KERAJAAN SERIBU TAHUN
By: Astri Kristiani
Pendahuluan
Pemikiran tentang eskatologi
memiliki berbagai bentuk yang berbeda dalam kelompok-kelompok yang berbeda.
Dalam lingkungan Kristen, eskatologi menceritakan sehubungan dengan kedatangan
Tuhan yang kedua kali. Berbagai pandangan serta penafsiran muncul untuk
menjelaskan peristiwa yang akan terjadi pada akan datang.
Hal kerajaan seribu tahun,yang lebih
dikenal dengan masa millenium dicatat dalam Kitab Wahyu pasal 20 ini merupakan
salah satu tema utama yang sampai pada saat ini masih ramai dibicarakan. Hoekema membagi menjadi 4 pandangan tentang
millennium, pre-milenium, historical pre-millenium, post-millenium, serta
amillenium berpandangan berbeda-beda, ada yang mengatakan kerajaan seribu
tahun hanya sebagai simbol, ada yang mengatakan kerajaan seribu tahun merupakan suatu pemahaman
literal yang pasti akan terjadi, dan pandangan lain. Dalam karya tulis ini kami
akan membahas tentang Wahyu 20:1-6, kami
akan mencoba untuk mengeksegese beberapa kata untuk menentukan diposisi manakah
kami berada? dan apakah perikop ini ditafsirkan secara harafiah atau simbolis?
1.
Beberapa
pandangan tentang Kerajaan Seribu Tahun
a.
Pandangan
Post-Milenium mengenai Kerajaan Seribu Tahun
Dalam Postmilenialisme, kedatangan
Kristus kedua kali akan didahului oleh zaman Millenium atau Kerajaan Seribu
Tahun. Di zaman ini, Kristus bersama-sama dengan Roh Kudus akan mewujudkan
amanat agung serta berkat yang telah dijanjikan ke dalam dunia. Roh kudus akan
mewartakan takhta sorga di dalam Kristus melalui gereja-gereja atau manusianya
sendiri. Manusia yang sudah ditebus terdahulu oleh penderitaannya. Secara
berkala, Kerajaan Allah akan dikembangkan di Bumi. Dan pemerintahan Kerajaan
itu, melalui Roh Kudus, akan bertahan dalam jangka waktu yang lama.
Pandangan ini memandang,
tidak adanya tribulasi, sehingga mereka berpikir bahwa dunia akan semakin baik,
ketika masuk kerajaan seribu tahun, semua manusia menjadi semakin baik, sampai pada akhirnya Tuhan Yesus datang ke
dua kalinya. Hal ini nampak jelas dari khotbah yang dikhotbahkan oleh
gereja-gereja yang menekankan kesuksesan dalam kehidupan. Pandangan ini lahir
dari pemahaman tentang kerajaan seribu tahun, dimana kuasa iblis, dan iblis
sendiri diikat oleh para malaikat, dibuang, dan pada akhirnya dimateraikan di
dalam lubang neraka. Ketika iblis tidak dapat lagi berkuasa atas manusia, maka
manusia akan melakukan apa yang baik, taat kepada setiap apa yang diperintahkan
oleh Tuhan.
Ditambah lagi dengan penafsiran
bahwa akan adanya pemerintahan orang-orang kudus, membuat manusia semakin baik.
Jadi ketika memasuki kerajaan seribu tahun manusia menjadi semakin baik sampai
pada akhirnya Tuhan Yesus datang keduakali, untuk menyediakan bumi dan langit
baru. Mereka tidak menerima pemahaman bahwa dalam kerajaan seribu tahun aka
nada penganiayaan kepada orang-orang percaya.
Post-Milenium berpendapat bahwa
dalam masa gereja terdapat satu kebangunan rohani yang besar, mereka
menyebutnya masa keemasan gereja. Kebangunan rohani manusia ialah tersebar
luasnya Injil Tuhan; kebenaran Alkitab mengubah hati, masyarakat, ekonomi,
politik[1].
Namun, tidak semua manusia menjadi orang Kristen, melainkan prinsip kehidupan
Alkitab telah dijalankan oleh orang percaya hingga kedatangan Tuhan Yesus kedua
kali. Menurut prinsip-prinsip post-milenium, kedatangan Tuhan Yesus Kristus
yang kedua kali akan segera diikuti dengan kebangkitan dan penghakiman atas
seluruh umat manusia, serta pernyataan sorga dan neraka secara penuh.[2]
b.
Pandangan
Pra-Milenium
Pandangan Pra-Milenium mengatakan bahwa
terlebih dahulu ada kesengsaraan besar terjadi, kemudian barulah mendirikan
Kerajaan Seribu Tahun. Kesengsaraan besar ini terjadi selama 7 (tujuh) tahun.
pada masa kesengsaraan ini berlangsung, banyak orang akan beroleh keselamatan.
Golongan Pra-Milenium memegang satu doktrin yang penting, yakni semua orang
Kristen akan diangkat ke langit sebelum kesengsaraan terjadi.[3]
Kesengsaraan hanya dialami oleh orang yang menolak Kristus dan tidak berlaku
bagi orang-orang percaya. orang Kristen yang mati dibangkitkan dan yang masih
hidup diubahkan dan dimuliakan setelah itu akan bersama-sama dengan Kristus
diangkat diawan-awan. setelah itu, Kristus menegakkan kerajaan-Nya dibumi
selama Seribu Tahun. Tuhan Yesus memerintah atas seluruh bumi bersama-sama
dengan orang-orang percaya. mereka yang memerintah adalah mereka yang baru
dibangkitkan dan mereka yang masih hidup ketika Kristus datang. Semua orang
yang tidak percaya akan tunduk dibawah pemerintaha Kristus.
menjelang masa Seribu Tahun berakhir,
iblis akan dilepaskan kembali dan menyesatkan banyak bangsa. Terjadilah perang
Gog dan Magog yaitu roh setan yang akan memimpin orang-orang fasik untuk
menyerang “kemah orang-orang kudus”.[4]
Kemudian turun api dari sorga dan iblis dicampakkan. Diakhir Masa Seribu Tahun
akan terjadi kebangkitan orang-orang fasik dari kematian. Kemudian akan terjadi
penghakiman bagi semua manusia dihadapan tahta putih. mereka yang tertulis
namanya dibuku kehidupan akan hidup kekal dalam bumi yang baru dan yang tidak akan masuk kedalam neraka
kekal.
c.
Pandangan
Amilenialisme mengenai Kerajaan Seribu Tahun[5]
Istilah Amilenialisme terkesan tidak
mempercayai adanya milenium. Jay Adams dalam bukunya The Time is at Hand mengusulkan agar istilah amilenialisme diganti
dengan istilah milenialisme yang telah
terwujud. Istilah Adams ini sebenarnya lebih mewakili pandangan orang-orang
amilenialisme, sebab pada hakikatnya amilenialis percaya bahwa milenium yang
disebutkan dalam Wahyu 20 tidak secara eksklusif menunjuk kepada masa yang akan
datang, melainkan sekarang ini sedang dalam proses untuk tergenapi. Amilenialis
menafsirkan milenium dalam Wahyu 20:4-6 sebagai pemerintahan oleh jiwa
orang-orang percaya yang telah meninggal dan yang sekarang ini bersama-sama
dengan Kristus di sorga. Mereka memahami bahwa diikatnya setan sebagai periode
waktu antara kedatangan Kristus yang pertama dan kedua, dan segera akan
berakhir saat kedatangan Kristus akan datang kembali setelah pemerintahan
milenium sorgawi ini.
Amilenialis memegang keyakinan bahwa
Kerajaan Allah sekarang ini telah hadir di dalam dunia dalam wujud pemerintahan
Kristus atas uamt-Nya melalui Firman dan Roh Kudus. Namun pada saat yang
bersamaan, amilenialis juga adalah orang-orang yang sedang menantikan
penyempurnaan Kerajaan Allah di masa yang akan datang, di dalam bumi yang baru.
Mereka menyadari bahwa Kristus telah menang dengan pasti atas dosa dan Iblis,
namun Iblis akan tetap ada bersama-sama dengan Kerajaan Allah hingga akhir
zaman. Sehingga meskipun kita telah menikmati berkat-berkat eskatologi pada
masa sekarang ini, kita masih merindukan klimaks dari seluruh tanda zaman dan
kedatangan Kristus yang kedua yang akan menghantar kita dalam kondisi final (
eskatologi yang akan datang). Dengan kata lain, segala tanda-tanda akhir zaman
telah berlangsung sejak kedatangan Kristus yang pertama, dan akan terus
memuncak hingga sebelum Kedatangan Kedua. Mereka juga terus mewaspadai
meningkatnya kesusahan, murtad, dan munculnya pribadi antikristus sebelum
Kedatangan Kedua. Amilenialis memahami
kedatangan Kristus yang kedua sebagai satu peristiwa tunggal, dan bukan satu
peristiwa dengan dua tahap di dalamnya.
Pada saat Kristus datang kembali akan terjadi
kebangkitan umum, bagi orang-orang percaya maupun tidak. Setelah kebangkitan,
orang-orang percaya yang masih hidup pada saat Kristus kembali, akan diubahkan
dan dimuliakan. Kedua macam orang percaya ini, yaitu orang percaya yang
dibangkitkan dan orang percaya yang diubahkan, akan diangkat dan bertemu dengan
Tuhan di awan-awan. Setelah pengangkatan itu Tuhan akan menyudahi
kedatangan-Nya kembali dengan melaksanakan penghakiman akhir. Sesudah itu
orang-orang yang tidak percaya akan dicampakkan ke dalam penghukuman kekal, sedangkan
orang-orang percaya akan menikmati segala berkat di dalam langit dan bumi yang
baru selama-lamanya.
2.
Eksposisi
Wahyu 20 : 1-6
2.1. Konteks Perikop
Paruh
pasal terakhir pasal 19 (ay.11-21) mencatat kejatuhan Antikristus dan nabi
palsu, serta kebinasaan para pengikutnya. Disana Yohanes berkata bahwa Kristus
Yesus, berikut pengikut-pengikut-Nya yaitu orang-orang kudus yang telah
dibangkitkan-Nya adalah umat Pemenang. Dan kalahnya kuasa anti-Kristen
menandakan berhentinya kejahatan. Yohanes mencatat dalam pasal 20, adalah
tersingkirnya iblis.
Di
bagian pertama pasal ini (ay.1-10), Yohanes menghadirkan aspek tambahan tentang
akhir zaman. Yohanes berfokus pada pemenjaraan Iblis, pelepasan, kekalahan, dan
penghukumanya.[6]
2.2. Konteks
Wahyu pasal 20 ini, menggambarkan
mengenai penghakiman akhir dan penghukuman akhir atas orang-orang berdosa yang
dikatakan didalam ayat yang ke-11 dan 12 yaitu
“Lalu aku melihat suatu tahta putih yang besar dan Dia, yang duduk
diatasnya...Dan aku melihat orang-orang mati, besar dan kecil, berdiri didepan
tahta itu. wahyu 20:1-6 ini adalah
satu-satunya perikop dalam Alkitab yang eksplisit mengenai masa seribu tahun.
pada bagian ini, lebih fokus kepada kedatangan Kristus yang kedua kali dan kekalahan iblis. Sehingga
melukiskan tentang kemenangan akhir Kristus dan gereja-Nya, serta pembaruan
atas seluruh ciptaan yang disebut sebagai langit dan bumi yang baru.[7]
masa seribu tahun merupakan satu era baru yang ada membawa kembali kepada masa
perjanjian Baru. karena ini merupakan permulaan dari kehidupan yang baru dimana
Allah datang,Iblis telah dikalahkan dan dalam kendali ilahi serta manusia yang
telah dipilih oleh Allah akan masuk kedalam bumi yang telah diperbaharui.
2.3. Stuktur teks
-
Pengikatan iblis (1-3)
- Pemerintahan Kristus dan orang
Kudus (4-6)
3.
Tafsiran
Wahyu 20:1-6
Kitab
Wahyu adalah sebuah seri lukisan. Lukisan-lukisan itu bergerak dan penuh dengan
aksi . satu lukisan menggantikan lukisan yang lainnya.[8] Dalam
kitab Wahyu ini lukisan yang digunakan oleh Yohanes sebagai penulis merupakan
simbol-simbol yang aktif.[9]
3.1.Pengikatan Iblis (1-3)
a.
Rantai
Pasal 20 secara khusus bersifat
simbolisme, Rantai yang dicatat dalam Wahyu pasal 20:1 ini tidaklah bermakna
literal, yaitu rantai yang terbuat dari logam, karena sudah jelas bahwa Roh itu
tidak dapat dibelenggu dengan rantai tetapi hanya dapat dibatasi oleh perintah
Allah. Jadi maksud dari rantai ini memiliki arti otoritas Allah atas kekuasaan
iblis[10].
b.
Kunci
Lubang Jurang Maut
Kunci lubang jurang maut juga tidak
terbuat dari logam. Istilah kunci muncul di Wahyu 1:18, dimana dikatakan bahwa
Yesus memegang kunci Daud, dan dalam Wahyu 9:1, seorang malaikat yang disebut
bintang yang memegang kunci jurang maut. [11] Hal
ini juga menunjukan suatu otoritas, bahwa Allah berkuasa atas kerajaan maut,
Dia yang telah menang atas kuasa maut, dan telah diberikan kuasa atas maut.
sehingga Allah sendirilah yang memiliki kuasa atas jurang maut tersebut, dapat
membuka, dan menutup jurang tersebut sesuai dengan yang dikehendaki-Nya.
c.
Sebelum
Berakhir Masa Seribu Tahun
Demikian pula seribu tahun tidak
harus berarti sepuluh abad secara kronologis. Istilah seribu dalam sebuah kitab
yang penuh angka simbolis berarti menunjukan jumlah yang sangat besar.[12]
Jika pengikatan iblis adalah suatu
tindakan simbolis, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa wajar jika seribu tahun
juga ditafsirkan secara simbolis. Seribu adalah sepuluh pangkat tiga yang
berarti penuh, sebab itu lebih senanda dengan irama Kitab Wahyu, jika istilah
ini ditafsirkan sebagai makna simbolis.
d.
Memeteraikan
diatasnya supaya jangan lagi menyesatkan bangsa-bangsa
Verba melemparkan, menutup dan
memeteraikan menyatakan finalitas dari pelucutan kuasa yang dulu dia miliki.
Saat iblis dilempar keluar dari sorga dan dihempaskan ke bumi, ia kehilangan
wewenang yang pernah dimilikinya. Pesan Yohanes bagi orang-orang kudus adalah
bahwa Iblis akan dibebaskan untuk satu masa yang singkat. Tuhan Yesus berjanji
bahwa karena orang-orang pilihan, waktu itu akan di persingkat ( Mat 24:22). Ia
menjamin keamanan mereka, Iblis tidak akan bisa membinasakan mereka secara
rohani.[13]
Menurut Hoekema maksudnya adalah
sementara iblis dirantai, ia tidak dapat menyesatkan bangsa-bangsa sedemikian
rupa sehingga mencegah mereka untuk mengenal kebenaran Allah. Dapat disimpulkan
bahwa diikatnya iblis selama zaman Injil memiliki makna bahwa, pertama dia
tidak dapat mencegah penyebarluasan Injil, dan kedua ia tidak dapat
mengumpulkan musuh-musuh Kristus untuk bersama-sama menyerang gereja. Dengan
demikian, diikatnya iblis seperti yang di gambarkan dalam nats ini memiliki
makna bahwa di sepanjang zaman ketika Injil di beritakan yaitu masa di mana
kita sekarang tinggal, pengaruh iblis sangat dibatasi, meskipun belum
sepenuhnya dihapuskan, sehingga ia tidak dapat mencegah penyebarluasan Injil
kepada segala bangsa di bumi. Lantaran iblis diikat, maka pada zaman sekarang
ini bangsa-bangsa yang belum mengenal Kristus tidak dapat mengalahkan gereja
bahkan sebaliknya gereja sedang menaklukkan bangsa-bangsa.[14]
e.
Di
lepaskan untuk sediit waktu lamanya
Sejak kenaikan Tuhan Yesus, Iblis
tidak bisa menghentikan laju perkembangan Injil keselamatan. Ia telah diikat,
tanpa wewenang, sementara bangsa-bangsa di seluruh dunia menerima kabar
kesukaan. Anak Allah telah mengambil alih hak milik atas bangsa-bangsa ini dan
mematahkan tipu daya iblis yang menyesatkan bangsa-bangsa selama zaman ini.
Kristus telah menarik orang-orang dari segala bangsa dan dari antara
mereka,orang-orang pilihan Allah akan diselamatkan dan di tarik dalam kerajaan-Nya.
Iblis tidak dapat menghambat misi pengjangkauan jiwa-jiwa oleh jemaat, sebab ia
tidak bisa mencegah pengenalan akan Tuhan.[15]
Istilah sedikit waktu harus dipahami dalam kaitan dengan seribu tahun. Masa
yang satu pendek, sementara yang lain panjang.
f.
Menyembah
binatang dan patung ............tandanya pada dahi dan tangan mereka
Menyembah
binatang : iblis dan anak buahnya menindas, menganiaya dan mencobai semua
pengikut Kristus yang sejati. terakhir semua orang percaya adalah pemenang yang
diundang untuk duduk bersama Kristus di atas takhta-Nya. Yohanes menegaskan
tidak satu pun orang kudus yang menyembah dan memakai tanda binatang itu.
Penjelasan ini meliputi semua orang kudus yang dengan satu atau lain cara ,
telah menderita karena Kristus, ditindas, dianiaya, dikucilkan, dipenjara,
disita semua hak miliknya.[16]
Jadi mereka yang tidak menyembah binatang dan patung adalah orang Kristen yang
mati sebagai martir. Penglihatan ini berkaitan dengan semua orang percaya yang
telah mati, tetapi khususnya jiwa-jiwa mereka yang karena kesetiaannya kepada
Kristus telah mati sebagai martir.
3.2.
Pemerintahan Kristus dan orang Kudus
(4-6)
a.
kebangkitan
pertama
didalam
wahyu 20:5, ditemukan kata kebangkitan pertama. Didalam bahasa Yunani kata
“bangkit” adalah “Anastasis”. dalam hal ini tidak berbicara mengenai peristiwa
kebangkitan Tuhan Yesus namun menunjukkan kebangkitan rohani. Dapat
dibandingkan dengan Matius 16:21 mengenai pernyataan Tuhan bahwa Ia akan
dibangkitkan pada hari ketiga. Bangkit didalam ayat tersebut menggunakan kata
“Egeiro” dalam bahasa Yunani. Maka dapat
dikatakan bahwa Wahyu 20:4-6, yaitu mengenai kebangkitan pertama adalah merujuk
pada kebangkitan rohani orang Kristen yang percaya kepada Tuhan. Setelah
memiliki kebangkitan kerohanian, mereka mempunyai hidup yang kudus. [17]
b.
kematian
kedua
kematian
kedua berkenaan dengan dua hal yaitu fisik dan spiritual. namun pada Wahyu 20:6
ini berbicara mengenai kematian secara spiritual yaitu permisahan antara jiwa
dan roh serta pengenalan akan Allah
sebagai suatu akibat atau hasil dari hari penghakiman. bagi orang percaya
penghakiman yang dimaksud adalah penghakiman atas pekerjaan dan kehidupan
mereka; dan bagi orang non-Kristen, ini adalah penghakiman atas kepercayaan
mereka kepada Yesus Kristus[18].
bagi mereka yang tidak beriman kepada Tuhan Yesus, maka dosa akan ditanggung
dan murka Tuhan akan menimpa atas diri mereka.Murka Tuhan seperti api yang
menghanguskan, yakni untuk menghukum orang-orang yang tidak percaya akan karya
penebusan Kristus Yesus yang memberikan keselamatan.
c.
imam
Allah
imam
Allah adalah orang yang layak menjadi pelayan Tuhan terkhusunya dalam
mempersembahkan korban di mesbah kudus serta sebagai pengantara atau mediator
antara Allah dan umat-Nya. Didalam Perjanjian Baru istilah imam berlaku bagi
imam baik yang non Yahudi maupun non Yahudi serta orang-orang Percaya. jabatan
imam pada masa Israel adalah yang paling penting dan dalam tingkat yang paling
tinggi. Imam berdiri sebagai orang yang berpengaruh dan bermartabat.Fungsi imam
membawa orang pilihan untuk semakin dekat dengan Allah melalui relasi yang
dibangun.singkatnya, imam sangat diperlukan sebagai sumber dari pengetahuan
mengenai iman manusia dan sebagai pengantara dalam membangun kehidupan
spiritual. Menjadi imam-imam Allah dimasa seribu tahun bukan lagi memerintah
diatas bumi yang mempersembahkan korban berupa ternak atau hasil panen namun
didalam masa pemerintahan bersama Allah didalam kehidupan kekal para imam
mempersembahkan hidup mereka sendiri untuk Allah. Dengan pemahaman bahwa tujuan
manusia dari sejak hidup didunia sampai kepada hidup yang kekal adalah hanya
untuk memuliakan Allah. Semua orang kudus mendapat jabatan sebagai imam Allah
didalam kerajaan-Nya. namun pada kebangkitan yang pertama orang-orang yang rela
mati demi Kristus yang masuk kedalam pemerintahan Allah untuk mendapat jabatan
sebagai imam Allah. Memerintah mengunakan verb aorist[19] yang
memiliki pengertian, bahwa kerajaan ini sudah berlangsung pada waktu lampau,
tetapi dampaknya masih dapat dirasakan sampai pada saat ini. Artinya kerajaan
seribu tahun sudah dimulai ketika Tuhan datang pertama kali, sampai pada saat
ini pemerintahan seribu tahun masih berlanjut.[20]
Kesimpulan
Melalui pemaparan diatas kelompok ini
menyimpulkan bahwa masa seribu tahun sendiri
sudah berlangsung pada saat ini. Berdasarkan
eksegese kata yang dilakukan bahwa kata memerintah
sendiri menggunakan tense aorist yang menunjukkan bahwa pemerintahan tersebut
telah berlangsung pada saat ini yang dimulai sejak kedatangan Yesus yang
pertama kali kedunia ini sampai pada
puncaknya yaitu kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali.
Sehingga masa pemerintahan seribu tahun sendiri tidak berbicara mengenai suatu
masa yang akan terjadi nanti pada waktu yang tidak dapat diketahui dan masa
tersebut terjadi secara terpisah dari masa-masa lainnya.
Kitab Wahyu berbeda dari kitab-kitab
lainnya yang tidak dapat ditafsir secara literal karena isinya banyak
menggunakan simbol-simbol yang sulit dibukakan pengertiannya. Sehingga kerajaan
seribu tahun sendiri merupakan sebuah simbol yang sebenarnya tidak dapat
ditafsirkan secara literal dan harus melihat secara keseluruhan fenomena yang
terjadi pada saat ini serta apa yang Alkitab katakan mengenai waktu Kerajaan
Allah. Melihat keadaan pada saat ini bahwa penderitaan dan penyiksaan sendiri
telah ada pada saat ini. Dan yang terpenting bahwa kerajaan-Nya telah dimulai
sejak kedatangan-Nya yang pertama, iblis telah dikalahkan dan kunci kerajaan
maut telah ia pegang.
Dan pemaparan di atas, kelompok
memposisikan pada pandangan yang lebih mendekati pada kebenaran Firman Tuhan,
yaitu pada pandangan Amillenium. Karena beberapa pandangan lainnya, di luar
Amillenium menafsirkan Wahyu 20 ini secara literal. Pada saat Kristus datang
kembali akan terjadi kebangkitan umum, bagi orang-orang percaya maupun tidak.
Setelah kebangkitan, orang-orang percaya yang masih hidup pada saat Kristus
kembali, akan diubahkan dan dimuliakan.
Daftar
Pustaka
App/Biblework 8/ Studi
kata “memerintah”
Boettner,
Loraine. The Millenium. Grand Rapids:
Baker, 1958.
Hendriksen,
William. Lebih dari Pemenang; Sebuah
Interpretasi Kitab Wahyu. Surabaya:
Momentum,
2010.
Hoekema.
Anthony A. Alkitab dan Akhir Zaman. Momentum: Surabaya, 2004.
Kistemaker,
Simon J. Tafsiran Kitab Wahyu. Tejm.
Peter Suwandi Wong. Surabaya: Momentum,
2011.
Lembaga
Alkitab Indonesia, Alkitab Edisi Studi;
Kitab Wahyu 20:6. Jakarta: LAI, 2010.
Osborne,
Grant R. Revelation; Exegtical Commentary
On The New Testament. Grand Rapids:
Baker
Academy, 2002.
Wongso,
Dr. Peter. Hermeneutika Eskatologi. SAAT: Malang,1989.
[2] Loraine Boettner, The Millenium, (Grand Rapids:Baker,
1958)hal., 14
[3] Dr. Peter Wongso. Hermeneutika Eskatologi, (SAAT:
Malang,1989), hlm.173-174
[4] Anthony A.Hoekema. Alkitab dan Akhir Zaman, (Momentum:
Surabaya, 2004),hlm. 245-246.
[6] Simon J. Kistemaker, Tafsiran
Kitab Wahyu, tejm. Peter Suwandi Wong (Surabaya: Momentum, 2011) 280
[7] Anthony Hoekema, Alkitab dan
Akhir Zaman (Surabaya:Momentum, 2004), hlm. 305.
[8] William Hendriksen, Lebih
dari Pemenang; Sebuah Interpretasi Kitab Wahyu, (Surabaya: Momentum, 2010) hal.
36
[9] Catatan: Klausa dalam ayat pertama Kitab wahyu ini, “dan ia
menyatakannya dengan simbol” (NKJV : he signified it) kalimat ini tidak dicatat
dalam sebagian terjemahan lain termasuk di dalam LAI.
[10] Lebih dari Pemenang, 219
[11] Simon J. Kistemaker, Tafsiran
Kitab Wahyu ,hal. 581
[12] Ibid., 582
[14] Anthony A. Hoekema, Alkitab
dan Akhir Zaman, ( Surabaya : Momentum, 2004), hal 310
[15] Simon J. Kistemaker, Tafsiran
Kitab Wahyu, hal 584
[16] Ibid., 584
[17] William Hendriksen, Lebih
dari Pemenang, hal 37
[18] Lembaga Alkitab Indonesia, Alkitab
Edisi Studi; Kitab Wahyu 20:6, (Jakarta: LAI, 2010)
[19] App/Biblework 8/ Studi kata “memerintah”
[20] Osborne, Grant R. Revelation; Exegtical Commentary On The New
Testament. Grand Rapids: Baker Academy, 2002. Hal.709