyak pemimpin
– pemimpin gereja yang merasa sudah cukup bertanggung jawab ketika sudah
melaksanakan dan memimpin secara langsung seluruh tugas rohani di gerejanya,
seperti: khotbah, memimpin PA, persekutuan doa, dsb. Sesungguhnya pemimpin
gereja akan berfungsi secara maksimal jika pemimpin tersebut melakukan tugas
utamanya, yaitu mengatur strategi kehidupan pelayanan gereja itu[11].
Pada
hakekatnya administrasi gereja adalah pertanggungjawaban pemimpin – pemimpin
gereja dalam “menyediakan wadah yang tepat”, dimana inkarnasi Firman itu
menjadi kenyataan[12].
Dimana gereja benar – benar menjadi tubuh Kristus, kehadiran Kristus yang hidup
dan konkrit. Pemimpin gereja haruslah menjadi seorang pemikir, organisator, dan
otak dari seluruh kehidupan dan pelayanan gerejanya.
Pelaksanaan
praktis dalam administrasi gereja adalah mengawalinya dengan mengenali
kebutuhan – kebutuhan yang ada dalam gereja kemudian dari kebutuhan – kebutuhan
yang dilihat itu perlu untuk dipenuhi, maka dibuatlah sebuah rancangan untuk
memenuhi kebutuhan tersebut. Merancang atau merencanakan sesuatu yang harus
dikerjakan untuk memenuhi kebutuhan gereja dengan tujuan melalu rencana dan apa
yang akan dilakukan dari rencana tersebut, gereja bisa berkembang. Disamping
itu perlu diadakan juga pengorganisasian dari setiap rencana dan rangsangan
untuk menjalankan rencana tersebut. Pada akhirnya, diadakan evaluasi dari
setiap administrasi yang dikerjakan juga merupakan faktor yang penting supaya
dalam menjalankan administrasi untuk kedepannya lebih baik.
- Hal – Hal Paraktis
Lain
Disamping
gereja harus berkontekstualisasi dengan globalisasi dan pengelolaan
administrasi gereja yang baik, hal – hal praktis sebagai upaya untuk mengembangkan
gereja yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut[13]:
-
Berdoa
Berdoa
adalah bekerjasama dengan Roh Kudus, Roh Kudus dapat memnggerakkan hati orang
yang didoakan. Setiap anggota gereja harus mempunyai kehidupan doa yang benar
dan selalu mengandalkan Tuhan dalam setiap perencanaan dan pelaksanaan segala
pelayanan.
-
Tekun
Setiap
orang Kristen dalam melayani Tuhan harus bertekad untuk menjelajahi setiap
pelayanan walaupun dengan segala tantangan yang ada.
-
Kelompok Pelayanan
Didalam
setiap pelayanan memerlukan kerjasama, pelayanan akan lebih maksimal jika
dilaksanakan dengan bekerja sama dengan para pekerja – pekerja yang lain.
-
Partisipasi kaum awam dalam penginjilan
Setiap
orang Kristen harus menjadi saksi yang hidup bagi Kristus dalam setiap aspek
kehidupannya. Hidup meneladani Kristus, sehingga Kristus dikenal.
-
Mulai dari Masyarakat
Orang
Kristen harus membawa kehidupan kekristenan mereka dalam masyarakat.
-
Mementingkan Pengajaran
Memberikan
pengajaran yang mengajarakan kebenaran Kristus adalah salah satu fondasi utama
dalam perkembangan gereja.
-
Kebaktian Kebangunan Rohani
Mengadakan
kebaktian kebangunan rohani dapat memberikan semangat baru dalam kehidupan
bergereja.
-
Penyelidikan Alkitab
Adanya
kelompok penyelidikan Alkitab merupakan kesempatan yang baik untuk menumbuhkan
kerohanian.
-
Beban pribadi
Jika
setiap orang Kristen terbeban terhadap jiwa yang belum diselamatkan, tentu ia
dapat meneladi Kristus untuk mengorbankan diri, memikul salib, menyalurkan
anugrah pengampunan, dan keselamatan hidup kekal terhadap orang lain sebagaiman
yang telah dinyatakan Paulus dalam Filipi 2:5.
D.
YANG
HARUS DIHILANGKAN
Belajar dari sejarah gereja, nampaklah
jelas bahwa ada hal – hal yang harus ditinjau ulang dan bahkan harus
dihilangkan dalam upaya pertumbuhan gereja, hal – hal tersebut adalah
pengajaran – pengajaran yang tidak benar, sinkretisme, dan politik yang akan
dijabarkan sebagai berikut:
- Pengajaran
– Pengajaran yang Tidak Benar.
Pengajaran
– pengajaran yang tidak benar adalah pengajaran yang tidak berdasarkan pada Alkitab.
Pada sejarah gereja Asia, secara khusus di Asia Kecil terdapat pengajaran
teologis yang tidak benar di Gereja Yunani ortodoks. Dalam kerahiban Bizantium
dikembangkan suatu metode meditasi dengan cara menarik nafas secara teratur dan
terus – menerus mengucapkan “Doa Yesus”. Tujuan meditasi adalah untuk bertemu
dengan Allah secara mistis, dan melihat terang Ilahi seperti terang gunung
Tabor (Mat 17:1-8, Markus 9:2-8, Luk 9:28-36).
Dewasa
ini banyak gereja mengalami penurunan secara kwalitas dikarenakan pengajaran
Alkitab yang sangat minim dan bahkan melenceng dari kebenaran, tidak sedikit
hamba – hamba Tuhan menafsirkan Alkitab menurut keinginan dagingnya dan membuat
pengajaran – pengajaran yang sesungguhnya tidak Alkitabiah dengan tujuan untuk
menarik jemaat. Oleh sebab itu, pengajaran – pengajaran yang tidak benar
didalam gereja haruslah dihilangkan agar gereja berkembang secara maksimal.
- Sinkretisme
Sinkretisme
adalah suatu paham yang merupakan perpaduan dari berbagai paham yang berbeda
untuk mencari keserasian, keseimbangan, kesamaan, dsb[14].
Sinkretisme jika masuk didalam Kekristenan merupakan suatu jalan yang sesat,
oleh sebab itu sinkretisme harus dihilangkan dalam kehidupan Kekristenan. Hal
tersebut terjadi dalam sejarah Gereja Asia, yaitu terjadi di Asia Tengah dan
Asia Timur. Di Asia Timur yaitu ketika di Tiongkok Nestorianisme menyesuaikan
diri dengan sistem budaya agama Buddha dan di Asia Tengah Kekristenan
berkompromi dengan Shamanisme.
- Politik
Perlu
diwaspadai adanya penyusupan politik didalam gereja karena politik didalam
gereja mampu menghancurkan seluruh kehidupan gereja. Kata Politik di dalam
bahasa bahasa Yunani memiliki banyak arti,
yaitu pertama, kata Polis yang
berarti benteng, lalu berarti kota, kemudian berarti negara dan akhirnya berarti
suatu bentuk negara tertentu, yaitu demokrasi. Kedua, Kata Politeia dapat diartikan penduduk atau warga negara, hak
warganegara, kewarganegaraan, tetapi juga dapat tatanegara dan bentuk
pemerintahan.[15]
Belajar
dari Sejarah Gereja Asia, bisa dilihat bahwa hampir keseluruhan dari penyebab
keruntuhan Kekristenan atau bahkan sampai dikatakan Kekristenan menghilang di
Asia disebabkan karena adanya politik yang mengimbas kepada kehidupan gereja.
Salah satunya adalah yang terjadi di Asia Tengah dan Asia Timur, yaitu karena
pemimpin pemerintahan menganut Agama Islam dan pemimpin tersebut menggunakan
kekuasaannya untuk menghancurkan gereja, yaitu dengan pengaruh Islamnya yang
cukup kuat. Lebih lagi yaitu ketika kepemimpinan berada ditangan Dinasti Ming,
kekristenan kehilangan dukungan pemerintah dan bahkan mengalami penganiayaa.
Oleh sebab itu, waspada terhadap politik, tidak ikut campur, dan selalu berjaga
– jaga adalah salah satu hal yang sangat penting untuk menjaga kelangsungan
hidup gereja.
E.
KONTRIBUSI
PEMIMPIN GEREJA, HAMBA TUHAN, DAN UMAT KRISTIANI
Para hamba Tuhan, pemimpin gereja, dan
umat Kristiani mampu berperan aktif dengan memberikan kontribusi – kontribusi
yang membangun guna mengembangkan Kekristenan. Peran aktif yang bisa diberikan
adalah sebagai berikut:
- Para
Pemimpin Gereja
Seorang
pemimpin yang baik adalah seorang pemimpin yang bisa memimpin sesuai dengan
konteks (tren, sosial, ekonomi, budaya, masalah – masalah yang dihadapi saat
itu, pemikiran – pemikiran gereja saat itu, apa yang dipikirkan orang – orang
disekitarnya, dll). Para pemimpin gereja yang menganut pola pikir serba mungkin
dan yang kepemimpinannya dinamis akan membuat gereja sehat dan bertumbuh.[16]
Disamping
itu, belajar dari kepemimpinan Musa (Keluaran 1:8), bisa dilihat bagaimana Musa
dipanggil menjadi seorang pemimpin:
-
Musa menjadi seorang pemimpin bukan
karena keinginan Musa sendiri, melainkan Tuhan telah menetapkanya dari semula
sebelum Musa lahir (Kej 15:13-16).
-
Tuhan memanggil seseorang untuk menjadi
pemimpin bukan untuk mengerjakan sesuatu yang sesuai dengan keinginan orang
tersebut tetapi untuk menggenapi rencana Allah sendiri.
-
Seorang pemimpin tidak bisa mengandalkan
kekuatanya sendiri, tetapi harus mengandalkan kekuatan dan pimpinan Tuhan.
Apabila kekuatan sendiri yang diandalkan, maka pemimpin tersebut akan hancur
sendiri dan akan sengsara (Kel 2:11-15).
Jadi
dari penjabaran diatas bisa dilihat bahwa para pemimpin gereja harus mempunyai
panggilan yang jelas akan kepemimpinannya, yaitu mereka yang tahu bahwa mereka
dipanggil Allah untuk mengerjakan kehendak Allah, bukan keinginan sendiri.
Pemimpin yang sadar benar akan fokusnya kepada Allah dapat berkontribusi dengan
efektif dalam perkembangan gerejanya, secara konkrit mereka akan memimpin
dengan pola pikirnya yang mengandalkan Tuhan dan memimpin secara dinamis, tidak
kaku dan dapat menyesuakan dengan konteks.
- Hamba
Tuhan
Dalam
Kerluaran 2:24 – 3:10 bisa dipelajari bagaimana Musa sebagai hamba Tuhan
menghidupi panggilannya sebagai hamba Tuhan dan bagamana dia mengerjakan tugas
pelayanannya. Musa dalam mengerjakan tugas panggilannya sebagai hamba Tuhan
selalu mencari Tuhan untuk meminta petunjuk dalam setiap langkah. Demikianlah
seharusnya seorang hamab Tuhan saat ini harus selalu mencari Tuhan dalam setiap
pelayanannya dan harus banyak berdoa. Berdoa sesungguhnya merupakan nafas bagi
hamba Tuhan dimana setiap saat dan waktu mengalami peparangan rohani, oleh
sebab itu doa peperangan harus dilakukan oleh hamba – hamba Tuhan karena yang
dihadapi adalah tidak hanya hal – hal yang kelihatan oleh mata, tetapi juga hal
– hal yang kasat mata. Didalam doa, hamba Tuhan harus berdoa untuk diri sendiri
juga berdoa bagi orang – orang yang dilayani. Ketika hamba Tuhan meminta
pimpinan Tuhan dalam setiap pelayanan, maka Tuhan sendiri yang akan memberi
hikmat. Oleh sebab hamba Tuhan harus dekat dengan Tuhan. Kesanggupan dalam
mengerjakan pelayanan datangnya hanya dari Tuhan.
Hal
yang tidak kalah pentingnya untuk memberikan kontribusi dalam pertumbuhan
gereja adalah bahwa hamba Tuhan harus memberikan pengajaran Alkitab yang benar.
Fokus pengajaran haruslah kepada Tuhan bukan kepada diri hamba Tuhan sendiri,
banyak hamba – hamba Tuhan yang terjerumus dalam kedagingan sehingga
menggunakan berbagai macam cara pengajaran yang jauh dari kebenaran Alkitab
supaya orang – orang yang menerima pengajaran tersebut menyanjung dia,
mengagumi dia, dan mengikut dia, bukan mengikut Tuhan. banyak hamba – hamba
Tuhan yang menginginkan dirinya dimulyakan dan mendapatkan kemegahan sehingga
pengajarannya hanya “anthroposentris”[17].
- Umat
Kristiani
Umat
Kristiani dapat memberikan kontribusi dalam perkembangan gereja melalui peran
aktifnya dalam setiap kegiatan pelayanan yang berada di dalam gereja. Umat
Kristiani dapat mengambil bagian dalam pelayanan – pelayanan gereja yang cukup
luas, seperti contohnya secara konkrit, yaitu: menjadi pengurus persekutuan,
menjadi guru Sekolah Minggu, singer saat ibadah, pemandu pujian, kolektan,
penerima tamu, menyalurkan bakat bermusik dalam setiap pelayanan, dan
menyalurkan semua bakat – bakat yang lain yang dimiliki untuk melayani.
Namun
yang paling penting adalah bahwa umat Kristiani mampu menjadi saksi – saksi
Kristus yang hidup dalam setiap kehidupannya. Meneladani Kristus dan
menerapkannya dalam kehidupan sehari – hari, dan memberitakan Injil kepada
masyarakat secara luas melalui pemberitaan secara langsung atau melalui cara
hidup. Gereja tidak akan bisa berkembang jika jemaatnya pasif. Sesungguhnya kehidupan
gereja akan nampak jelas dari keterlibatan aktif dalam pelayanan dari umat Kristiani
sendiri. Jika umat Kristiani bersatu dan bersemangat untuk mengabarkan Injil
melalui hidupnya dalam masyarakat umum maupun tindakan – tindakan praktis
didalam gereja, maka hal tersebut akan berdampak dalam perkembangan gereja.
KESIMPULAN
Banyak
hal yang dapat dipelajari dari sejarah Gereja Asia, salah satunya adalah ketika
gereja Asia pada fase tertentu kehilangan eksistensinya. Hilangnya Kekristenan
di Asia terjadi sekitar tahun sesudah 1300 sampai abad ke 16 disebabkan karena
beberapa faktor, yaitu adanya Pengajaran – Pengajaran yang Tidak Benar, Sinkretisme,
dan Politik pemerintahan yang menghancurkan Kekristenan.
Pengajaran
– pengajaran yang tidak benar yaitu pengajaran yang tidak berdasarkan pada
Alkitab yang terjadi di Asia Kecil yaitu mengenahi pengajaran teologis dari
Gereja Yunani ortodoks. Pada saat itu dalam kerahiban Bizantium dikembangkan
suatu metode meditasi dengan cara menarik nafas secara teratur dan terus –
menerus mengucapkan “Doa Yesus”. Tujuan meditasi adalah untuk bertemu dengan
Allah secara mistis, dan melihat terang Ilahi seperti terang gunung Tabor (Mat
17:1-8, Markus 9:2-8, Luk 9:28-36).
Sinkretisme
yang masuk didalam Kekristenan merupakan suatu jalan yang sesat. Hal tersebut
terjadi di Asia Timur yaitu ketika di Tiongkok Nestorianisme menyesuaikan diri
dengan sistem budaya agama Buddha dan di Asia Tengah Kekristenan berkompromi
dengan Shamanisme.
Politik
yang menjadi faktor terbesar dalam hilangnya Kekristenan di Asia. Dilihat bahwa
hampir keseluruhan dari penyebab keruntuhan Kekristenan atau bahkan sampai
dikatakan Kekristenan menghilang di Asia disebabkan karena adanya politik yang
mengimbas kepada kehidupan gereja. Salah satunya adalah yang terjadi di Asia
Tengah dan Asia Timur, yaitu karena pemimpin pemerintahan menganut Agama Islam
dan pemimpin tersebut menggunakan kekuasaannya untuk menghancurkan gereja,
yaitu dengan pengaruh Islamnya yang cukup kuat. Lebih lagi yaitu ketika
kepemimpinan berada ditangan Dinasti Ming, kekristenan kehilangan dukungan
pemerintah dan bahkan mengalami penganiayaan.
Sebagai
gereja Tuhan di era sekarang harus belajar dari sejarah. Pembelajaran dari
sejarah menjadikan gereja tidak mengulangi kesalahan yang telah dilakukan dalam
sejarah dan tahu bagaimana mempertahankan dan mengembangkan kehidupan gereja
kedepan. Menghindari dan hati – hati terhadap ajaran yang tidak benar, sinkretisme,
dan politik dari pemerintah adalah hal yang perlu dilakukan. Disamping itu,
sebagai tubuh Kristus secara menyeluruh, yaitu hamba Tuhan, Pemimpin gereja,
maupun umat Kristiani harus memberikan kontribusi yang positif untuk
mengembangkan kehidupan bergereja agar gereja dapat berkembang secara maksimal.
BIBLIOGRAFI
End, Van Den. Sejarah Gereja Asia. Yogyakarta: PPIP Duta Wacana, 1988.
http://id.wikipedia.org/wiki/Asia.
diakses pada 15 April 2013.
Kamus
Besar Bahasa Indonesia Elektronik. Sinkretisme.
McGavran, Donald. The Bridge of God – A Study of Strategy of Mission. New York:
Friendship, 1955.
Ruck, Anne. Sejarah Gereja Asia. Yogyakarta: BPK Gunung Mulia. 2005.
Sagala, Herlise. Class note Anthropology Budaya.
Setiabudi, Natan. Menjadi Gereja yang Efektif ditengah Globalisasi. Jakarta: Suara
GKYE Peduli Bangsa, 2007.
Susabda, Yakub B. Prinsip – Prinsip Pertimbangan Utama dalam Administrasi Gereja.
Malang: Gandum Mas, 1985.
Verkuyl, J. Etika Kristen, Ras, Bangsa, Gereja dan Negara. Jakarta: PT. BPK
Gunung Mulia. 1989.
Wagner, Peter. Gereja Saudara Dapat Bertumbuh. Malang: Gandum Mas, 1976.
Wetzel, Klaus. Kopendium Sejarah Gereja Asia. Malang:Gandum Mas, 2000.
Wongso, Peter. Tugas Gerejadan Misi Masa Kini. Malang: SAAT, 1999.
[1]
http://id.wikipedia.org/wiki/Asia.
diakses pada 15 April 2013 pukul 08.30.
[2]
Herlise sagala. Class note Anthropology
Budaya. 15
[3]
Van Den End. Sejarah Gereja Asia.
(Yogyakarta:PPIP Duta Wacana, 1988). 2-3.
[4]
Ibid. 1.
[5]
Klaus Wetzel. Kopendium Sejarah Gereja
Asia. (Malang:Gandum Mas). 113.
[6]
Ibid. 114.
[7]
Ibid. 121.
[8]
Peter Wongso. Tugas Gerejadan Misi Masa
Kini. (Malang: SAAT).110-111.
[9]
Arti dari “softifikasi” adalah perangkat – perangkat lunak yang merupakan
bagian dari Teknologi Informasi.
[10]
Natan Setiabudi. Menjadi Gereja yang
Efektif ditengah Globalisasi. (Jakarta: Suara GKYE Peduli Bangsa). Iv.
[11]
Yakub B.Susabda. Prinsip – Prinsip
Pertimbangan Utama dalam Administrasi Gereja.(Malang: Gandum Mas). 1.
[12]
Ibid. 2.
[13]
Donald McGavran. The Bridge of God – A
Study of Strategy of Mission. (New York: Friendship, 1955). Dalam Peter
Wongso. 116-119.
[14]
Kamus Besar Bahasa Indonesia Elektronik.
Sinkretisme.
[15] Dr. J. Verkuyl. Etika Kristen, Ras, Bangsa, Gereja dan
Negara. (Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia. 1989), 71
[16]
Peter Wagner. Gereja Saudara Dapat
Bertumbuh. (Malang: Gandum Mas, 1976). 59.
[17]
“Anthroposentris”
artinya berfokus kepada manusia, untuk menyenangkan telinga manusia dan bukan
untuk memberikan pengajaran Firman Tuhan yang benar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar