Data – Data
Penemuan Arkeologi Yang Berkaitan Dengan Alkitab
The Dead Sea
Scrolls Cave 1 (Gulungan – Gulungan Naskah Laut Mati Goa 1)
By: Astri Kristiani, S.Pd.
A.
Latar Belakang
Gulungan –
gulungan naskah Laut Mati merupakan hasil penemuan arkeologi yang
mengguncangkan dunia pada abad ke 2. Arkeologi merupakan studi tentang
“archaia”/ “hal – hal tua” yang baru diminati para ilmuan pada masa Renaisans.[1]
Pada masa Renaisans benda – benda kuno sangat dihargai dan mempunyai nilai jual
yang sangat tinggi karena usianya yang tua. Orang – orang kaya sangat tertarik untuk
mengkoleksi benda – benda kuno dan bahkan mereka mau membeli dengan harga yang
sangat mahal untuk dapat memilikinya. Oleh sebab itu banyak upaya yang
dilakukan oleh para arkeolog untuk menemukan barang – barang kuno.
Gulungan –
gulungan naskah Laut Mati adalah salah satu temuan arkeologi yang sangat
berharga karena gulungan – gulungan naskah tersebut sangat kuno berusia lebih
tua dari manuskrip tertua yang pernah
ditemukan di Tanah Suci.[2]
Naskah – naskah laut mati menjadi sebuah naskah yang sangat berharga bagi berbagai
pihak secara khusus bagi kekristenan karena memberikan pengaruh[3]
paling besar pada Alkitab.
Gulungan –
gulungan naskah Laut Mati ditemukan dalam 11 goa yang ada di “Wadi Qumran”[4].
Jumlah penemuan gulungan – gulungan naskah Laut Mati berjumlah sangat besar dan
merupakan manuskrip dari masa yang berbeda - beda dengan jenis manuskrip yang
berbeda – beda pula.[5]
Tercatat dalam buku The Dead Sea Scroll
After Forty Years bahwa jumlah gulungan – gulungan naskah Laut Mati
berjumlah ribuan, di goa 1 terdapat lebih dari 800 manuskrip, di goa 4 terdapat
lebih dari 15000 manuskrip,[6]
dan masih banyak di sembilan goa lainnya.
Berdasarkan
pembacaan tentang penemuan gulungan – gulungan naskah Laut Mati dari berbagai
literatur, ditemukan bahwa data – data tentang hal tersebut sangat banyak dan
sangat luas. Disamping lokasi penemuan gulungan – gulungan naskah Laut Mati
yang berbeda – beda, yaitu ada dalam 11 goa, disetiap goa juga mempunyai
bermacam – macam jenis manuskrip dengan jumlah yang sangat banyak dan
bervariasi masing – masing goa. Oleh sebab itu, dalam laporan baca ini penulis
akan melaporkan secara khusus tentang gulungan – gulungan naskah Laut Mati yang
ditemukan di Goa 1 (Dead Sea Scroll Cave 1).
B.
The Dead Sea
Scroll Cave 1(Gulungan – Gulungan Naskah Laut Mati Goa 1)
B.1.
Penemuan
Penemuan
gulungan – gulungan naskah Laut Mati yang ditemukan pada goa 1 adalah sebuah
penemuan arkeologi yang tidak terencanakan sebelumnya. Gulungan – gulungan
naskah Laut Mati goa 1 ditemukan oleh penggembala domba Bedouin yaitu; Mohammed
ed-Dhib, Khalil Musa, dan Juma Mohammed[7]
di lokasi sekitar setengah mill dari utara Qumran.[8]
Pada awalnya Mohammed ed-Dhib sedang mencari dombanya yang tersesat dengan
melemparkan batu – batu kedalam goa dengan tujuan supaya jika dombanya berada
didalam goa, maka karena lemparan batu tersebut domba akan terusik dan keluar
dari goa. Namun ternyata domba yang dicari tidak ditemukan malahan dia
mendengarkan suara tembikar yang pecah karena lemparan batu darinya. Suara
tembikar yang pecah menarik hati Mohammed ed-Dhib untuk melihat apa yang ada
didalam goa tersebut, awalnya dia berfikir bahwa kemungkinan ini adalah suara
tembikar harta karun yang pecah karena lemparan batu.[9] Kemudian Mohammed ed-Dhib mengajak dua penggembala
lain, yaitu Khalil Musa dan Juma Mohammed melihat kedalam goa tersebut dan
menemukan 10 tembikar silinder.
Tembikar –
tembikar yang ditemukan tiga penggembala domba, yaitu Mohammed ed-Dhib, Khalil
Musa dan Juma Mohammed pada sekitar akhir tahun 1946 atau awal tahun 1947
tersebut 8 diantaranya kosong, 1 tembikar dipenuhi dengan kotoran, dan satu
tembikar lagi berisi gulungan – gulungan manuskrip sejumlah 7 gulungan.[10]
Pada awal tahun
1947 gulungan – gulungan naskah Laut Mati ini sudah ada ditangan pedagang
barang kuno, yaitu Jalil Iskandar salim, Kando, dan Faidi Salahi[11]. Setelah disimpan di sebuah kemah Bedouin
beberapa waktu, ketujuh gulungan asli tersebut dijual kepada dua toko antik
Arab di Bethlehem. Dari sana, empat gulungan dijual (dengan harga murah) kepada
seorang uskup agung Athanasius Samuel dari Syrian Orthodox Metropolitan di St. Mark's
Monastery, Kota Tua Yerusalem. Para ahli dari American School of Oriental
Research, yang menelaahnya, adalah yang pertama-tama menyadari kekunoannya.
John Trever mengambil foto naskah tersebut secara detil dan ahli arkeologi
terkemuka William F. Albright segera mengumumkan bahwa naskah-naskah tersebut
berasal dari periode antara 200sM sampai 200M.[12]
Pengumuman ini menunjukkan bahwa manuskrip – manuskrip ini merupakan menuskrip
yang lebih tua dari manuskrip yang pernah ditemukan sebelumnya. Tiga gulungan asli lainnya yang
ditemukan oleh anak-anak Bedouin dijual kepada E.L. Sukenik, ahli arkeologi di
Hebrew University dan ayah Yigal Yadin (seorang jenderal tentara Israel yang
kemudian menjadi seorang ahli arkeologi terkemuka dan penggali situs Masada serta
Hazor).
Setelah Samuel berkeliling Amerika
dengan keempat gulungannya dan tidak menemukan seorang pun pembeli yang
tertarik, Samuel memasang iklan di Wall Street Journal (sebuah koran bisnis
terkemuka di Amerika). Kemudian Yigal Yadin sedang mengajar di New York dan
melihat iklan tersebut. Melalui para makelar, ia berhasil membeli gulungan yang
tak ternilai tersebut dengan harga US$250,000. Semua gulungan akhirnya
terkumpul di Hebrew University. Bulan Februari 1955, Perdana Menteri Israel
mengumumkan bahwa Negara Israel telah membeli gulungan-gulungan tersebut dan
ketujuh gulungan (termasuk tiga yang dibeli terlebih dahulu oleh Profesor
Sukenik) akan diletakkan di sebuah museum khusus di Hebrew University dan
diberi nama Shrine of the Book
(Kilauan Buku), dimana semuanya masih dapat dilihat sampai hari ini.
B.2.
Penelitian
Gulungan –
gulungan naskah Laut Mati ditulis diatas papirus atau kulit binatang dengan
menggunakan tinta dasar karbon[13]
dan kemungkinan besar ditulis oleh orang
Eseni atau Saduki.[14]
Bahasa yang digunakan mayoritas adalah
bahasa Ibrani dan ada juga beberapa yang menggunakan bahasa Aram[15]
yang biasa disebut dengan abjad Yahudi.[16]
Gulungan –
gulungan manuskrip yang ditemukan mereka dalam goa tersebut sebanyak 7 gulungan
yang terdiri dari 1QIsaa
(Gulungan Besar Kitab Yesaya, salinan Kitab Yesaya),
1QIsab (salinan kedua Kitab Yesaya), 1QS ("Aturan
Masyarakat"; "Community Rule"), 1QpHab (Naskah Komentari Kitab Habakuk;
Pesher on Habakkuk), 1QM ("Gulungan Perang"; "War
Scroll"), 1QH ("Nyanyian Syukur"; "Thanksgiving
Hymns"), 1QapGen (Genesis Apocryphon).[17]
Isi dalam gulungan – gulungan naskah Laut Mati tersebut mengandung doktrin
Alkitabiah yaitu:[18]
1. Akhir zaman
Orang-orang
Qumran sungguh-sungguh percaya kepada doktrin “zaman akhir”. Mereka lari ke
padang gurun dan menyiapkan diri untuk menghadapi penghakiman yang segera akan
tiba ketika musuh-musuh mereka dihancurkan, dan mereka, umat pilihan Allah,
akan diberikan kemenangan terakhir sesuai dengan nubuatan para nabi.
2.
Pengharapan
Mesianis
Pengharapan
mesianis menyebar dalam pemikiran kelompok persekutuan ini. Bahkan bukti-bukti
menunjukkan bahwa mereka sesungguhnya percaya akan tiga oknum mesias, yaitu
yang satu seorang nabi, yang kedua seorang imam, dan yang ketiga seorang raja
atau pangeran.
3.
Ketekunan
Orang - Orang Beriman
Dalam dokumen
yang disebut “Manual Disiplin” atau “Aturan Komunitas”, dijelaskan bahwa orang
beriman harus terus hidup mengikuti aturan "sampai datangnya seorang nabi
dan seorang yang diurapi (mesias) dari garis Harun dan Israel. Ketiga oknum
mesias yang mereka harapkan, yaitu imam, nabi, dan raja akan muncul untuk
menuntun mereka memasuki zaman yang sedang disiapkan oleh komunitas tersebut.
C.
Refleksi
Penemuan
gulungan – gulungan naskah Laut Mati merupakan sebuah penemuan yang ajaib.
Allah bekerja luar biasa untuk menyatakan bahwa Alkitab yang saat ini dipegang
dan dipercayai oleh orang – orang Kristen adalah kebenaran. Penemuan gulungan –
gulungan naskah Laut Mati meneguhkan Iman Kristen, sudah seharusnya orang –
orang Kristen menghargai Alkitab sebagai Firman Allah yang hidup, Alkitab yang
merupakan buku tua namun isinya selalu hidup dan selalu baru, tidak pernah
usang oleh waktu.
Tidak ada
sesuatu yang kebetulan dalam penemuan gulungan – gulungan naskah Laut Mati
tersebut. Allah memakai tiga orang penggembala domba, yaitu; Mohammed ed-Dhib,
Khalil Musa dan Juma Mohammed untuk menemukan gulungan – gulungan naskah
tersebut walaupun sebenarnya mereka bertiga sendiri tidak tahu apa arti dan
maksud dari gulungan – gulungan naskah tersebut. Mereka bertiga menganggap
penemuannya adalah penemuan yang biasa – biasa saja, tidak berharga, karena
yang mereka harapkan adalah menemukan emas bukan gulungan – gulungan naskah.
Namun ternyata apa yang dianggap tidak berharga oleh orang – orang yang tidak
tahu, sangat berharga dan harganya jauh lebih mahal dibandingkan emas jika
berada ditangan orang – orang yang tahu.
Saat ini adalah
era postmodern dimana Alkitab tidak lagi diakui otoritasnya, banyak orang
mengesampingkan Alkitab karena orang – orang postmodern mempunyai pendapat
bahwa bagi mereka tidak ada kebenaran yang mutlak, mereka menolak narasi yang
tercermin dalam pengajaran yang utuh dari sebuah doktrin kebenaran, bagi mereka
yang terpenting adalah hiburan dari sebuah narasi dan bukan lagi kebenaran yang
absolut, mereka beranggapan bahwa manusia adalah makhluk bebas yang hidup
sebebas – bebasnya tidak perlu diatur oleh aturan – aturan yang ada apalagi
aturan dalam Alkitab. Jadi masa ini manusia menjadi tolok ukur kebenaran dan
menjadi penentu kebenaran, semua konsep yang ada akan dianggap benar kalau
manusia menentukan itu benar. Oleh sebab itu kasih Allah yang sangat besar
senantiasa memberikan peneguhan – peneguhan Iman kepada manusia agar manusia
tidak terlena dengan pemikiran zaman ini. Penemuan gulungan – gulungan naskah
Laut Mati merupakan peneguhan Iman dari Allah bagi umat manusia kesayangannya
karena Allah merindukan umat manusia tetap hidup berpegang pada Firman Allah,
bukan pada pemikiran – pemikiran sendiri. Melalui penelitian tentang penemuan
gulungan – gulungan naskah laut Mati hal yang seharusnya direspon adalah:
·
Tetap
percaya teguh bahwa Alkitab adalah Firman Allah (Verbum Dei).
·
Mengakui
Otoritas Alkitab dalam seluruh aspek kehidupan dan menjadikan Alkitab sebagai
tolok ukur segala sesuatu.
·
Menghidupi
setiap Firman Tuhan yang ada dalam Alkitab dengan pertolongan Roh Kudus.
Akhirnya,
“segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk
menyetakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan, dan untuk mendidik orang
dalam kebenaran”(2 Timotius 3:16). Amin
[1] Michael Wise, Martin Abegg Jr
dan Edward Cook, Naskah Laut Mati (Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2008), 5.
[2] Ibid. 7.
[3] Pengaruh yang paling besar dari
gulungan – gulungan naskah Laut Mati adalah tentang isi yang terkandung
didalamnya. Sebelum diteliti oleh para ahli, banyak orang memunculkan asumsi
tentang isi gulungan – gulungan naskah Laut Mati tersebut yang sangat
mengguncangkan dan menegangkan karena apa isi dari gulungan – gulungan naskah
Laut Mati bisa menghancurkan apa yang orang – orang percayai tentang kebenaran
dalam Alkitab. Namun ketegangan beralih menjadi sebuah ketenangan ketika pada
tahun 1955 tim ahli mempublikasikan apa yang telah ditelitinya dengan
menerbitkan buku yang berjudul Discoveries in the Judean Desert, Vol 1: Qumran
Cave 1dan disingkat menjadi DJD 1, isi secara garis besar dari hasil penelitian
ini adalah bahwa temuan gulungan – gulungan naskah Laut Mati justru malah
meneguhkan kebenaran isi Alkitab. lihat Michael Wise, Martin Abegg Jr dan
Edward Cook, Naskah Laut Mati (Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2008), 9.
[4] Hershel Shanks, James C.
Vanderkam dan James A. Sander, The Dead
Sea Scroll After Forty Years (Whashington DC: Biblical Archeology Society,
1990), 4.
[5] Florentino Garcia Martinez, The Dead Sea Scroll Translated (Grand
Rapids: Wm. B. Eerdmans Publishing Compani, 1996), xxxii.
[6] Ibid. Hershel Shanks, 4.
[7] Ibid. Florentino Garcia
Martinez, xxxiii.
[8] Jodi Magness, The
Archeology of Qumran and the Dead Sea Scrolls (Grand Rapids: William B.
Eeadamans Publishing Company, 2002), 25.
[9] Ibid. Hershel Shanks, 5.
[10] Ibid. Jodi Magness, 26.
[11] Ibid. Florentino Garcia Martinez, xxxiii.
[12] Ibid. Florentino Garcia
Martinez, xxxvii.
[13] Ibid. Michael Wise, 14.
[14] Penulis belum bisa dipastikan
karena beberapa buku memberikan teori yang sangat panjang lebar tentang siapa
penulis gulungan – gulungan naskah Laut Mati namun tidak memberi kepastian
siapa atau golongan apakah yang menulisnya.
[15] Ibid. Michael Wise, 16.
[16] Ibid. Michael Wise, 17.
[18] Diambil dari http://seberapa-pentingkah-naskah-naskah-laut-mati//diakses
pada 4 Maret 2014. Ini merupakan tulisan Will Varner, Seberapa Pentingnyakah Naskah-naskah Laut Mati?, Terj:
Tjia
Djie Kian (Associates for Biblical Research,
1997).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar