Translate

Jumat, 21 Maret 2014

Kesembuhan Ilahi & Iman

KESEMBUHAN ILAHI & IMAN
(MEMBAHAS KETERKAITAN IMAN DALAM KESEMBUHAN ILAHI)
By: Astri K. Hermandes


PENDAHULUAN

Kesembuhan adalah suatu hal yang sangat diharapkan oleh setiap orang yang sedang berada dalam kondisi sakit, baik sakit secara mental, fisik, ataupun spiritual. Nampaknya kondisi sakit lebih menonjol dan bisa dirasakan serta dilihat secara nyata adalah sakit secara fisik. Sedangkan sakit secara mental dan spiritual terkadang masih sulit untuk dideteksi keberadaannya dan masih dalam dilematis untuk menyatakan kebenarannya. Oleh sebab itu pengharapan kesembuhan terbesar yang disadari seseorang berhubungan dengan hal tersebut adalah pengharapan kesembuhan tentang kesembuhafn fisik yang sedang sakit, padahal hal tersebut sesungguhnya penting tetapi tidak terlalu penting dibandingkan dengan kesembuhan secara mental dan spiritual.
Gereja – gereja tertentu mempunyai konsep bahwa gereja yang mempunyai Roh Kudus adalah gereja yang dapat melakukan perkara – perkara mujizati, salah satunya adalah penyembuhan. Dari pandangan tersebut muncul sebuah ritual – ritual penyembuhan Ilahi (KKR Kesembuhan Ilahi) dengan tahapan – tahapan, cara – cara, dan alat – alat tertentu dalam tubuh gereja agar terjadi manifestasi kerja Roh Kudus dalam bentuk kesembuhan yang  mengatasnamakan kesembuhan Ilahi dan gereja yang dipenuhi Roh Kudus. Gereja - gereja ini percaya bahwa pada masa sekarang penyembuhan Ilahi masih berlangsung sama seperti pada zaman Yesus dan para rasul dan bahkan ajaran ini menganggap orang Kristen dapat melakukan hal yang lebih besar dari yang dilakukan oleh Yesus. Oleh sebab itu, hari – hari ini marak dijumpai bahwa gereja – gereja tertentu melaksanakan ritual kesembuhan Ilahi dan jika praktik kesembuhan Ilahi tersebut gagal, maka akan diberikan beberapa kemungkinan penyebabnya, yaitu yang salah satunya karena kurangnya iman atau kepercayaan.
Klaim mengenahi praktik kesembuhan Ilahi yang gagal dikarenakan kemungkinan – kemungkinan tertentu, salah satunya kurang atau tidak adanya iman menjadi sebuah perdebatan yang tak kunjung henti. Oleh sebab itu hal tersebut menjadi pokok bahasan yang akan dibahas dalam paper ini. Paper ini akan menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan kesembuhan Ilahi dan Iman, yaitu apakah Iman menentukan kesembuhan Ilahi dan apa relasi diantara kesembuhan dan Iman. 

ISI

A.    Kesembuhan Ilahi
Kesembuhan Ilahi adalah kesembuhan atas prakarsa Ilahi yang termanifestasi dalam kehidupan manusia secara nyata, bukan kesembuhan secara normal tetapi kesembuhan secara supranatural. Bagi gereja – gereja tertentu yang mempunyai konsep bahwa gereja yang dipenuhi Roh Kudus adalah gereja yang mampu mengadakan perkara – perkara mujizati, salah satunya adalah perkara kesembuhan mengadakan ritual – ritual kesembuhan Ilahi karena mereka memandang bahwa kesembuhan Ilahi adalah sesuatu yang penting dan harus terjadi dalam kehidupan bergereja untuk menandakan bahwa gereja tersebut adalah gereja yang disertai Allah, untuk menunjukkan bahwa gereja tersebut adalah gereja yang dipenuhi oleh kuasa Roh Kudus, sehingga mujizat – mujizat harus terjadi.
Salah satu ajaran yang menonjol dari gereja yang mengadakan ritual – ritual kesembuhan Ilahi adalah dari Markus 16:17, Kis 2: 1-24 mengenahi janji kuasa mukjizat Tuhan yang akan menyertai murid-murid-Nya. Gereja - gereja ini percaya bahwa pada masa sekarang penyembuhan Ilahi masih berlangsung sama seperti pada zaman Yesus dan para rasul (Mat. 9:35; 2 Kor. 12:12.17 Ajaran ini menaruh perhatian khusus terhadap kuasa dan tanda-tanda mukjizat yang Yesus lakukan (Mat. 10:8), bahkan ajaran ini menganggap orang Kristen dapat melakukan hal yang lebih besar dari yang dilakukan oleh Yesus (Yoh. 14:12).[1] Oleh sebab itu, hari – hari ini sangat marak dijumpai berbagai program tentang ritual kesembuhan Ilahi diberbagai gereja yang memegang dasar tersebut dan jika praktik kesembuhan Ilahi tersebut gagal, maka akan diberikan beberapa kemungkinan penyebabnya, yaitu yang salah satunya karena kurangnya iman atau kepercayaan.
Namun nampaknya apa yang dilakukan oleh gereja – gereja tertentu yang meyakini bahwa kesembuhan Ilahi harus terjadi pada kehidupan bergereja sebagai bukti bahwa Allah ada, sebagai bukti bahwa kuasa Roh Kudus bekerja tidak selalu membawa kepada keberhasilan dalam praktik kesembuhan ini. Apakah hal tersebut akhirnya bisa dikatakan bahwa karena tidak ada kesembuhan, berarti Allah tidak ada dalam gereja tersebut karena tidak ada karya Roh Kudus yang termanifestasi?.  Suatu pembelaan yang sangat rohani yang dinyatakan dalam hal ini, yaitu jika kesembuhan Ilahi tidak terjadi adalah bahwa  kesembuhan Ilahi tidak terjadi karena kurangnya iman atau kepercayaan.
Pemahaman bahwa  kesembuhan Ilahi tidak terjadi karena kurangnya iman atau kepercayaan membawa kepada suatu ekstrim yang sesungguhnya hal ini sangat meremehkan cara kerja Allah, yaitu seolah - olah karya Allah dibatasi oleh iman yang dimiliki manusia. Kesembuhan Ilahi adalah kesembuhan yang berasal dari Allah, yaitu Allah yang bekerja sepenuhnya untuk mengadakan kesembuhan, tidak ada campur tangan atau usaha manusia. Cara – cara yang dipakai manusia supaya terjadi kesembuhan ilahi, seperti doa, iman, dsb tidak akan bisa menggerakkan kuasa Allah untuk mengadakan kesembuhan. Allah bertindak bukan karena kehendak manusia atau permohonan manusia, tetapi Allah bertindak sesuai dengan agenda Allah sendiri dan kehendakNya.  
B.     Iman
Keberadaan iman membuktikan membuktikan keberadaan Roh Kudus karena Iman adalah karya Roh Kudus, yaitu karya yang memampukan seseorang percaya. Keberadaan Roh Kudus didalam hati seseorang menimbulkan iman, orang – orang yang mempunyai iman ini dikatakan orang beriman. Jadi cara kerja Roh Kudus dan iman adalah bersama – sama (simultan), ada iman pasti ada Roh Kudus, dan sebaliknya ada Roh Kudus pasti juga ada iman. Iman.muncul karena Roh Kudus bekerja dalam hati manusia, tidak bisa diusahakan oleh diri manusia sendiri. Setiap orang yang didiami Roh Kudus, Roh Kudus bekerja didalam dirinya yang menjadikan dia beriman, dialah orang yang beriman dan dialah orang yang diselamatkan. Allah bekerja didalam diri manusia yang diselamatkan secara simultan, tidak ada kronologi atau tahapan – tahapan tertentu dalam karya Allah ini.
Iman adalah karya Roh Kudus didalam hati orang yang diselamatkan, yaitu kemampuan untuk percaya bahwa Allah sanggup berbuat secara ajaib pada suatu waktu dan untuk keperluan tertentu[2]. Iman merupakan sebuah anugrah Allah yang terutama berhubungan dengan keselamatan, yang merupakan prakarsa Roh Kudus yang tidak bisa terjadi atas usaha manusia. Tidak seorangpun yang mampu menyelamatkan diri dari murka Allah atas dosa – dosanya selain dari pada percaya kepada Yesus, yaitu beriman kepada Yesus yang memberi keselamatan.
Dijelaskan dalam Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, didalam PL kata ‘iman”[3] hanya dua kali yakni dalam Ulangan 32:20. Walaupun hanya muncul dua kali, tetapi ini tidak berarti bahwa gagasan iman tidak penting, banyak istilah lain, misalnya dalam bahasa Ibrani “batakh”, yang dalam Alkitab terjemahan baru Indonesia biasanya diterjemahkan dengan kata “percaya”. Iman menurut PL adalah mengandalkan Tuhan dengan sepenuh hati. Masyarakat dalam PL menganggap Tuhan satu-satunya yang layak menjadi andalan. Mereka tidak mengandalkan sesuatu apa pun yang mereka lakukan, atau yang dilakukan oleh orang lain, atau yang dilakukan oleh ilah-ilah lain. Andalan atau yang diharapkan oleh mereka hanya Tuhan. Kadang-kadang mengenahi Iman kepada Tuhan diungkapkan dengan kiasan; “Dia-lah bukit batuku, kubu pertahananku dan penyelamatku, Allah-ku, gunung batuku, kubu pertahananku dan penyelamatku, Allah-ku, gunung batuku, tempat aku berlindung, perisaiku, tanduk keselamatanku, kota bentengku” (Mazmur 18:1-2).
Sedangkan dalam PB, secara umum didalam PB tekanan yang diberikan kepada iman harus dilihat dengan latar belakang karya penyelamatan Allah dalam Kristus. Yang menjadi inti PB ialah gagasan Allah mengutus AnakNya menjadi Juruselamat dunia. Kristus beroleh penyelamatan manusia dengan mengalami kematian yang mendamaikan manusia dengan Allah di salib-Nya. Iman ialah sikap yang di dalamnya seseorang melepaskan andalan pada segala usahanya sendiri untuk mendapat keselamatan, entah itu kebajikan, kebaikan susila atau apa saja, kemudian sepenuhnya mengandalkan Yesus Kristus, dan mengharap hanya dari Dia segala sesuatu yang dimaksud oleh “keselamatan”. Iman ialah satu-satunya jalan, melalui mana manusia beroleh keselamatan.
Secara khusus dalam Injil-injil Sinoptik iman sering dihubungkan dengan penyembuhan. Yesus berkata kepada perempuan yang menjamah jubah-Nya di tengah-tengah orang banyak; “Teguhkanlah hatimu, hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau” (Mat 9:20). Tapi iman dalam arti yang lebih luas dilukiskan juga dalam Injil-injil ini. Markus mencatat perkataan Yesus, “Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!” (Mrk 9:23). Begitu juga Dia berkata bahwa seseorang akan melakukan pekerjaan besar, sekiranya mempunyai iman kendati hanya sebesar biji sesawi (Mat 17:20, Luk 17:6).
Iman jelas merupakan salah satu konsepsi penting dalam seluruh PB. Di mana-mana iman dituntut dan keutamaannya ditekankan. Iman membuang segala kepercayaan pada sumber-sumber kekuatan sendiri. Iman berarti pasrah menyerahkan diri sendiri tanpa syarat kepada rahmat Allah. Iman berarti memegang teguh janji Allah di dalam Kristus dengan memautkan seluruh kepercayaan kepada karya Kristus yang genap seutuhnya demi keselamatan dan kepada kekuasaan Roh Kudus demi kekuatan sehari-hari. Iman mencakup kepercayaan yg utuh dan ketaatan mutlak kepada Allah.

C.    Kesembuhan Ilahi dan Iman.
C.1. Kesembuhan Ilahi Menunjukkan Iman.
Terjadinya kesembuhan secara Ilahi menunjukkan adanya iman, dimana dalam hal tersebut Roh Kudus yang menjadi pemrakarsa munculnya iman bekerja memberi pertolongan kesembuhan kepada orang yang sedang mengalami sakit atau penderitaan. Namun, ketidak adaannya kesembuhan bukan berarti menunjukkan ketidak adaannya iman. Iman tidak selalu akan berwujud pada kesembuhan.
 Kesembuhan Ilahi adalah bersifat Theosentris, yaitu berpusat kepada Allah yang menjadi pemrakarsa kesembuhan tersebut, bukan anthroposentris, yaitu berpusat pada diri manusia. Namun realita pada masa kini, gereja – gereja tertentu yang mempraktikkan ritual – ritual kesembuhan Ilahi (KKR Kesembuhan Ilahi) nampaknya telah salah dalam memahami apa sesungguhnya kesembuhan Ilahi tersebut, dengan demikian akhirnya praktik kesembuhan Ilahi sangat bersifat anthroposentri (berpusat pada manusia) yang menekankan usaha manusia lebih besar dari pada berharap kepada anugrah Allah semata. Mereka menganggap bahwa Iman sangat menentukan terjadinya sebuah kesembuhan Ilahi. Mereka menganggap bahwa Iman mampu mempengaruhi Allah yang maha kuasa sehingga mengulurkan tanganNya untuk suatu perwujudan kesembuhan Ilahi.
Dalam hal kesembuhan ilahi, gereja - gereja yang mempraktikkan ritual – ritual kesembuhan Ilahi dengan tahapan – tahapan, cara – cara, dan alat – alat tertentu merumuskan definisi tentang kesembuhan Ilahi sebagai berikut:
Manifestasi kuasa Roh Kudus yang menyembuhkan setiap orang sakit yang dengan segenap hati percaya dalam korban gafirat (tubuh dan darah Yesus) Tuhan Yesus diatas kayu salib. Mujizat Allah semata – mata berdasarkan anugrahNya untuk menetapkan kebenaran FirmanNya tentang keselamatan yang sempurna didalam Kristus (keselamatan untuk tubuh, jiwa, dan roh).[4]

Melihat definisi diatas, jika dikatakan bahwa “kuasa Roh Kudus menyembuhkan setiap orang sakit yang dengan segenap hati percaya...”, maka dalam hal ini bisa diartikan bahwa melalui percaya itu, kesembuhan terjadi. Dalam hal ini menunjukkan bahwa kesembuhan ilahi bersifat sangat anthroposentris karena memusatkan diri pada kepercayaan manusia.
Memahami sesuatu kata atau istilah dalam Alkitab harus bersifat tepat dan utuh sebab kekeliruan di dalam memformulasikannya dapat berakibat pada pemahaman dan penerapan yang salah. Seperti yang dikatakan Gross; “An accurate definition of the term, then, is a matter of primary concern. Wrong definitions lead to wrong conclusions.”[5] Hal ini berarti apa yang kita rumuskan akan sangat mempengaruhi pemahaman kita akan suatu hal, dan akan berdampak pada praktik – praktik secara nyata. Oleh sebab itu kita perlu jeli terlebih dahulu memahami apakah sesungguhnya arti dan makna dari sesuatu yang kita cari tersebut. Pemahaman dan penerapan dari kesembuhan ilahi yang tidak tepat oleh gereja – gereja yang mengadakan ritual – ritual kesembuhan ilahi dengan tahapan – tahapan, cara – cara, dan alat – alat tertentu akan membawa kepada suatu jalan kesesatan. Hal ini sangat membahayakan bagi gereja sendiri.
Kesembuhan Ilahi yang Alkitabiah adalah kesembuhan Ilahi yang berpusatkan pada Allah (theosentris), bukan pada cara – cara manusia. Bahkan iman juga tidak dapat menimbulkan kesembuhan Ilahi. kesembuhan Ilahi terjadi hanya atas seijin Allah saja, atas kehendak Allah saja. Oleh sebab itu hendaknya kita mempraktikkan sesuatu yang benar yang sesuai dengan ajaran Alkitab. Kehendak Allah menjadi suatu faktor yang sangat menentukan terjadinya kesembuhan Ilahi Kesembuhan Ilahi hanyalah atas kehendak Allah saja. Didalam Alkitab, ada beberapa ayat yang mengindikasikan bahwa kesembuhan Ilahi itu merupakan kehendak Allah, seperti dalam 1 Yohanes 5:14 yang didalamnya menuliskan bahwa jika kita meminta sesuatu menurut kehendak-Nya maka Ia akan mengabulkan doa kita. Dari ayat tersebut terlihat jelas bahwa jika sesuai dengan kehendakNya maka kesembuhan tersebut terjadi. Kehendak Allah menjadi suatu faktor yang sangat menentukan terjadinya kesembuhan Ilahi.


C.2. Iman Tidak Menentukan Kesembuhan
Iman tidak menentukan munculnya kesembuhan Ilahi karena Iman bukanlah istrumen kesembuhan ilahi, iman adalah perwujudan adanya karya Roh Kudus dalam diri orang beriman tersebut. Iman dan kesembuhan adalah sama – sama anugrah, jadi dalam hal ini iman dan kesembuhan mempunyai kesejajarah, yaitu karya Allah sendiri, anugrah Allah. Kesembuhan Ilahi adalah hanya karena anugrah Allah saja yang tidak memerlukan istrumen apapun .
Kehendak Allah menjadi suatu faktor yang sangat menentukan terjadinya kesembuhan Ilahi. Kesembuhan Ilahi hanyalah atas kehendak dan anugrah Allah saja. Didalam Alkitab, ada beberapa ayat yang mengindikasikan bahwa kesembuhan Ilahi itu merupakan kehendak Allah, seperti dalam 1 Yohanes 5:14 yang didalamnya menuliskan bahwa jika kita meminta sesuatu menurut kehendak-Nya maka Ia akan mengabulkan doa kita. Dari ayat tersebut terlihat jelas bahwa jika sesuai dengan kehendakNya, bukan sesuai dengan kehendak manusia. Jadi dalam bagian ini doa tidak mengubah kehendak Allah, tetapi kehendak Allah sudah terlebih dahulu ada yaitu yang menentukan seseorang bisa sembuh atau tidak. Jadi Iman bukan faktor terjadinya penyembuhan ilahi tetapi kehendak Allah yang menjadi suatu faktor yang sangat menentukan terjadinya kesembuhan Ilahi.

D.    Tanggapan
Kesembuhan ilahi adalah fakta yang dapat dikerjakan Allah bagi anak-anak-Nya. Namun “kesembuhan Ilahi” yang bisa terjadi tidak boleh menjadi acuan bahwa kesembuhan ilahi “pasti” selalu terjadi dan menunnjukkan adanya Iman. Fenomena kesembuhan ilahi yang terjadi pada masa kini adalah tanda penyertaan Allah yang dapat terjadi sesekali saja. Kesembuhan ilahi adalah anugrah Allah saja dan terjadi atas kehendak Allah saja dan hanya merupakan bagian dari janji berkat penyertaan Allah.
Praktik kesembuhan Ilahi pada gereja – gereja tertentu pada masa kini yang mempunyai konsep bahwa gereja yang mempunyai Roh Kudus adalah gereja yang dapat melakukan perkara – perkara mujizati, salah satunya adalah penyembuhan adalah kurang Alkitabiah. Memang dalam PB tercatat sangat banyak mengenahi kesembuhan yang dilakukan oleh Yesus dan murid – muridNya, pada konteks masa kini kesembuhan Ilahi masih kemungkinan terjadi karena kuasa Allah tidak bisa dibatasi dengan waktu atau tindakkan manusia. Namun kesembuhan Ilahi tidak akan terjadi secara intensif seperti terjadi pada zaman PB.  Pada saat ini dimana semua penyataan Allah tentang keselamatan melalui Yesus telah digenapi dan telah tercatat cukup dalam Alkitab, maka kuasa kesembuhan Ilahi tidak lagi menjadi suatu konsentrasi Allah untuk menyatakan kemahakuasaanNya atau keberadaanNya. Kesembuhan Ilahi pada masa adalah penyataan Allah atas penyertaanNya kepada umatNya.
Namun mengenahi kesembuhan Ilahi tidak disangkali bahwa hal tersebut masih kemungkinan bisa terjadi karena Allah masih berkuasa dan mampu melakukan kesembuhan Ilahi pada saat kapanpun dan dimanapun, seperti ditegaskan oleh Walter Chantry;[6]
And there is no Biblical reason to limit God to performing miracles at certain seasons only. No doubt God is yet executing unusual feasts of power. In response to the prayers of his people, God is healing in sovereign power some whom modern medicine has pronounced hopeless…. God’s working of wonders cannot be limited to ages past.

Pandangan di atas, mengisyaratkan bahwa Allah masih melakukan kesembuhan Ilahi, namun tidak seperti pada zaman PB. Atau, bahkan, tidak bersifat permanen seperti yang diajarkan oleh gereja – gereja tertentu yang melakukan ritual – ritual kesembuhan Ilahi dengan tahapan – tahapan, cara – cara, dan alat – alat tertentu. Jika gereja yang melakukan praktik ritual – ritual penyembuhan ilahi dengan tahapan – tahapan, cara – cara, dan alat – alat tertentu dengan tujuan untuk menyatakan keberadaan kuasa Allah yang bersifat intensif dan permanen sesungguhnya hal tersebut tidak tepat. Gereja – gereja yang  melakukan praktik ritual – ritual penyembuhan ilahi dengan tahapan – tahapan, cara – cara, dan alat – alat tertentu sebagai suatu mandat Allah seperti yang dilakukan Yesus adalah keliru karena kesembuhan yang dilakukan oleh Yesus adalah untuk membuktikan keilahian-Nya, sebagai Anak Allah dan Mesias yang dijanjikan Allah. Yesus tidak mengutamakan mukjizat kesembuhan, melainkan memakainya untuk mengkonfirmasi injil Kerajaan Allah (Mat 9:35; 11:1; Mrk. 1:14-15).
Fenomena spektakuler pada saat pencurahan Roh Kudus di hari Pentakosta terjadi hanya satu kali saja. Peristiwa fenomenal tersebut merupakan pengalaman gereja yang unik saat permulaan pekerjaan Roh Kudus, dan tidak akan terulang lagi (Kis. 2:1-13). Macam-macam karunia Roh Kudus telah dicurahkan kepada para rasul yang dipilih oleh Tuhan menjadi saluran atau alat untuk pertumbuhan gereja mula-mula, mulai dari Yerusalem sampai ke ujung bumi (Kis. 1:8).
Akhirnya dalam bagian ini ditekankan bahwa sesungguhnya kesembuhan Ilahi hanya karena anugrah Allah saja, kesembuhan Ilahi hanya karya Allah saja dan tidak bisa dengan campur tangan manusia. Iman yang dimiliki manusia tidak bisa menentukan terjadinya kesembuhan secara Ilahi, namun kesembuhan secara Ilahi bisa membuktikan adanya Iman.
Sebagai gereja Tuhan masa kini hendaknya kita memandang segala sesuatu dengan berfokus kepada kebenaran yang hakiki dan mengejar sesuatu yang tidak bersifat duniawi. Gereja yang dengan demikian rupa mengupayakan terjadinya kesembuhan fisik secara Ilahi untuk menunjukkan kuasa Roh Kudus ada ditengah – tengah mereka merupakan hal – hal sesungguhnya bukan menjadi kebutuhan yyang esensi pada diri manusia yang paling sesensi dan  terpenting adalah keselamatan jiwa bukan kesembuhan secara fisik. Mengejar sesuatu untuk menunjukkan kuasa Allah dan menyelamatkan hanya fisik saja sesungguhnya hal yang timpang. Doa memohon kesembuhan ilahi tidak salah untuk dilakukan karena hal ini merupakan bagian pelayanan gereja bagi anggota jemaat yang sakit. Paulus juga pernah melakukan pelayanan kesembuhan, misalnya ketika melayani Trofimus ditinggalkan dalam keadaan sakit, ketika Paulus sendiri mengalami sakit tubuh (2 Tim 4:20). Namun dalam hal ini, sembuh atau tidak bukan hal yang terpenting, tetapi yang terpenting adalah keselamatan rohani atau jiwa seseorang.

KESIMPULAN

Kesembuhan Ilahi adalah karya Allah yang masih bisa terjadi pada kehidupan gereja masa kini. Karya Allah tidak bisa dibatasi oleh waktu, tindakan, atau kehendak manusia, tetapi karya Allah terjadi atas kehendak Allah sendiri sesuai dengan maksud dan rencanaNya. Namun kesembuhan Ilahi tidak akan terjadi secara intensif dan permanen seperti yang tercatat dalam PB, yaitu kisah – kisah kesembuhan Ilahi yang dilakukan Yesus dan murid – muridNya. Kesembuhan Ilahi pada saat ini bisa kemungkinan terjadi atas kehendak dan seijin Allah bagi umatNya sebagai tanda penyertaan Allah, namun tidak “pasti” terjadi dan tidak akan selalu terjadi.
Konsep gereja tertentu mengenahi terjadinya kesembuhan Ilahi yang mengatakan bahwa kesembuhan Ilahi dikarenakan iman dan seberapa besar Iman adalah hal yang tidak Alkitabiah. Kesembuhan Ilahi tidak ditentukan adannya Iman atau seberapa besar Iman seseorang. Kesembuhan Ilahi bersifat theosentris, yaitu terjadi atas prakarsa Ilahi yang termanifestasi dalam kehidupan manusia secara nyata, bukan bersifat anthroposentri, yaitu bergantung pada campur tangan manusia, termasuk iman. Iman tidak menentukan terjadinya kesembuhan Ilahi tetapi kesembuhan Ilahi menunjukkan adanya Iman.
Kehendak Allah menjadi suatu faktor utama penentu terjadinya kesembuhan Ilahi. Kesembuhan Ilahi hanyalah atas anugrah Allah saja. Terjadinya kesembuhan secara Ilahi menunjukkan bahwa Roh Kudus yang menjadi pemrakarsa munculnya iman bekerja memberi pertolongan kesembuhan kepada orang yang sedang mengalami sakit atau penderitaan. Jadi pemeran utama dalam kesembuhan Ilahi adalah Roh Kudus bukan iman yang diprakarsai oleh Roh Kudus. Jika mempunyai konsep bahwa Iman dijadikan sebagai patokan terjadinya kesembuhan Ilahi, maka nyata bahwa dalam hal ini Allah dibatasi dengan Iman seseorang, padahal iman adalah karya Allah dan sama dengan kesembuhan Ilahi yang merupakan karya Allah. Jadi Iman dan kesembuhan Ilahi adalah sejajar karena sama – sama merupakan karya Allah, namun pengimplementasian keduanya berbeda.










[1] Gross, Miracles, Demons and Spiritual Warfare, dalam Alex Lim, Jurnal Veritas (Malang: SAAT, Oktober 2008),10.

[2] Ichwei Indra, Teologi Sistematis, (Bandung: Lembaga Literatur Baptis, 2010), 197.
[3] Ensiklopedia Alkitab Masa Kini, Iman, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2008), 430.
[4] H.L.Senduk, Karunia – Karunia Rohul Kudus, (Jakarta: Yayasan Bethel), 1.
[5] Ibid. Alex Lim, 11.
[6] Walter Chatry, Signs of the Apostles,  (Edinburgh: Banner of Truth, 1979), 8. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar