Translate

Jumat, 21 Maret 2014

The Dead Sea Scrolls Cave 1



Data – Data Penemuan Arkeologi Yang Berkaitan Dengan Alkitab
The Dead Sea Scrolls Cave 1 (Gulungan – Gulungan Naskah Laut Mati Goa 1)
By: Astri Kristiani, S.Pd.


A.    Latar Belakang

Gulungan – gulungan naskah Laut Mati merupakan hasil penemuan arkeologi yang mengguncangkan dunia pada abad ke 2. Arkeologi merupakan studi tentang “archaia”/ “hal – hal tua” yang baru diminati para ilmuan pada masa Renaisans.[1] Pada masa Renaisans benda – benda kuno sangat dihargai dan mempunyai nilai jual yang sangat tinggi karena usianya yang tua.  Orang – orang kaya sangat tertarik untuk mengkoleksi benda – benda kuno dan bahkan mereka mau membeli dengan harga yang sangat mahal untuk dapat memilikinya. Oleh sebab itu banyak upaya yang dilakukan oleh para arkeolog untuk menemukan barang – barang kuno.
Gulungan – gulungan naskah Laut Mati adalah salah satu temuan arkeologi yang sangat berharga karena gulungan – gulungan naskah tersebut sangat kuno berusia lebih tua dari manuskrip tertua yang  pernah ditemukan di Tanah Suci.[2] Naskah – naskah laut mati menjadi sebuah naskah yang sangat berharga bagi berbagai pihak secara khusus bagi kekristenan karena memberikan pengaruh[3] paling besar pada Alkitab.
Gulungan – gulungan naskah Laut Mati ditemukan dalam 11 goa yang ada di “Wadi Qumran”[4]. Jumlah penemuan gulungan – gulungan naskah Laut Mati berjumlah sangat besar dan merupakan manuskrip dari masa yang berbeda - beda dengan jenis manuskrip yang berbeda – beda pula.[5] Tercatat dalam buku The Dead Sea Scroll After Forty Years bahwa jumlah gulungan – gulungan naskah Laut Mati berjumlah ribuan, di goa 1 terdapat lebih dari 800 manuskrip, di goa 4 terdapat lebih dari 15000 manuskrip,[6] dan masih banyak di sembilan goa lainnya.


Berdasarkan pembacaan tentang penemuan gulungan – gulungan naskah Laut Mati dari berbagai literatur, ditemukan bahwa data – data tentang hal tersebut sangat banyak dan sangat luas. Disamping lokasi penemuan gulungan – gulungan naskah Laut Mati yang berbeda – beda, yaitu ada dalam 11 goa, disetiap goa juga mempunyai bermacam – macam jenis manuskrip dengan jumlah yang sangat banyak dan bervariasi masing – masing goa. Oleh sebab itu, dalam laporan baca ini penulis akan melaporkan secara khusus tentang gulungan – gulungan naskah Laut Mati yang ditemukan di Goa 1 (Dead Sea Scroll Cave 1).

B.     The Dead Sea Scroll Cave 1(Gulungan – Gulungan Naskah Laut Mati Goa 1)

B.1. Penemuan

Penemuan gulungan – gulungan naskah Laut Mati yang ditemukan pada goa 1 adalah sebuah penemuan arkeologi yang tidak terencanakan sebelumnya. Gulungan – gulungan naskah Laut Mati goa 1 ditemukan oleh penggembala domba Bedouin yaitu; Mohammed ed-Dhib, Khalil Musa, dan Juma Mohammed[7] di lokasi sekitar setengah mill dari utara Qumran.[8] Pada awalnya Mohammed ed-Dhib sedang mencari dombanya yang tersesat dengan melemparkan batu – batu kedalam goa dengan tujuan supaya jika dombanya berada didalam goa, maka karena lemparan batu tersebut domba akan terusik dan keluar dari goa. Namun ternyata domba yang dicari tidak ditemukan malahan dia mendengarkan suara tembikar yang pecah karena lemparan batu darinya. Suara tembikar yang pecah menarik hati Mohammed ed-Dhib untuk melihat apa yang ada didalam goa tersebut, awalnya dia berfikir bahwa kemungkinan ini adalah suara tembikar harta karun yang pecah karena lemparan batu.[9]  Kemudian Mohammed ed-Dhib mengajak dua penggembala lain, yaitu Khalil Musa dan Juma Mohammed melihat kedalam goa tersebut dan menemukan 10 tembikar silinder.
Tembikar – tembikar yang ditemukan tiga penggembala domba, yaitu Mohammed ed-Dhib, Khalil Musa dan Juma Mohammed pada sekitar akhir tahun 1946 atau awal tahun 1947 tersebut 8 diantaranya kosong, 1 tembikar dipenuhi dengan kotoran, dan satu tembikar lagi berisi gulungan – gulungan manuskrip sejumlah 7 gulungan.[10]
Pada awal tahun 1947 gulungan – gulungan naskah Laut Mati ini sudah ada ditangan pedagang barang kuno, yaitu Jalil Iskandar salim, Kando, dan Faidi Salahi[11].  Setelah disimpan di sebuah kemah Bedouin beberapa waktu, ketujuh gulungan asli tersebut dijual kepada dua toko antik Arab di Bethlehem. Dari sana, empat gulungan dijual (dengan harga murah) kepada seorang uskup agung Athanasius Samuel dari Syrian Orthodox Metropolitan di St. Mark's Monastery, Kota Tua Yerusalem. Para ahli dari American School of Oriental Research, yang menelaahnya, adalah yang pertama-tama menyadari kekunoannya. John Trever mengambil foto naskah tersebut secara detil dan ahli arkeologi terkemuka William F. Albright segera mengumumkan bahwa naskah-naskah tersebut berasal dari periode antara 200sM sampai 200M.[12] Pengumuman ini menunjukkan bahwa manuskrip – manuskrip ini merupakan menuskrip yang lebih tua dari manuskrip yang pernah ditemukan sebelumnya. Tiga gulungan asli lainnya yang ditemukan oleh anak-anak Bedouin dijual kepada E.L. Sukenik, ahli arkeologi di Hebrew University dan ayah Yigal Yadin (seorang jenderal tentara Israel yang kemudian menjadi seorang ahli arkeologi terkemuka dan penggali situs Masada serta Hazor).
Setelah Samuel berkeliling Amerika dengan keempat gulungannya dan tidak menemukan seorang pun pembeli yang tertarik, Samuel memasang iklan di Wall Street Journal (sebuah koran bisnis terkemuka di Amerika). Kemudian Yigal Yadin sedang mengajar di New York dan melihat iklan tersebut. Melalui para makelar, ia berhasil membeli gulungan yang tak ternilai tersebut dengan harga US$250,000. Semua gulungan akhirnya terkumpul di Hebrew University. Bulan Februari 1955, Perdana Menteri Israel mengumumkan bahwa Negara Israel telah membeli gulungan-gulungan tersebut dan ketujuh gulungan (termasuk tiga yang dibeli terlebih dahulu oleh Profesor Sukenik) akan diletakkan di sebuah museum khusus di Hebrew University dan diberi nama Shrine of the Book (Kilauan Buku), dimana semuanya masih dapat dilihat sampai hari ini.


B.2. Penelitian

Gulungan – gulungan naskah Laut Mati ditulis diatas papirus atau kulit binatang dengan menggunakan tinta dasar karbon[13] dan  kemungkinan besar ditulis oleh orang  Eseni atau Saduki.[14]  Bahasa yang digunakan mayoritas adalah bahasa Ibrani dan ada juga beberapa yang menggunakan bahasa Aram[15] yang biasa disebut dengan abjad Yahudi.[16]
Gulungan – gulungan manuskrip yang ditemukan mereka dalam goa tersebut sebanyak 7 gulungan yang terdiri dari 1QIsaa (Gulungan Besar Kitab Yesaya, salinan Kitab Yesaya), 1QIsab (salinan kedua Kitab Yesaya), 1QS ("Aturan Masyarakat"; "Community Rule"), 1QpHab (Naskah Komentari Kitab Habakuk; Pesher on Habakkuk), 1QM ("Gulungan Perang"; "War Scroll"), 1QH ("Nyanyian Syukur"; "Thanksgiving Hymns"), 1QapGen (Genesis Apocryphon).[17]
Isi dalam gulungan – gulungan naskah Laut Mati tersebut mengandung doktrin Alkitabiah yaitu:[18]
1.      Akhir zaman
Orang-orang Qumran sungguh-sungguh percaya kepada doktrin “zaman akhir”. Mereka lari ke padang gurun dan menyiapkan diri untuk menghadapi penghakiman yang segera akan tiba ketika musuh-musuh mereka dihancurkan, dan mereka, umat pilihan Allah, akan diberikan kemenangan terakhir sesuai dengan nubuatan para nabi.

2.      Pengharapan Mesianis
Pengharapan mesianis menyebar dalam pemikiran kelompok persekutuan ini. Bahkan bukti-bukti menunjukkan bahwa mereka sesungguhnya percaya akan tiga oknum mesias, yaitu yang satu seorang nabi, yang kedua seorang imam, dan yang ketiga seorang raja atau pangeran.

3.      Ketekunan Orang - Orang Beriman
Dalam dokumen yang disebut “Manual Disiplin” atau “Aturan Komunitas”, dijelaskan bahwa orang beriman harus terus hidup mengikuti aturan "sampai datangnya seorang nabi dan seorang yang diurapi (mesias) dari garis Harun dan Israel. Ketiga oknum mesias yang mereka harapkan, yaitu imam, nabi, dan raja akan muncul untuk menuntun mereka memasuki zaman yang sedang disiapkan oleh komunitas tersebut.


C.    Refleksi

Penemuan gulungan – gulungan naskah Laut Mati merupakan sebuah penemuan yang ajaib. Allah bekerja luar biasa untuk menyatakan bahwa Alkitab yang saat ini dipegang dan dipercayai oleh orang – orang Kristen adalah kebenaran. Penemuan gulungan – gulungan naskah Laut Mati meneguhkan Iman Kristen, sudah seharusnya orang – orang Kristen menghargai Alkitab sebagai Firman Allah yang hidup, Alkitab yang merupakan buku tua namun isinya selalu hidup dan selalu baru, tidak pernah usang oleh waktu.
Tidak ada sesuatu yang kebetulan dalam penemuan gulungan – gulungan naskah Laut Mati tersebut. Allah memakai tiga orang penggembala domba, yaitu; Mohammed ed-Dhib, Khalil Musa dan Juma Mohammed untuk menemukan gulungan – gulungan naskah tersebut walaupun sebenarnya mereka bertiga sendiri tidak tahu apa arti dan maksud dari gulungan – gulungan naskah tersebut. Mereka bertiga menganggap penemuannya adalah penemuan yang biasa – biasa saja, tidak berharga, karena yang mereka harapkan adalah menemukan emas bukan gulungan – gulungan naskah. Namun ternyata apa yang dianggap tidak berharga oleh orang – orang yang tidak tahu, sangat berharga dan harganya jauh lebih mahal dibandingkan emas jika berada ditangan orang – orang yang tahu.
Saat ini adalah era postmodern dimana Alkitab tidak lagi diakui otoritasnya, banyak orang mengesampingkan Alkitab karena orang – orang postmodern mempunyai pendapat bahwa bagi mereka tidak ada kebenaran yang mutlak, mereka menolak narasi yang tercermin dalam pengajaran yang utuh dari sebuah doktrin kebenaran, bagi mereka yang terpenting adalah hiburan dari sebuah narasi dan bukan lagi kebenaran yang absolut, mereka beranggapan bahwa manusia adalah makhluk bebas yang hidup sebebas – bebasnya tidak perlu diatur oleh aturan – aturan yang ada apalagi aturan dalam Alkitab. Jadi masa ini manusia menjadi tolok ukur kebenaran dan menjadi penentu kebenaran, semua konsep yang ada akan dianggap benar kalau manusia menentukan itu benar. Oleh sebab itu kasih Allah yang sangat besar senantiasa memberikan peneguhan – peneguhan Iman kepada manusia agar manusia tidak terlena dengan pemikiran zaman ini. Penemuan gulungan – gulungan naskah Laut Mati merupakan peneguhan Iman dari Allah bagi umat manusia kesayangannya karena Allah merindukan umat manusia tetap hidup berpegang pada Firman Allah, bukan pada pemikiran – pemikiran sendiri. Melalui penelitian tentang penemuan gulungan – gulungan naskah laut Mati hal yang seharusnya direspon adalah:
·         Tetap percaya teguh bahwa Alkitab adalah Firman Allah (Verbum Dei).
·         Mengakui Otoritas Alkitab dalam seluruh aspek kehidupan dan menjadikan Alkitab sebagai tolok ukur segala sesuatu.
·         Menghidupi setiap Firman Tuhan yang ada dalam Alkitab dengan pertolongan Roh Kudus.

Akhirnya, “segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyetakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan, dan untuk mendidik orang dalam kebenaran”(2 Timotius 3:16). Amin   



[1] Michael Wise, Martin Abegg Jr dan Edward Cook, Naskah Laut Mati  (Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2008), 5.
[2] Ibid. 7.
[3] Pengaruh yang paling besar dari gulungan – gulungan naskah Laut Mati adalah tentang isi yang terkandung didalamnya. Sebelum diteliti oleh para ahli, banyak orang memunculkan asumsi tentang isi gulungan – gulungan naskah Laut Mati tersebut yang sangat mengguncangkan dan menegangkan karena apa isi dari gulungan – gulungan naskah Laut Mati bisa menghancurkan apa yang orang – orang percayai tentang kebenaran dalam Alkitab. Namun ketegangan beralih menjadi sebuah ketenangan ketika pada tahun 1955 tim ahli mempublikasikan apa yang telah ditelitinya dengan menerbitkan buku yang berjudul Discoveries in the Judean Desert, Vol 1: Qumran Cave 1dan disingkat menjadi DJD 1, isi secara garis besar dari hasil penelitian ini adalah bahwa temuan gulungan – gulungan naskah Laut Mati justru malah meneguhkan kebenaran isi Alkitab. lihat Michael Wise, Martin Abegg Jr dan Edward Cook, Naskah Laut Mati  (Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2008), 9.
[4] Hershel Shanks, James C. Vanderkam dan James A. Sander, The Dead Sea Scroll After Forty Years (Whashington DC: Biblical Archeology Society, 1990), 4.
[5] Florentino Garcia Martinez, The Dead Sea Scroll Translated (Grand Rapids: Wm. B. Eerdmans Publishing Compani, 1996), xxxii.
[6] Ibid. Hershel Shanks, 4.
[7] Ibid. Florentino Garcia Martinez, xxxiii.
[8] Jodi Magness, The Archeology of Qumran and the Dead Sea Scrolls (Grand Rapids: William B. Eeadamans Publishing Company, 2002), 25.
[9] Ibid. Hershel Shanks, 5.
[10] Ibid. Jodi Magness, 26.
[11] Ibid. Florentino Garcia Martinez, xxxiii.
[12] Ibid. Florentino Garcia Martinez, xxxvii.
[13] Ibid. Michael Wise, 14.
[14] Penulis belum bisa dipastikan karena beberapa buku memberikan teori yang sangat panjang lebar tentang siapa penulis gulungan – gulungan naskah Laut Mati namun tidak memberi kepastian siapa atau golongan apakah yang menulisnya.
[15] Ibid. Michael Wise, 16.
[16] Ibid. Michael Wise, 17.
[17] Geza Vermes, The Complete Dead Sea Scrolls in English (London: Penguin, 1998), 10.
[18] Diambil dari http://seberapa-pentingkah-naskah-naskah-laut-mati//diakses pada 4 Maret 2014. Ini merupakan tulisan Will Varner, Seberapa Pentingnyakah Naskah-naskah Laut Mati?, Terj: Tjia Djie Kian (Associates for Biblical Research, 1997).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar