KESEMBUHAN ILAHI & IMAN
(MEMBAHAS KETERKAITAN IMAN DALAM KESEMBUHAN ILAHI)
By: Astri K. Hermandes
PENDAHULUAN
Kesembuhan
adalah suatu hal yang sangat diharapkan oleh setiap orang yang sedang berada
dalam kondisi sakit, baik sakit secara mental, fisik, ataupun spiritual.
Nampaknya kondisi sakit lebih menonjol dan bisa dirasakan serta dilihat secara
nyata adalah sakit secara fisik. Sedangkan sakit secara mental dan spiritual
terkadang masih sulit untuk dideteksi keberadaannya dan masih dalam dilematis
untuk menyatakan kebenarannya. Oleh sebab itu pengharapan kesembuhan terbesar
yang disadari seseorang berhubungan dengan hal tersebut adalah pengharapan
kesembuhan tentang kesembuhafn fisik yang sedang sakit, padahal hal tersebut
sesungguhnya penting tetapi tidak terlalu penting dibandingkan dengan
kesembuhan secara mental dan spiritual.
Gereja
– gereja tertentu mempunyai konsep bahwa gereja yang mempunyai Roh Kudus adalah
gereja yang dapat melakukan perkara – perkara mujizati, salah satunya adalah
penyembuhan. Dari pandangan tersebut muncul sebuah ritual – ritual penyembuhan Ilahi
(KKR Kesembuhan Ilahi) dengan tahapan – tahapan, cara – cara, dan alat – alat
tertentu dalam tubuh gereja agar terjadi manifestasi kerja Roh Kudus dalam
bentuk kesembuhan yang mengatasnamakan
kesembuhan Ilahi dan gereja yang dipenuhi Roh Kudus. Gereja - gereja ini
percaya bahwa pada masa sekarang penyembuhan Ilahi masih berlangsung sama
seperti pada zaman Yesus dan para rasul dan bahkan ajaran ini menganggap orang
Kristen dapat melakukan hal yang lebih besar dari yang dilakukan oleh Yesus.
Oleh sebab itu, hari – hari ini marak dijumpai bahwa gereja – gereja tertentu
melaksanakan ritual kesembuhan Ilahi dan jika praktik kesembuhan Ilahi tersebut
gagal, maka akan diberikan beberapa kemungkinan penyebabnya, yaitu yang salah
satunya karena kurangnya iman atau kepercayaan.
Klaim
mengenahi praktik kesembuhan Ilahi yang gagal dikarenakan kemungkinan –
kemungkinan tertentu, salah satunya kurang atau tidak adanya iman menjadi
sebuah perdebatan yang tak kunjung henti. Oleh sebab itu hal tersebut menjadi
pokok bahasan yang akan dibahas dalam paper ini. Paper ini akan menjawab
pertanyaan yang berhubungan dengan kesembuhan Ilahi dan Iman, yaitu apakah Iman
menentukan kesembuhan Ilahi dan apa relasi diantara kesembuhan dan Iman.
ISI
A.
Kesembuhan
Ilahi
Kesembuhan Ilahi adalah kesembuhan atas
prakarsa Ilahi yang termanifestasi dalam kehidupan manusia secara nyata, bukan
kesembuhan secara normal tetapi kesembuhan secara supranatural. Bagi gereja –
gereja tertentu yang mempunyai konsep bahwa gereja yang dipenuhi Roh Kudus
adalah gereja yang mampu mengadakan perkara – perkara mujizati, salah satunya
adalah perkara kesembuhan mengadakan ritual – ritual kesembuhan Ilahi karena
mereka memandang bahwa kesembuhan Ilahi adalah sesuatu yang penting dan harus
terjadi dalam kehidupan bergereja untuk menandakan bahwa gereja tersebut adalah
gereja yang disertai Allah, untuk menunjukkan bahwa gereja tersebut adalah
gereja yang dipenuhi oleh kuasa Roh Kudus, sehingga mujizat – mujizat harus terjadi.
Salah satu ajaran yang menonjol dari
gereja yang mengadakan ritual – ritual kesembuhan Ilahi adalah dari Markus
16:17, Kis 2: 1-24 mengenahi janji kuasa mukjizat Tuhan yang akan menyertai
murid-murid-Nya. Gereja - gereja ini percaya bahwa pada masa sekarang
penyembuhan Ilahi masih berlangsung sama seperti pada zaman Yesus dan para
rasul (Mat. 9:35; 2 Kor. 12:12.17 Ajaran ini menaruh perhatian khusus terhadap
kuasa dan tanda-tanda mukjizat yang Yesus lakukan (Mat. 10:8), bahkan ajaran
ini menganggap orang Kristen dapat melakukan hal yang lebih besar dari yang dilakukan
oleh Yesus (Yoh. 14:12).[1]
Oleh sebab itu, hari – hari ini sangat marak dijumpai berbagai program tentang
ritual kesembuhan Ilahi diberbagai gereja yang memegang dasar tersebut dan jika
praktik kesembuhan Ilahi tersebut gagal, maka akan diberikan beberapa
kemungkinan penyebabnya, yaitu yang salah satunya karena kurangnya iman atau
kepercayaan.
Namun nampaknya apa yang dilakukan oleh
gereja – gereja tertentu yang meyakini bahwa kesembuhan Ilahi harus terjadi
pada kehidupan bergereja sebagai bukti bahwa Allah ada, sebagai bukti bahwa
kuasa Roh Kudus bekerja tidak selalu membawa kepada keberhasilan dalam praktik
kesembuhan ini. Apakah hal tersebut akhirnya bisa dikatakan bahwa karena tidak
ada kesembuhan, berarti Allah tidak ada dalam gereja tersebut karena tidak ada
karya Roh Kudus yang termanifestasi?.
Suatu pembelaan yang sangat rohani yang dinyatakan dalam hal ini, yaitu
jika kesembuhan Ilahi tidak terjadi adalah bahwa kesembuhan Ilahi tidak terjadi karena
kurangnya iman atau kepercayaan.
Pemahaman bahwa kesembuhan Ilahi tidak terjadi karena
kurangnya iman atau kepercayaan membawa kepada suatu ekstrim yang sesungguhnya
hal ini sangat meremehkan cara kerja Allah, yaitu seolah - olah karya Allah
dibatasi oleh iman yang dimiliki manusia. Kesembuhan Ilahi adalah kesembuhan
yang berasal dari Allah, yaitu Allah yang bekerja sepenuhnya untuk mengadakan
kesembuhan, tidak ada campur tangan atau usaha manusia. Cara – cara yang
dipakai manusia supaya terjadi kesembuhan ilahi, seperti doa, iman, dsb tidak
akan bisa menggerakkan kuasa Allah untuk mengadakan kesembuhan. Allah bertindak
bukan karena kehendak manusia atau permohonan manusia, tetapi Allah bertindak
sesuai dengan agenda Allah sendiri dan kehendakNya.
B.
Iman
Keberadaan iman membuktikan membuktikan
keberadaan Roh Kudus karena Iman adalah karya Roh Kudus, yaitu karya yang
memampukan seseorang percaya. Keberadaan Roh Kudus didalam hati seseorang
menimbulkan iman, orang – orang yang mempunyai iman ini dikatakan orang
beriman. Jadi cara kerja Roh Kudus dan iman adalah bersama – sama (simultan),
ada iman pasti ada Roh Kudus, dan sebaliknya ada Roh Kudus pasti juga ada iman.
Iman.muncul karena Roh Kudus bekerja dalam hati manusia, tidak bisa diusahakan
oleh diri manusia sendiri. Setiap orang yang didiami Roh Kudus, Roh Kudus
bekerja didalam dirinya yang menjadikan dia beriman, dialah orang yang beriman
dan dialah orang yang diselamatkan. Allah bekerja didalam diri manusia yang
diselamatkan secara simultan, tidak ada kronologi atau tahapan – tahapan
tertentu dalam karya Allah ini.
Iman adalah karya Roh Kudus didalam hati
orang yang diselamatkan, yaitu kemampuan untuk percaya bahwa Allah sanggup
berbuat secara ajaib pada suatu waktu dan untuk keperluan tertentu[2].
Iman merupakan sebuah anugrah Allah yang terutama berhubungan dengan
keselamatan, yang merupakan prakarsa Roh Kudus yang tidak bisa terjadi atas
usaha manusia. Tidak seorangpun yang mampu menyelamatkan diri dari murka Allah
atas dosa – dosanya selain dari pada percaya kepada Yesus, yaitu beriman kepada
Yesus yang memberi keselamatan.
Dijelaskan dalam Ensiklopedi Alkitab
Masa Kini, didalam PL kata ‘iman”[3] hanya dua kali yakni dalam
Ulangan 32:20. Walaupun hanya muncul dua kali, tetapi ini tidak berarti bahwa
gagasan iman tidak penting, banyak istilah lain, misalnya dalam bahasa Ibrani “batakh”,
yang dalam Alkitab terjemahan baru Indonesia biasanya diterjemahkan dengan kata
“percaya”. Iman menurut PL adalah mengandalkan
Tuhan dengan sepenuh hati. Masyarakat dalam PL menganggap Tuhan satu-satunya yang
layak menjadi andalan. Mereka tidak mengandalkan sesuatu apa pun yang mereka
lakukan, atau yang dilakukan oleh orang lain, atau yang dilakukan oleh
ilah-ilah lain. Andalan atau yang diharapkan oleh mereka hanya Tuhan. Kadang-kadang mengenahi Iman kepada Tuhan diungkapkan
dengan kiasan; “Dia-lah bukit batuku, kubu pertahananku dan penyelamatku,
Allah-ku, gunung batuku, kubu pertahananku dan penyelamatku, Allah-ku, gunung
batuku, tempat aku berlindung, perisaiku, tanduk keselamatanku, kota bentengku”
(Mazmur 18:1-2).
Sedangkan dalam PB, secara
umum didalam PB tekanan yang diberikan kepada iman harus dilihat dengan latar
belakang karya penyelamatan Allah dalam Kristus. Yang menjadi inti PB ialah
gagasan Allah mengutus AnakNya menjadi Juruselamat dunia. Kristus beroleh penyelamatan
manusia dengan mengalami kematian yang mendamaikan manusia dengan Allah di
salib-Nya. Iman ialah sikap yang di dalamnya seseorang melepaskan andalan pada
segala usahanya sendiri untuk mendapat keselamatan, entah itu kebajikan,
kebaikan susila atau apa saja, kemudian sepenuhnya mengandalkan Yesus Kristus,
dan mengharap hanya dari Dia segala sesuatu yang dimaksud oleh “keselamatan”. Iman
ialah satu-satunya jalan, melalui mana manusia beroleh keselamatan.
Secara khusus dalam
Injil-injil Sinoptik iman sering dihubungkan dengan penyembuhan. Yesus berkata
kepada perempuan yang menjamah jubah-Nya di tengah-tengah orang banyak; “Teguhkanlah
hatimu, hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau” (Mat 9:20). Tapi iman
dalam arti yang lebih luas dilukiskan juga dalam Injil-injil ini. Markus
mencatat perkataan Yesus, “Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!” (Mrk
9:23). Begitu juga Dia berkata bahwa seseorang akan melakukan pekerjaan besar,
sekiranya mempunyai iman kendati hanya sebesar biji sesawi (Mat 17:20, Luk 17:6).
Iman jelas merupakan salah
satu konsepsi penting dalam seluruh PB. Di mana-mana iman dituntut dan
keutamaannya ditekankan. Iman membuang segala kepercayaan pada sumber-sumber
kekuatan sendiri. Iman berarti pasrah menyerahkan diri sendiri tanpa syarat
kepada rahmat Allah. Iman berarti memegang teguh janji Allah di dalam Kristus
dengan memautkan seluruh kepercayaan kepada karya Kristus yang genap seutuhnya
demi keselamatan dan kepada kekuasaan Roh Kudus demi kekuatan sehari-hari. Iman
mencakup kepercayaan yg utuh dan ketaatan mutlak kepada Allah.
C.
Kesembuhan
Ilahi dan Iman.
C.1. Kesembuhan Ilahi
Menunjukkan Iman.
Terjadinya kesembuhan secara Ilahi
menunjukkan adanya iman, dimana dalam hal tersebut Roh Kudus yang menjadi
pemrakarsa munculnya iman bekerja memberi pertolongan kesembuhan kepada orang
yang sedang mengalami sakit atau penderitaan. Namun, ketidak adaannya
kesembuhan bukan berarti menunjukkan ketidak adaannya iman. Iman tidak selalu
akan berwujud pada kesembuhan.
Kesembuhan
Ilahi adalah bersifat Theosentris, yaitu berpusat kepada Allah yang menjadi
pemrakarsa kesembuhan tersebut, bukan anthroposentris, yaitu berpusat pada diri
manusia. Namun realita pada masa kini, gereja – gereja tertentu yang
mempraktikkan ritual – ritual kesembuhan Ilahi (KKR Kesembuhan Ilahi) nampaknya
telah salah dalam memahami apa sesungguhnya kesembuhan Ilahi tersebut, dengan
demikian akhirnya praktik kesembuhan Ilahi sangat bersifat anthroposentri
(berpusat pada manusia) yang menekankan usaha manusia lebih besar dari pada
berharap kepada anugrah Allah semata. Mereka menganggap bahwa Iman sangat
menentukan terjadinya sebuah kesembuhan Ilahi. Mereka menganggap bahwa Iman
mampu mempengaruhi Allah yang maha kuasa sehingga mengulurkan tanganNya untuk
suatu perwujudan kesembuhan Ilahi.
Dalam hal kesembuhan ilahi, gereja -
gereja yang mempraktikkan ritual – ritual kesembuhan Ilahi dengan tahapan –
tahapan, cara – cara, dan alat – alat tertentu merumuskan definisi tentang
kesembuhan Ilahi sebagai berikut:
Manifestasi
kuasa Roh Kudus yang menyembuhkan setiap orang sakit yang dengan segenap hati
percaya dalam korban gafirat (tubuh dan darah Yesus) Tuhan Yesus diatas kayu
salib. Mujizat Allah semata – mata berdasarkan anugrahNya untuk menetapkan
kebenaran FirmanNya tentang keselamatan yang sempurna didalam Kristus
(keselamatan untuk tubuh, jiwa, dan roh).[4]
Melihat definisi diatas, jika dikatakan
bahwa “kuasa Roh Kudus menyembuhkan setiap orang sakit yang dengan segenap hati
percaya...”, maka dalam hal ini bisa diartikan bahwa melalui percaya itu,
kesembuhan terjadi. Dalam hal ini menunjukkan bahwa kesembuhan ilahi bersifat
sangat anthroposentris karena
memusatkan diri pada kepercayaan manusia.
Memahami sesuatu kata atau istilah dalam
Alkitab harus bersifat tepat dan utuh sebab kekeliruan di dalam
memformulasikannya dapat berakibat pada pemahaman dan penerapan yang salah.
Seperti yang dikatakan Gross; “An
accurate definition of the term, then, is a matter of primary concern. Wrong
definitions lead to wrong conclusions.”[5]
Hal ini berarti apa yang kita rumuskan akan sangat mempengaruhi pemahaman kita
akan suatu hal, dan akan berdampak pada praktik – praktik secara nyata. Oleh
sebab itu kita perlu jeli terlebih dahulu memahami apakah sesungguhnya arti dan
makna dari sesuatu yang kita cari tersebut. Pemahaman dan penerapan dari
kesembuhan ilahi yang tidak tepat oleh gereja – gereja yang mengadakan ritual –
ritual kesembuhan ilahi dengan tahapan – tahapan, cara – cara, dan alat – alat
tertentu akan membawa kepada suatu jalan kesesatan. Hal ini sangat membahayakan
bagi gereja sendiri.
Kesembuhan Ilahi yang Alkitabiah adalah
kesembuhan Ilahi yang berpusatkan pada Allah (theosentris), bukan pada cara –
cara manusia. Bahkan iman juga tidak dapat menimbulkan kesembuhan Ilahi.
kesembuhan Ilahi terjadi hanya atas seijin Allah saja, atas kehendak Allah
saja. Oleh sebab itu hendaknya kita mempraktikkan sesuatu yang benar yang
sesuai dengan ajaran Alkitab. Kehendak
Allah menjadi suatu faktor yang sangat menentukan terjadinya kesembuhan Ilahi
Kesembuhan Ilahi hanyalah atas kehendak Allah saja. Didalam Alkitab, ada
beberapa ayat yang mengindikasikan bahwa kesembuhan Ilahi itu merupakan
kehendak Allah, seperti dalam 1 Yohanes 5:14 yang didalamnya menuliskan bahwa
jika kita meminta sesuatu menurut kehendak-Nya maka Ia akan mengabulkan doa
kita. Dari ayat tersebut terlihat jelas bahwa jika sesuai dengan kehendakNya
maka kesembuhan tersebut terjadi. Kehendak Allah menjadi suatu faktor yang
sangat menentukan terjadinya kesembuhan Ilahi.
C.2. Iman Tidak
Menentukan Kesembuhan
Iman
tidak menentukan munculnya kesembuhan Ilahi karena Iman bukanlah istrumen
kesembuhan ilahi, iman adalah perwujudan adanya karya Roh Kudus dalam diri
orang beriman tersebut. Iman dan kesembuhan adalah sama – sama
anugrah, jadi dalam hal ini iman dan kesembuhan mempunyai kesejajarah, yaitu
karya Allah sendiri, anugrah Allah. Kesembuhan Ilahi adalah hanya karena
anugrah Allah saja yang tidak memerlukan istrumen apapun .
Kehendak
Allah menjadi suatu faktor yang sangat menentukan terjadinya kesembuhan Ilahi.
Kesembuhan Ilahi hanyalah atas kehendak dan anugrah Allah saja. Didalam
Alkitab, ada beberapa ayat yang mengindikasikan bahwa kesembuhan Ilahi itu
merupakan kehendak Allah, seperti dalam 1 Yohanes 5:14 yang didalamnya menuliskan
bahwa jika kita meminta sesuatu menurut kehendak-Nya maka Ia akan mengabulkan
doa kita. Dari ayat tersebut terlihat jelas bahwa jika sesuai dengan
kehendakNya, bukan sesuai dengan kehendak manusia. Jadi dalam bagian ini doa
tidak mengubah kehendak Allah, tetapi kehendak Allah sudah terlebih dahulu ada
yaitu yang menentukan seseorang bisa sembuh atau tidak. Jadi Iman bukan faktor
terjadinya penyembuhan ilahi tetapi kehendak Allah yang menjadi suatu faktor
yang sangat menentukan terjadinya kesembuhan Ilahi.
D.
Tanggapan
Kesembuhan ilahi adalah fakta yang dapat
dikerjakan Allah bagi anak-anak-Nya. Namun “kesembuhan Ilahi” yang bisa terjadi
tidak boleh menjadi acuan bahwa kesembuhan ilahi “pasti” selalu terjadi dan
menunnjukkan adanya Iman. Fenomena kesembuhan ilahi yang terjadi pada masa kini
adalah tanda penyertaan Allah yang dapat terjadi sesekali saja. Kesembuhan
ilahi adalah anugrah Allah saja dan terjadi atas kehendak Allah saja dan hanya
merupakan bagian dari janji berkat penyertaan Allah.
Praktik kesembuhan Ilahi pada gereja –
gereja tertentu pada masa kini yang mempunyai konsep bahwa gereja yang
mempunyai Roh Kudus adalah gereja yang dapat melakukan perkara – perkara
mujizati, salah satunya adalah penyembuhan adalah kurang Alkitabiah. Memang
dalam PB tercatat sangat banyak mengenahi kesembuhan yang dilakukan oleh Yesus
dan murid – muridNya, pada konteks masa kini kesembuhan Ilahi masih kemungkinan
terjadi karena kuasa Allah tidak bisa dibatasi dengan waktu atau tindakkan
manusia. Namun kesembuhan Ilahi tidak akan terjadi secara intensif seperti
terjadi pada zaman PB. Pada saat ini
dimana semua penyataan Allah tentang keselamatan melalui Yesus telah digenapi
dan telah tercatat cukup dalam Alkitab, maka kuasa kesembuhan Ilahi tidak lagi
menjadi suatu konsentrasi Allah untuk menyatakan kemahakuasaanNya atau
keberadaanNya. Kesembuhan Ilahi pada masa adalah penyataan Allah atas
penyertaanNya kepada umatNya.
Namun mengenahi kesembuhan Ilahi tidak
disangkali bahwa hal tersebut masih kemungkinan bisa terjadi karena Allah masih
berkuasa dan mampu melakukan kesembuhan Ilahi pada saat kapanpun dan dimanapun,
seperti ditegaskan oleh Walter Chantry;[6]
And there is no
Biblical reason to limit God to performing miracles at certain seasons only. No
doubt God is yet executing unusual feasts of power. In response to the prayers
of his people, God is healing in sovereign power some whom modern medicine has
pronounced hopeless…. God’s working of wonders cannot be limited to ages past.
Pandangan
di atas, mengisyaratkan bahwa Allah masih melakukan kesembuhan Ilahi, namun
tidak seperti pada zaman PB. Atau, bahkan, tidak bersifat permanen seperti yang
diajarkan oleh gereja – gereja tertentu yang melakukan ritual – ritual
kesembuhan Ilahi dengan tahapan – tahapan, cara – cara, dan alat – alat
tertentu. Jika gereja yang melakukan praktik ritual – ritual penyembuhan ilahi
dengan tahapan – tahapan, cara – cara, dan alat – alat tertentu dengan tujuan
untuk menyatakan keberadaan kuasa Allah yang bersifat intensif dan permanen
sesungguhnya hal tersebut tidak tepat. Gereja – gereja yang melakukan praktik ritual – ritual penyembuhan
ilahi dengan tahapan – tahapan, cara – cara, dan alat – alat tertentu sebagai
suatu mandat Allah seperti yang dilakukan Yesus adalah keliru karena kesembuhan
yang dilakukan oleh Yesus adalah untuk membuktikan keilahian-Nya, sebagai Anak
Allah dan Mesias yang dijanjikan Allah. Yesus tidak mengutamakan mukjizat
kesembuhan, melainkan memakainya untuk mengkonfirmasi injil Kerajaan Allah (Mat
9:35; 11:1; Mrk. 1:14-15).
Fenomena
spektakuler pada saat pencurahan Roh Kudus di hari Pentakosta terjadi hanya
satu kali saja. Peristiwa fenomenal tersebut merupakan pengalaman gereja yang
unik saat permulaan pekerjaan Roh Kudus, dan tidak akan terulang lagi (Kis.
2:1-13). Macam-macam karunia Roh Kudus telah dicurahkan kepada para rasul yang
dipilih oleh Tuhan menjadi saluran atau alat untuk pertumbuhan gereja
mula-mula, mulai dari Yerusalem sampai ke ujung bumi (Kis. 1:8).
Akhirnya
dalam bagian ini ditekankan bahwa sesungguhnya kesembuhan Ilahi hanya karena
anugrah Allah saja, kesembuhan Ilahi hanya karya Allah saja dan tidak bisa
dengan campur tangan manusia. Iman yang dimiliki manusia tidak bisa menentukan
terjadinya kesembuhan secara Ilahi, namun kesembuhan secara Ilahi bisa membuktikan
adanya Iman.
Sebagai
gereja Tuhan masa kini hendaknya kita memandang segala sesuatu dengan berfokus
kepada kebenaran yang hakiki dan mengejar sesuatu yang tidak bersifat duniawi.
Gereja yang dengan demikian rupa mengupayakan terjadinya kesembuhan fisik
secara Ilahi untuk menunjukkan kuasa Roh Kudus ada ditengah – tengah mereka
merupakan hal – hal sesungguhnya bukan menjadi kebutuhan yyang esensi pada diri
manusia yang paling sesensi dan terpenting adalah keselamatan jiwa bukan
kesembuhan secara fisik. Mengejar sesuatu untuk menunjukkan kuasa Allah dan
menyelamatkan hanya fisik saja sesungguhnya hal yang timpang. Doa memohon
kesembuhan ilahi tidak salah untuk dilakukan karena hal ini merupakan bagian
pelayanan gereja bagi anggota jemaat yang sakit. Paulus juga pernah melakukan pelayanan
kesembuhan, misalnya ketika melayani Trofimus ditinggalkan dalam keadaan sakit,
ketika Paulus sendiri mengalami sakit tubuh (2 Tim 4:20). Namun dalam hal ini,
sembuh atau tidak bukan hal yang terpenting, tetapi yang terpenting adalah
keselamatan rohani atau jiwa seseorang.
KESIMPULAN
Kesembuhan
Ilahi adalah karya Allah yang masih bisa terjadi pada kehidupan gereja masa
kini. Karya Allah tidak bisa dibatasi oleh waktu, tindakan, atau kehendak
manusia, tetapi karya Allah terjadi atas kehendak Allah sendiri sesuai dengan
maksud dan rencanaNya. Namun kesembuhan Ilahi tidak akan terjadi secara
intensif dan permanen seperti yang tercatat dalam PB, yaitu kisah – kisah
kesembuhan Ilahi yang dilakukan Yesus dan murid – muridNya. Kesembuhan Ilahi
pada saat ini bisa kemungkinan terjadi atas kehendak dan seijin Allah bagi
umatNya sebagai tanda penyertaan Allah, namun tidak “pasti” terjadi dan tidak
akan selalu terjadi.
Konsep
gereja tertentu mengenahi terjadinya kesembuhan Ilahi yang mengatakan bahwa
kesembuhan Ilahi dikarenakan iman dan seberapa besar Iman adalah hal yang tidak
Alkitabiah. Kesembuhan Ilahi tidak ditentukan adannya Iman atau seberapa besar
Iman seseorang. Kesembuhan Ilahi bersifat theosentris, yaitu terjadi atas
prakarsa Ilahi yang termanifestasi dalam kehidupan manusia secara nyata, bukan
bersifat anthroposentri, yaitu bergantung pada campur tangan manusia, termasuk
iman. Iman tidak menentukan terjadinya kesembuhan Ilahi tetapi kesembuhan Ilahi
menunjukkan adanya Iman.
Kehendak Allah menjadi suatu faktor
utama penentu terjadinya kesembuhan Ilahi. Kesembuhan Ilahi hanyalah atas
anugrah Allah saja. Terjadinya kesembuhan secara Ilahi
menunjukkan bahwa Roh Kudus yang menjadi pemrakarsa munculnya iman bekerja memberi
pertolongan kesembuhan kepada orang yang sedang mengalami sakit atau
penderitaan. Jadi pemeran utama dalam kesembuhan Ilahi adalah Roh Kudus bukan
iman yang diprakarsai oleh Roh Kudus. Jika mempunyai konsep bahwa Iman
dijadikan sebagai patokan terjadinya kesembuhan Ilahi, maka nyata bahwa dalam
hal ini Allah dibatasi dengan Iman seseorang, padahal iman adalah karya Allah
dan sama dengan kesembuhan Ilahi yang merupakan karya Allah. Jadi Iman dan
kesembuhan Ilahi adalah sejajar karena sama – sama merupakan karya Allah, namun
pengimplementasian keduanya berbeda.
[1] Gross, Miracles,
Demons and Spiritual Warfare,
dalam Alex Lim, Jurnal Veritas (Malang: SAAT, Oktober 2008),10.
[2] Ichwei Indra, Teologi Sistematis, (Bandung: Lembaga
Literatur Baptis, 2010), 197.
[3] Ensiklopedia Alkitab Masa
Kini, Iman, (Jakarta: Yayasan
Komunikasi Bina Kasih, 2008), 430.
[4] H.L.Senduk, Karunia – Karunia Rohul Kudus, (Jakarta:
Yayasan Bethel), 1.
[5] Ibid. Alex Lim, 11.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar